Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Renungan

Mengarahkan Diri Kepada Tujuan

16
×

Mengarahkan Diri Kepada Tujuan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

Example 300x600

 

 

Filipi 3:12-16

(12) Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (14) dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (15) Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. (16) Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.

 

Surat Filipi adalah surat Paulus yang terakhir sebelum dia dihukum mati. Dia menulisnya dari balik jeruji penjara. Tapi hatinya tetap bersukacita. Dia malah mengirim pesan yang indah: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! … janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga … Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:4-7). Luar biasa bukan?

Selain tetap bersukacita, Paulus juga tetap memikirkan perjuangannya dalam kaitan dengan pemberitaan Injil. Sebentar lagi ajalnya akan tiba. Lalu ia memandang tahun-tahun pelayanan yang telah dilaluinya. Telah banyak yang dilakukannya. Tapi Paulus tidaklah berpuas diri dan merasa hebat. Dia berkata: “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya …” (ayat 12).

Menjelang akhir hidupnya, Paulus sebenarnya pantas mengatakan bahwa ia telah sempurna dalam pekerjaan dan bahkan ia pantas menerima mahkota kehidupan. Ia telah bekerja begitu banyak untuk Tuhan. Berkorban dan memberi begitu banyak. Menghasilkan begitu banyak. Apa lagi yang kurang dari Paulus?

Namun demikian, Paulus sendiri, menjelang akhir hayatnya, berkata, “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggapnya, bahwa aku telah menangkapnya …” Artinya, bagi Paulus, sebelum hidup ini betul-betul berakhir ia belum berhenti dari perjuangan iman. Karena itu ia berkata, “… ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku.” Artinya, seluruh hidupnya adalah perjuangan. Ia terus berjuang. Terus berlari. Tak pernah merasa bahwa ia sudah sampai. Ia ingin terus melakukannya dan terus …

Paulus pantas menjadi teladan kita! Kita harus mengarahkan hidup ke depan. Hanya ke depan. Jangan ke belakang (berjalan mundur). Banyak orang Kristen yang berkata, “Tuhan, kurang apa lagi saya ini? Berpuluh-puluh tahun saya telah bekerja untuk-Mu. Biarkan sekarang saya beristrahat.

Ada lagi yang berkata, “Tuhan, saya berhenti di sini saja. Saya sudah tidak kuat lagi. Hidup saya terlalu berat. Saya sudah terlalu penat.

Bagi orang Kristen, prestasi bagaimana pun tak boleh membuatnya berhenti dan berpuas diri. kesulitan besar bagaimana pun tak boleh membuat ia putus asa dan berkecil hati. Ia harus terus berlari ke depan menuju tujuan.

Bagaimana kita harus berlari menuju tujuan? Ibrani 12:1-2 berkata, “… marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata tertuju kepada Yesus …”

Dalam berlari menuju tujuan, kita harus mengingat tiga hal.

Pertama, berlomba dengan tekun. Tekun artinya berlomba dengan serius, gigih, ulet, dengan semangat yang tinggi dan tekad yang bulat. Mari kita lihat diri kita. Terkadang kita kurang serius dan kurang bersemangat dalam perlombaan iman kita, bukan? Kalau kita tidak serius, kita tidak mungkin dapat berlomba dengan baik.

Kedua, tanggalkan semua beban dosa. Ini sangat penting. Orang tidak mungkin berlari dengan baik jikalau ia membawa terlalu banyak beban. Kita memang selalu berdosa. Tapi jangan biarkan itu terus merintangi kita. Selesaikanlah dengan segera!

Ketiga, dengan mata tertuju kepada Yesus. Tertuju kepada Yesus maksudnya mau belajar dan meneladani Yesus. Tidak mungkin kita dapat berlari dengan baik kalau hidup kita masih mendua (antara hidup yang lama dan yang baru). Tertuju kepada Yesus, berarti pilihan kita hanyalah Yesus.

Maukah kita memenangkan perlombaan iman? Serahkanlah hidup kita kepada Yesus 100 persen! Jangan setengah-setengah. Lalu, teruslah bergiat dalam iman. Jangan berhenti. Berlarilah sampai akhir hidup kita.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *