Oleh: Pdt. Andreas Loanka
BGA dari Ibrani 6:13-20
Allah menghendaki umat-Nya berpegang teguh pada pengharapan. Meskipun pengharapan itu masih di depan dan belum terlihat, tetapi Ia menghendaki agar orang-orang percaya menjadikan pengharapan itu sebagai milik yang pasti. Dengan demikian mereka tidak mudah lemah dan menjadi lamban di dalam berbagai tantangan dan cobaan, melainkan dapat menghadapinya dengan iman dan kesabaran untuk mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.
Pengharapan itu membutuhkan ketekunan. Abraham menerima janji Allah untuk memiliki keturunan pada saat ia berusia tujuh puluh lima tahun (Kej. 12:1-4), namun janji itu belum menjadi kenyataan dalam waktu yang lama. Kendatipun demikian, ia tetap menantikannya dengan tekun dan sabar. Setelah dua puluh lima tahun berlalu, ketika Abraham berusia seratus tahun, janji Allah itu dipenuhi melalui kelahiran Ishak dari Sarah (Kej. 21:5). Setelah itu kepercayaan Abraham mendapatkan ujian lagi. Allah memerintahkan agar ia mempersembahkan Ishak sebagai korban (Kej. 22:2). Karena iman, Abraham taat kepada Allah untuk mempersembahkan anaknya. Sebab ia berpikir, bahwa Allah sanggup membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati (Ibr. 11:17-19). Setelah Abraham menyatakan iman dan pengharapannya kepada Allah, maka Ia meneguhkan janji-Nya dengan sumpah (Kej. 22:15-18; Ibr. 6:13-15).
Orang-orang percaya masa kini juga harus berpegang teguh pada pengharapan. Penghapan kita adalah pengharapan yang kokoh, karena Allah yang menjanjikannya adalah Allah yang tidak berubah dan tidak pernah berdusta. Untuk lebih meyakinkan orang-orang yang berhak menerima janji itu, Ia telah mengikat diri-Nya dengan sumpah. Firman Allah adalah benar dan cukup, namun karena kelemahan kita sebagai manusia Allah meneguhkan janji-Nya dengan sumpah, untuk memberikan jaminan ganda. Oleh dua kenyataan yang tidak berubah itu, janji Allah dan sumpah-Nya, kita beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita (Ibr. 6:17-18).
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir (Ibr. 6:19). Tuhan Yesus telah menjadi perintis bagi kita (Ibr. 6:20a), untuk memberikan jaminan bahwa kita juga akan masuk bersama dengan-Nya. Hal itu telah dilakukan-Nya ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar untuk selama-lamanya (Ibr. 6:20b). Sebagai Imam Besar Ia telah mempersembahkan korban untuk kita, yaitu diri-Nya sendiri sebagai Anak Domba Allah, sehingga kita beroleh pengampunan dosa dan jaminan keselamatan.
Pengharapan yang kokoh di dalam Tuhan hendaklah dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengharapan itu membuat kita dapat tekun dan sabar dalam menghadapi realita kehidupan yang berat. Pengharapan yang teguh di dalam Tuhan akan menguatkan kita untuk tetap beriman dan taat pada-Nya, kendatipun menghadapi berbagai ujian dan cobaan.
Tuhan memberkati.
Salam dan doa dari
Pdt. Andreas Loanka
GKI Gading Sepong