Oleh: Hotben Lingga
Jakarta, Suarakristen.com.
“Tantangan, rintangan dan pencobaan sebagai umat Kristen di akhir zaman ini semakin berat, banyak dan kompleks. Umat Kristen, khususnya para hamba Tuhan (pendeta/penginjil/pengerja) harus siap sedia menghadapi semua kemungkinan/kenyataan. Kita diperhadapkan pada krisis kemanusiaan, konflik, perang di sana sini, bencana-bencana alam, penganiayaan, semakin meningkatnya kriminalitas, semakin tidak bermoralnya manusia dengan fenomena merebaknya gerakan LGBT dan banyak tragedi-tragedi kemanusiaan yang lain. Di dalam interen Kekristenan sendiri juga sedang terjadi banyak krisis (krisis kepemimpinan, krisis iman, krisis pengetahuan, dan lain-lain) dan perpecahan-perpecahan atau kompetisi-kompetisi.
Kita umat Tuhan, khususnya para teolog dan hamba Tuhan yang dipanggil dan dididik secara khusus dalam dunia akademis harus siap bersaksi dan melayani dalam pelbagai konteks. Kita harus mampu berbicara, berpikir, berargumentasi berdebat, berapologetika dan berdialog dalam pelbagai kondisi.Kita tidak perlu takut terlibat dalam debat filosofis dan intelektual dengan para kritikus dunia. Kita harus siap sedia menghadapi pelbagai kritik dan krisis. Yang harus diingat adalah bahwa kita semua sudah diberikan kuasa dan kekuatan untuk menghadapi dan memenangkan semua persoalan dan tantangan dan pertandingan iman. Yang penting kita tetap hidup dan tinggal di dalam Firman Tuhan dan Roh Kudus dan tetap berjalan dalam kuat kuasaNya, maka kita akan menyelesaikan tugas, panggilan dan mandat kita dengan baik. Jadilah motivator, dinamisator dan agen perubahan. Jangan berhenti di tengah jalan. Tetapi berjuanglah dan bertandinglah sampai akhir hidup kita.,”demikian disampaikan Ketua STT Rahmat Emmanuel, Dr. Ariasa H. Supit, dalam Wisuda VIII & Dies Natalis XVI STT Rahmat Emmanuel , dengan tema “Finishing Well”, di Jakarta (7/11/15).
Sementara itu Pdt. Prof. Dr. Abraham Conrad Supit selaku Ketua Yayasan Abraham Conrad Supit Center dalam kata sambutannya menyatakan,”Kekristenan dapat diumpamakan sebagai sebuah pertandingan iman. Semua orang bertanding untuk merebut hadiah hidup kekal di surga bersama Allah. Hanya mereka yang tekun bertanding sampai nafas terakhirlah yang akan menjadi pemenang. Itu sebabnya bukan awal yang menentukan, namun hasil akhirlah yang menentukan. Milikilah daya tahan dan ketekunan. Teladanilah Rasul Paulus dan rasul-rasul yang terus setia dalam mengiring dan melayani Tuhan sampai akhir hayatnya. Tetap percaya, setia dan pikul salib Kristus sampai mati.”
Sedang Dirjen Bimas Kristen Protestan Depag RI, Dr. Oditha R. Hutabarat, kepada pers seusai memberikan kata sambutan dalam Wisuda tersebut menyatakan,”Salah satu tugas dan peran yang diemban Sekolah Tinggi Teologia Kristen saat ini adalah mempersiapkan dan mendidik calon-calon pemimpin gereja, masyarakat dan bangsa. Peran, tugas dan tanggung-jawab mempersiapkan para pemimpin ini harus menjadi fokus, arah, dan pergumulan utama para civitas akedemi teologi saat ini, khususnya para pimpinan gereja dan aras gereja. Kita masih kekurangan pemimpin-pemimpin rohani, teolog-teolog, pemikir-pemikir dan cendikiawan-cendikiawan Kristen yang berkualitas nasional dan internasional. Kekristenan di Indonesia saat ini membutuhkam banyak pemimpin-pemimpin dan generasi intelektual yang progresif, misioner dan visioner yang berwawasan nasionalis, humanis dan biblikal.
Para sarjana teologi (teolog) memiliki tempat dan peran yang unik, bernilai dan sangat sentral dalam masyarakat dan gereja. Hal ini karena sarjana teologi yang berkarya dalam pelayanan gerejawi maupun yang berkarya di luar gereja, yaitu di masyarakat atau pemerintahan, sering diposisikan sebagai pemimpin atau pendidik moral jemaat atau masyarakat, sebagai guru atau nabi. Para sarjana teologi (teolog) yang berprofesi sebagai pendeta, imam atau guru sering dianggap sebagai nabi dan pemimpin umat dalam kehidupan masyarakat/sosial. Para teolog dan pendeta diberi mandat dan kepercayaan untuk mentransformasi masyarakat, komunitas, bangsa dan kehidupan.
Saya dan kita semua rindu melihat tampilnya generasi muda cendikiawan-intelektual baru dalam 10 tahun ke depan. Karena para cendikiawan-intelektual muda Kristen inilah yang akan mewarnai dan menentukan corak dan kualitas Kekristenan di waktu yang akan datang di tanah air. Kita yakin dalam dekade ini dan mendatang, akan lahir generasi baru pemimpin Kristen di Indonesia yang mampu memposisikan diri sebagai pemimpin, guru, revivalis, pengayom dan inspirator generasi milenial sekaligus menjadi lokomotif perubahan sosial nasional.,”
Ungkap Dirjen Bimas Kristen Protestan ini lebih lanjut,”Karena itulah kita harus senantiasa memajukan pendidikan teologi di tanah air untuk, mempersiapkan sebuah generasi baru yang kompetitif, visioner dan penuh talenta dalam dunia yang semakin mengglobal. Para teolog dan pendeta-pendeta adalah duta-duta khusus Kristus yang diutus ke dalam masyarakat dan dunia untuk menjadi pendidik, pengarah, pengubah, penakluk, penggaram, penerang dan penggerak zaman bagi Kristus.Ini adalah mandat utana dan terpenting bagi STT-STT sebagai agen perubahan sosial. Kita berharap STT-STT dan perguruan tinggi Kristen Protestan lainnya perlu lebih terlibat dalam proses-proses dan dinamika sosial-kebudayaan agar bisa mentransformasi dan mempengaruhi zaman yang semakin gelap ini. STT-STT dan perguruan tinggi Kristen di Indonesia harus memiliki semangat progresif (maju), transformatif dan partisipatif untuk menghasilkan para teolog, pemimpin dan cendikiawan untuk membangun peradaban dengan spiritualitas biblikal. Jadikan STT Sebagai Pusat Persemaian Cendikiawan Kristen Terbaik di Indonesia!”
Pdt. Prof. Dr. Jan S. Aritonang menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Mengakhiri dengan Baik: Tinjauan Teologis-Alkitabiah, Akademis dan Yuridis”
Ketua Panitia Wisuda adalah Jeanne B. Tidajoh, M.Th.
Hadir dalam wisuda tersebut adalah para civitas akademi STT REM, seperti Dr. Antonius Nathan, para dosen, keluarga alumni dan jemaat GBI REM.