Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Tidak semua orang, hidup dalam kesadaran diri yang penuh bahwa segala sesuatu yang ia miliki, tidak jatuh dari langit. Jabatan, karir, nasib baik, sukses dan berbagai hal lain yang positif yang dianggap sebagai berkat atau “benefit” dalam hidup ini, tidak bergulir dan atau tumpah dari planet lain. Kesemuanya mesti dilakukan dengan kerja keras bahkan perjuangan dengan banyak gumulan dan tantangan. Sebagai orang beragama kita juga amat sadar bahwa seluruh langkah tindak kita, semua aktivitas kita tidak akan pernah berhasil tanpa campur tangan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhanlah yang membuat segala sesuatu berjalan baik, Dialah yang menguatkan kita, memotivasi kita, Dialah yang memungkinkan manusia dalam segala keterbatasannya bisa mencapai sukses dalam perjalanan kehidupan.
Acapkali banyak orang juga tidak sadar tentang peran Tuhan dalam kehidupan umat manusia. Bahwa ada Kuasa Transenden, Kuasa Yang Diatas yang dengan otoritasNya bisa melakukan intervensi terhadap kehidupan manusia sesuai dengan rencana agungNya. Itulah sebabnya agama-agama, melalui para pemuka
agama dan lembaga keagamaan, harus terus menerus memberikan penyadaran dan pengingatan kepada umat agar mereka selalu hidup dalam kedekatan dan penyerahan diri kepada Tuhan, Allah yang menjadi Pemilik hidup mereka. Kotbah, tausyiah, kultum, program pembinaan umat, ibadah di rumah tangga, ibadah di sektor/wilayah, percakapan pastoral yang dilakukan pimpinan umat mestinya berisi antara lain penegasan kepada umat bahwa Tuhan, Allah adalah Pencipta umat dan sekaligus Pelindung, yang berkuasa sepenuhnya atas kehidupan manusia sekarang dan di masa datang.
Menarik sekali ungkapan Bill Clinton yang mendorong kita agar menghargai apa yang Tuhan telah berikan kepada kita dalam kehidupan ini bahkan yang akan terus ada walau kita telah meninggalkan dunia ini. Ungkapan Bill Clinton ini bukanlah hal baru bagi kita umat beragama. Bahwa seorang Bill Clinton kembali menegaskan hal itu agaknya di latarbelakangi pengalaman bahwa dalam dunia nyata, praktek seperti itu dalam sebuah dunia yang makin sekuler, makin menyurut.
Mari kita isi hidup ini dengan lantunan penuh syukur kepada Tuhan, Allah Pencipta Semesta setiap saat, sesering jantung kita berdenyut menyemburkan kehidupan. Tanggalkan, tinggalkan dan lupakan ujaran kebencian, ungkapan kutuk, hujat, nista dan noda, jangan lagi menggoreng sara, memproduk hoax, membunuh karakter, bertindak intoleran terhadap sesama, menstigma kafir dan anti Tuhan.
Mari suarakan kata-kata penuh kasih, penuh harmoni, saling pengertian, trust, respek, persaudaraan sejati, tali silaturahim, dan empati. Selamat Berjuang. God Bless.