Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Yesaya 1:10-20
(10) Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! (11) “Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?” firman TUHAN; “Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. (12) Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? (13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. (14) Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya. (15) Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. (16) Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, (17) belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! (18) Marilah, baiklah kita beperkara! — firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (19) Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. (20) Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang.” Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya.
Nabi Yesaya menegur dengan cukup keras para pemimpin dan rakyat Israel. Katanya, “Dengarlah firman Tuhan, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora.” Dalam pandangan Yesaya orang-orang Israel dan para pemimpinnya tidak lebih baik dari pada penduduk Sodom dan Gomora. Sodom dan Gomora adalah kota tua yang telah dibinasakan Tuhan. Semua penduduknya ikut binasa, karena mereka hidup dalam kejahatan.
Yesaya juga menyerukan kepada bangsanya: “Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?” firman Tuhan; Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing-kambing jantan tidak kusukai.” Dan mengenai doa mereka, Yesaya juga menyampaikan firman Tuhan: “Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkan-Nya.”
Mengapa korban dan doa orang-orang Israel tidak diterima Tuhan? apakah korban dan doa mereka salah? Tentu saja tidak. Tetapi sikap mereka sama seperti orang tua yang memberikan hadiah kepada anaknya, tetapi tidak disertai kasih. Anaknya menerima hadiah yang bagus, tetapi ia kesepian. Begitulah cara orang Isarel mempersembahkan korban. Persembahan mereka sangat baik, tetapi tidak disertai hati yang penuh penyerahan kepada Tuhan. Persembahan mereka adalah hasil pilihan yang terbaik, tetapi perilaku mereka tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Tuhan menghendaki mereka agar jangan menipu, jangan menindas, jangan berbuat jahat. Mereka harus saling menolong, menegakkan keadilan, membela hak anak-anak yatim piatu dan para janda. Tetapi tidak mereka lakukan. Mereka bertindak sebaliknya. Tangan mereka penuh darah, melakukan korupsi dan ketidakadilan, saling menipu dan memeras yang lemah. Mereka rajin mengikuti hari-hari raya di Bait suci dan membawa persembahan-persembahan (korban) pilihan, tetapi semua itu tidak mencerminkan kehidupan mereka sehari-hari. Itulah sebabnya korban dan doa mereka tidak berkenan di hadapan Allah.
Yesaya membuka mata mereka supaya mereka sadar. Yang diminta oleh Tuhan bukan sekedar korban mereka, melainkan cara hidup mereka. Selama ini mereka puas kalau telah mempersembahkan korban dengan baik. Mereka juga merasa puas kalau dapat menyampaikan doa dengan santun, meskipun hidup mereka selalu diwarnai dengan perilaku jahat di mata Tuhan. Yesaya memberitahu bahwa jika mereka tetap jahat, seluruh korban dan doa mereka tidaklah berguna bagi Allah.
Setelah membuka dosa dan aib mereka, Yesaya tidak lalu membiarkan mereka dalam kebingungan. Mereka pasti merasa bersalah karena selama ini mereka keliru dalam menyelenggarakan ibadahnya. Yesaya menunjukkan kepada mereka bahwa Allah sanggup mengasihi dan mengampuni mereka. Katanya kepada orang Israel: “Marilah, baiklah kita berpekara, – firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti buluh domba.”
Kata-kata ini menekankan betapa besar dosa dan kesalahan mereka, tetapi kasih karunia Tuhan jauh lebih besar lagi. Tuhan bersedia mengampuni mereka. Tetapi apakah apakah pengampunan Tuhan berlaku semudah itu?
Yang jelas, Tuhan selalu membuka diri kepada manusia berdosa. Ia bersedia mengampuni mereka. Ia membuka jalan perdamaian. Dengan kata lain, Ia mengambil inisiatif untuk mendamaikan diri-Nya dengan manusia. Tetapi pendamaian Tuhan tidak akan berlaku efektif jika kita tidak melakukan satu syarat. Apakah sayarat itu? Seperti kata Yesaya: “Jika kamu menurut dan mau mendengar.” Inilah syaratnya. Tuhan telah mengulurkan tangan-Nya, akan tetapi bersediakah kita menyambut uluran tangan-Nya itu? Dalam impilikasinya, menyambut uluran tangan Tuhan adalah dengan meninggalkan segala dosa dan kejahatan kita dalam hidup ini. Hanya dengan berbuat demikian, maka pengampunan Tuhan menjadi nyata bagi kita.
Kita memang berdosa, tetapi ingatlah Tuhan Mahapengampun. Namun pengampunan Tuhan bukan ‘barang’ mainan yang kita perlakukan dengan seenak hati kita. Kita harus bertobat! Hati yang bertobat adalah titik tolak membangun ibadah kepada Tuhan. Hati yang bertobat adalah dasar dari pemberian persembahan dan pengungkapan doa kepada Tuhan.