Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Ulangan 33:26-29
(26) Tidak ada yang seperti Allah, hai Yesyurun. Ia berkendaraan melintasi langit sebagai penolongmu dan dalam kejayaan-Nya melintasi awan-awan. (27) Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal. Ia mengusir musuh dari depanmu dan berfirman: Punahkanlah! (28) Maka Israel diam dengan tenteram dan sumber Yakub diam tidak terganggu di dalam suatu negeri yang ada gandum dan anggur; bahkan langitnya menitikkan embun. (29) Berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama dengan engkau? Suatu bangsa yang diselamatkan oleh TUHAN, perisai pertolongan dan pedang kejayaanmu. Sebab itu musuhmu akan tunduk menjilat kepadamu, dan engkau akan berjejak di bukit-bukit mereka.”
Perikop ini merupakan rumusan berkat yang disampaikan Musa kepada suku-suku Israel menjelang akhir kepemimpinannya. Berkat tersebut disampaikan dengan nada puitis dan berisi kebaikan Tuhan bagi suku-suku Israel. Intinya, di tangan Tuhan ada masa depan yang lebih baik.
Proklamasi masa depan yang lebih baik itu sarat dengan kemuliaan dan kedahsyatan kuasa Allah. Allahlah yang akan menjamin umat israel, sekalipun nanti Musa tidak lagi menjadi pemimpin mereka. Jaminan Allah yang unik ini, bahwa masa depan ada di tangan-Nya dan Dialah yang memelihara manusia, dinyatakan lagi oleh Yesus Kristus. Menjelang kenaikan-Nya ke surga, Yesus mendekati murid-murid-Nya dan berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” dan “ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:18, 20).
Allah kita adalah Allah yang dahsyat. Dikatakan dalam ayat 26, “Tidak ada yang seperti Allah, hai Yesyurun.” Artinya, Ia tidak dapat dibandingkan dengan allah-allah lain. Mengapa? Karena Ia berkendaraan melintasi langit sebagai penolongmu dan dalam kejayaan-Nya melintasi awan-awan. Inilah adalah gambaran dari Allah yang tak terbatas kuasa-Nya. Dia dapat berada di bawah, tempat yang paling dalam. Dia dapat berada di atas, tempat yang paling tinggi. Di mana-mana Dia dapat berada. Di tempat di mana manusia dan allah-allah tidak dapat masuk Dia dapat masuk. Diapun, di dalam Yesus, masuk ke dalam kerajaan maut dan keluar dari sana tanpa terperangkap oleh maut. Ia bangkit dari kematian. Kekuatan dan kekuasaan Allah yang disaksikan oleh umat Israel dan dinubuatkan dalam Perjanjian Lama digenapi melalui kebangkitan Yesus. Tidak hanya sampai di situ. Ia pun telah naik ke surga melintasi awan-awan dan langit. Murid-murid menyaksikan-Nya ketika Ia terangkat ke surga (Kis. 1:6-11; Luk. 24:50-53).
Allah selalu bekerja secara baru. Ia turut campur dalam sejarah manusia untuk mengarahkan manusia kepada keselamatan-Nya. Ia pun membaharui cara pandang manusia. Kalau sebelumnya mereka lebih banyak melihat kehadiran Allah melalui hal-hal konkret, kini mereka harus melihat secara berbeda. Sebelumnya iman mereka kurang bertumbuh karena tergantung pada apa yang dapat dilihat, apa yang dapat dimakan-minum dan apa yang dapat dimiliki. Juga bergantung pada hal-hal pragmatis. Ketika yang konkret dan yang pragmatis ini tiada mereka menjerit dan lupa akan Tuhan. Kini mereka harus bertumpu pada apa yang tidak kelihatan, pada kekuatan iman (spiritual) yang teruju kepada Yesus. Yesus yang naik ke surga tidak kelihatan lagi, tapi mereka (juga kita) harus tetap percaya kepada-Nya. Iman kepada yang tak kelihatan ini sangat menentukan arah dan masa depan kita. Segudang uang, sederet pangkat, setumpuk emas, tidak dapat membaharui moral keluarga dan masyarakat. Itu hanya dapat terjadi melalui iman. Dan iman ini, bukan “iman karena melihat”, tapi “iman walau tak melihat namun percaya”. Iman yang memandang Dia yang telah melintasi awan dan langit menuju tahkta-Nya yang tak nampak namun nyata.
Dengan iman ini kita beroleh jaminan bahwa Allah sanggup menolong kita karena Ia berrkuasa di atas segala-galanya. Dia pun dapat membawa kita ke masa depan yang lebih baik. (Ingat: setiap orang Kristen harus hidup dalam visi rohani ini!). Dengan iman ini, kita akan mampu untuk berkata, “Tuhan, jadilah kepadaku seturut kehendak-Mu. Meski secara fisik kami tidak bersama-Mu, namun Engkau tetap menolong kami berjuang dan bergumul di dunia ini. Dari sini kami akan tetap memandang-Mu sebagai Allah yang telah melintasi awan dan langit.”