Pdt. Weinata Sairin:”Omnis habet sua dona dies. Setiap hari memiliki anugerahnya sendiri-sendiri”.

0
537

Kata *anugerah* bukanlah sebuah kata yang asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Buku “Logat Kecil Bahasa Indonesia” (WJS Poerwadarminta, Penerbit J.B.Wolters, Groningen-Djakarta, 1951) memberi arti kata “anugerah” adalah “gandjaran, karunia”. KBBI memberikan makna kata “anugerah” sebagai “pemberian atau ganjaran dari pihak atas (orang besar) kepada pihak bawah (orang bawah); karunia dari Tuhan”. Kata “anugerah” biasanya dihubungkan dengan sesuatu yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia, yang tiada diduga dan atau tidak diprediksi karena keterbatasan/kelemahan manusia. Misalnya Tuhan menganugerahkan anak pertama kepada sebuah keluarga sesudah penantian panjang selama lebih dari 10 tahun.

Pada saat seseorang memperingati hari ulang tahun, doa yang dinaikkan biasanya agar Tuhan menganugerahkan panjang umur, kesehatan dan sukses dalam bertugas. Raja atau kepala pemerintahan biasanya juga memberikan “anugerah” dalam berbagai bentuk kepada warganya atas karya dan pengabdian yang mereka berikan dalam bidang-bidang tertentu.

Anugerah yang diberikan oleh kepala pemerintahan kepada warganya tentu memiliki kriteria-kriteria tertentu. Anugerah dan atau penghargaan itu diberikan tidak karena faktor-faktor primordial. Asas profesional dan kompetensi menjadi syarat utama dalam hal pemberian penghargaan seperti itu. Dalam konteks itu seseorang memerlukan ketekunan dan kesabaran dalam “menanti” datangnya penghargaan itu.

Sikap sabar diperlukan bukan hanya dalam “menanti” anugerah atau penghargaan, tetapi juga dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sikap sabar mesti dimulai dari rumah, dalam perjalanan ketika arus lalu lintas padat sementara sepeda motor yang melawan arah banyak sekali, bahkan setiba ditempat tujuan, sikap sabar amat penting.

Kita harus sabar menunggu perwujudan janji, menunggu kabar dari seseorang, menunggu kenaikan pangkat, menunggu mobil jemputan, menunggu ini dan itu. Kesabaran adalah juga melatih diri untuk menerima kenyataan pahit yang kita alami dalam kehidupan. Ketika diberitahu bahwa rumahnya yang di Washington terbakar, Thomas Hart Benton pergi meninggalkan Kongres untuk melihat bencana itu. Sambil menatap sisa puing-puing sisa kebakaran itu ia berkata : “Ini membuat kematianku menjadi lebih mudah karena tak ada barang tersisa untuk di tinggalkan”

Baca juga  Perpuluhan (Maleakhi 3:10) (Relevansinya dalam konteks kekinian: Pembinaan Warga Jemaat, GPIB "PILAR ASIH" Bekasi).

Dalam sebuah dunia yang gaduh, keras, penuh teror dan intimidasi, kesabaran, sikap menahan diri sangat diperlukan. Pepatah lama menyatakan “orang sabar kasihan Tuhan”. Artinya bahwa Tuhan mengasihani orang-orang yang sabar, orang yang tekun dan tabah.

Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini menyatakan bahwa setiap hari itu memiliki anugerahnya sendiri-sendiri. Kita takboleh putusasa dan pesimis dlm mnjalani hidup ini. Jika hari ini ada duka menggantung di langit hitam, esok tentu ada hari-hari ceria mewarnai hidup ini. Sebagai umat beragama kita yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu menganugerahkan hal-hal terbaik dalam hidup kita setiap hari sesuai dengsn kairosNya dan rencana keselamatanNya bagi kita.

Selamat berjuang. God bless.

Weinata Sairin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here