Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
2 Korintus 4:1-15
(1) Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. (2) Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. (3) Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, (4) yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. (5) Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. (6) Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. (7) Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; (9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (10) Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. (11) Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. (12) Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu. (13) Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. (14) Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya. (15) Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.
Kata Paulus, “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (ay. 10). Dengan kata lain, setiap hari hidup menurut (memikul) salib Kristus. Dengan demikian, salib adalah sesuatu yang tak terhindarkan bagi setiap pengkikut Kristus sejati. Salib adalah “tiket” yang mesti kita bayar untuk memasuki wilayah kemuridan Kristus. Itu adalah konsekuensi iman kepada-Nya.
Kita boleh saja berkata, “Ah, saya tidak perlu memikul salib. Saya mau menjadi orang Kristen yang biasa saja.” Orang bebas untuk memilih tidak mengikut salib, jika memang dia menghendakinya. Tapi konsekuensinya, kita cuma berada di luar “pagar” kemuridan Yesus. Kita tidak akan pernah hidup dalam keselamatan-Nya.
Jika disuruh untuk memilih, tentu kita akan memilih memikul salib sebab kita tidak mau hidup di luar keselamatan Tuhan. Tapi mungkin kita bertanya: apa sih konkretnya bila dikatakan senantiasa memikul dan mengenakan salib Kristus itu? Apa makna salib dalam kehidupan kita sehari-hari?
Berdasarkan perikop hari ini, kita akan melihat 5 konsekuensi salib dalam kehidupan dan pelayanan Paulus. Kelima konsekuensi itu dapat menjadi pelajaran iman warga gereja untuk hidup menurut salib Kristus. Kelima hal itu adalah sebagai beriku:
Hidup dalam salib membuat Paulus tidakmudah tawar hati atau cepat patah hati dalam pelayanan (ay. 1). Artinya, salib membuat seseorang “tahan banting” dalam menghadapi segala tantangan.
Hidup dalam salib membuat Paulus berusaha hidup sekudus dan setulus mungkin, agar tidak menjadi bahan celaan orang, sehingga mempermalukan Allah (ay. 2-4). Hidup menurut salib artinya hidup tidak mengumbar nafsu-nafsu apa saja.
Hidup dalam salib membuat Paulus sadar, bahwa di mana pun ia berada, apa pun yang ia lakukan dan katakan, ia mempertaruhkan nama Kristus (ay. 5-6). Hidup menurut salib berarti hidup dengan cermat dan dalam kesadaran yang tinggi. Tidak “abu-abu”.
Hidup dalam salib membuat Paulus lebih menyadari betapa lemah dan terbatasnya ia, tetapi dalam kelemahannya ia mengalami betapa luar biasanya kuasa Tuhan yang bekerja dalam dirinya (ay. 7). Salib membuatnya rendah hati (bukan rendah diri!) dan yakin dengan sungguh akan pertolongan Tuhan.
Hidup dalam salib tidak menghindarkan Paulus dari kesusahan dan tantangan hidup, tetapi ia tidak membiarkan tantangan dan kesusahan itu menguasai dan mengalahkannya (ay. 8-11). Salib membuat mereka terus hidup dalam Yesus. Menuruti salib berarti membiarkan Yesus berkuasa dalam tubuh kita yang fana.