Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Yohanes 17:13-19
(13) Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. (14) Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. (15) Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. (16) Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. (17) Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. (18) Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; (19) dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.
——
Matius 10:16
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Mari kita membahas dulu nasihat terkenal yang diberikan Yesus sebagaimana tertulis dalam Matius 10:16: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” Kita akan membahas lebih jauh tentang nasihat ini.
Mengapa nasihat itu diberikan kepada kita? Yesus memberikan nasihat itu bukan supaya kita hidup plin-plan dan menjadi orang Kristen gampangan. Bukankah banyak di antara kita, ketika melakukan sesuatu yang menyimpang dari imannya supaya ia tidak dirugikan, lalu berdalih: “kita kan mesti cerdik seperti ular, bukan? Bukan, bukan begitu maksud Yesus. Nasihat itu diberikan bukan supaya kita bertindak seenaknya asal kita diuntungkan.
Nasihat itu diberikan Yesus dalam rangka pengutusan dan kesaksian kita dalam dunia. Kata Yesus dalam Yohanes 17:18: “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.” Pengutusan itu tidak terlepas dari kehidupan kita yang kudus seperti dikatakan dalam 1 Petrus 1:14-16: “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (bnd. Yohanes 17:17).
Tuhan menghendaki agar dalam melaksanakan tugas pengutusan kita di dalam dunia kita harus hidup kudus. Ini harus dinyatakan dalam seluruh hidup kita. Bukan hanya ketika kita datang beribadah saja, tapi dalam segala hal dan di segala tempat! Namun, muncul pertanyaan: apakah itu dapat kita wujudkan dalam dunia yang serba menyulitkan kesaksian kita? Yesus tahu akan kesulitan itu, maka itu Dia menasihati kita: sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Situasi sulit itu digambarkan Tuhan sebagai situasi yang penuh serigala. Dia mengutus kita sebagai domba ke tengah-tengah serigala. Yang penting kita ingat ialah bahwa kita diutus sebagai domba dan tetap harus hidup sebagai domba. Jangan sampai kemudian kita berubah menjadi serigala. Dalam dunia bisnis, ekonomi, politik bahkan dalam pergaulan betapa banyak orang Kristen akhirnya mengubah dirinya menjadi ‘serigala’. Dalil yang sering digunakan adalah: di kandang sapi melenguh, di kandang kambing mengembik, pantas kan kalau di tengah serigala kita jadi serigala?
Ingat: kita adalah domba (anak-anak Allah!). Memang posisi kita sebagai domba seringkali lemah dan menjadi sasaran empuk serigala. Tapi Tuhan berkata: hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Nasihat ini harus dilihat secara utuh. Kita tidak disuruh hanya cerdik seperti ular atau hanya tulus seperti merpati. Kita adalah perpaduan keduanya. Kalau kita hanya ambil cerdiknya ular, kita akan menjadi orang Kristen yang cerdik tapi tanpa kualitas iman. Kalau kita hanya ambil tulusnya merpati, kita akan jadi orang Kristen yang saleh tapi jadi bulan-bulanan orang lain. Kita adalah kedua-duanya: cerdik namun tulus.
Cerdik adalah cerminan orang yang ulet, tidak gampang menyerah dan putus asa meskipun dia lemah dan kecil (tapi bukan sikap suka menantang atau melawan, loh). Unsur lain dalam cerdik adalah selalu putar otak, cari akal, bagaimana caranya keluar dari situasi sulit atau masalah yang dihadapi. Dalam kehidupan kekristenan (dan kekudusan) kita, bila menghadapi situasi sulit, kita jangan mudah menyerah, putar otak, cari jalan keluar. Demikian juga dalam lingkungan pekerjaan dan pergaulan, kita jangan mudah menyerah, kita harus putar otak. Jadi, kita boleh cerdik, tapi jangan sampai merugikan orang lain. Untuk itu dalam semua kecerdikan kita harus ada unsur ketulusan merpati. Tulus adalah cerminan dari hati Kristus yang penuh kasih. Hati yang penuh rasa solidaritas kepada sesama. Hidup dengan hati penuh kasih adalah hidup yang selalu mempesonakan banyak orang.
Dengan hidup cerdik namun tulus, kita akan dapat bertahan dalam siatuasi yang sulit. Bahkan dengan prinsip itu kita akan dapat mengubah serigala-serigala menjadi domba-domba yang percaya kepada Tuhan.