Ignis aurum probat, miseria fortes viros: Api menguji emas, kesengsaraan menguji manusia yang kuat

0
505

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

 

Dalam menjalani kehidupan ini kita acapkali mendapatkan ujian. Ujian itu datang dan mewujud dalam berbagai bentuk. Adakalanya ujian itu berupa peristiwa yang kita alami baik untuk kita pribadi maupun keluarga besar. Bisa juga ujian itu dalam bentuk masalah pelik dan berat yang meliliti kehidupan kita. Dulu orang tua kita selalu berpesan dan memberi motivasi: “Ini hanya soal kecil saja. Hadapi saja dengan bijaksana. Hal ini adalah ujian hidup. Jika kita lulus dalam ujian ini maka hidup kita makin matang. Ujian itu datang menghampiri kehidupan kita sesuai dengan “tingkat perkembangan” kita.

 

Menurut buku “Logat Kecil Bahasa Indonesia”, WJS Poerwadarminta, JB Wolters, Groningen-Djakarta,1951, yang diartikan *ujian* adalah “pemeriksaan ketjakapan (kepandaian)”. Di lembaga pendidikan atau disebuah institusi kata ‘pendidikan’ diwujudkan dalam bentuk aktivitas/kegiatan dari orang kelompok orang untuk menjawab soal-soal yang diajukan secara tertulis atau pertanyaan dalam bentuk oral/lisan. Seseorang yang dinyatakan lulus dalam ujian maka ia bisa naik ke jenjang yang lebih tinggi atau ia bisa menduduki sebuah posisi yang lebih tinggi.

 

Benar yang dinyatakan dalam buku “Logat Kecil” bahwa ujian adalah pemeriksaan terhadap kepandaian seseorang. Fungsi ujian adalah mengecek apakah bahan-bahan yang sudah dipelajari dalam beberapa waktu terakhir itu benar-benar difahami dengan baik. Jika memang benar sudah difahami maka seseorang bisa menjawab pertanyaan dalam ujian dengan tepat. Jika ternyata yang terjadi adalah hal yang sebaliknya maka harus dicari faktor penyebabnya.

 

Agama-agama memberi pengingatan kepada para penganutnya agar memahami bahwa kesulitan yang dialami dalam hidup adalah sebuah ‘ujian’ yang mengharuskan umat makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dekat dalam arti berserah kepadaNya secara total, tidak ragu terhadap kuasaNya. Oleh karena itu jangan lari dari ujian apalagi complain kepada Tuhan dalam menghadapi ujian.

Baca juga  Mors Ultima Linea Rerum Est: Kematian adalah Garis Batas Terakhir dari Segalanya

 

Menarik sekali pepatah yang dikutip diawal bagian ini yang menegaskan bahwa sengsara itu menguji manusia. Ibarat keaslian emas itu diuji api maka kekuatan manusia itu diuji oleh kesengsaraan. Mari membuka diri dan bertekun serta tegar dalam menghadapi derita karena melalui derita itu kita mengalami kekuatan baru.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here