Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Renungan

Tiga Kelompok Manusia, Dua Destinasi Akhir (Bagian I)

20
×

Tiga Kelompok Manusia, Dua Destinasi Akhir (Bagian I)

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Yonghan

 

Example 300x600

 

Konon, Martin Luther menganggap teks Matius 22:1-14 sebagai ”terrible Gospel”. Ini adalah perikop yang tidak disukainya untuk dikhotbahkan.

 

Melalui bagian ini, Alkitab secara tajam membedakan tiga kelompok manusia, yaitu “mereka yang menolak undangan Sang Raja”, “mereka yang menerima undangan Sang Raja dengan berpakaian pesta”, dan “mereka yang menerima undangan Sang Raja, tetapi tanpa berpakaian pesta.”

 

“Mereka yang menolak undangan Sang Raja” merujuk pada orang-orang seperti Hanas dan Kayafas. “Mereka yang menerima undangan Sang Raja, tetapi tanpa berpakaian pesta” merujuk pada orang-orang seperti Yudas Iskariot dan Ananias+istri. Dua kelompok ini sama-sama akan mengalami ”ratapan dan kertakan gigi” untuk selama-lamanya.

 

Ungkapan ”ratapan dan kertakan gigi”, yang muncul berkali-kali (Mat. 8:12; 13:42, 50; 24:51; 25:30), menegaskan kalau semua deskripsi mengenai neraka akan terjadi secara harfiah. Yesus adalah hell-fire preacher.

 

“Mereka yang menerima undangan Sang Raja, tetapi tanpa berpakaian pesta” adalah kelompok yang paling tragis nasibnya. Mereka sudah begitu dekat dengan hidup kekal, namun harus tetap berakhir binasa.

 

Walau para penafsir masih belum sepakat mengenai apa yang dimaksud “pakaian pesta”, mereka sepakat kalau bagian ini bermaksud menegaskan: “Kita tidak bisa mencari Tuhan dengan syarat dan ketentuan dari kita sendiri.” Kita hanya bisa tetap di dalam perjamuan itu dengan syarat dan ketentuan dari Sang Raja.

 

Sebagai contoh, saya dulu tidak tahu kalau berdoa pada Maria memintanya “doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati” itu = Tidak Alkitabiah. Hanya karena anugerah, mata saya dicelikkan dan hati saya dibuat mengerti kalau saya belum ber-“pakaian pesta”, meskipun sudah berada di dalam perjamuan itu.

 

Dengan pemahaman, syarat, dan ketentuan dari kita sendiri, kita sering mengira sudah diselamatkan. Padahal belum. Karena itu, kita tidak boleh sungkan-sungkan menyerukan orang-orang yang sudah di dalam gereja untuk menguji dirinya dengan sungguh-sungguh: apakah ia sudah ber-‘pakaian pesta’?

 

Jika belum, maka nasibnya akan berakhir sama dengan orang-orang atheis, meskipun ia rajin beribadah di gereja setiap hari Minggu. Hanya ada ”ratapan dan kertakan gigi” yang menantinya.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *