Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Hidup manusia sejak zaman baheula hingga zaman modern sekarang ini dipenuhi dan diwarnai oleh kesibukan. Terutama sekali untuk mereka yang sehat, segar, dalam usia produktif dan belum uzur. Mereka yang lemah fisik, sakit dan usia yang makin sepuh tentu tingkat dan jenis kesibukannya berbeda. Di zaman baheula, di desa-desa ketika belum ada listrik dan belum dikenal program listrik masuk desa , orang-orang sejak pagi pergi ke sawah atau ke ladang. Mereka menyiapkan penanaman padi, mencangkul sawah dengan air yang cukup, sehingga semuanya siap. Artinya tanah siap, benih padinya yang bagus dari bulir padi yang bernas yang dulu memang dikhususkan untuk benih, bajak, kerbau utk menarik bajak itu, pendeknya semua dipersiapkan dengan amat baik agar padi yang dihasilkan nanti memang baik.
Itulah kegiatan rutin dan kesibukan yang dijalani orang desa pada zaman baheula. Tentu saja kesibukan orang desa dizaman sekarang sudah jauh berubah. Aliran listrik yang memasuki desa telah juga mengalirkan berbagai jenis kultur yang baru yang membuat orang desa mengalami transformasi, mengalami “kelahiran baru” yang acapkali juga tidak selalu seirama dengan nilai-nilai pedesaan.
Lewat televisi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang bergerak diberbagai bidang warga desa mengalami proses pembelajaran yang amat signifikan sehingga melalui proses itu tingkat dan frekwensi kesibukan warga desa juga semakin bertambah. Peran lembaga pendidikan, lembaga keagamaan dalam mengedukasi warga desa iuga tak bisa dianggap kecil. Dengan segala keberadaannya, dengan penuh ketekunan lembaga-lembaga itu telah memainkan peran yang amat penting bagi kehidupan dunia pedesaan.
Kehidupan masyarakat kota berkembang pesat dari waktu ke waktu seiring dengan percepatan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan ipteks pada umumnya. Percepatan perkembangan IT telah mengubah gaya hidup banyak warga kota dengan tingkat kesibukan serta bobot kerja yang makin besar. Harus diakui perkembangan ini menimbulkan kompleksitas baru dalam konteks mempertahankan keutuhsatuan keluarga. Ada keguncangan yang dialami oleh banyak keluarga dalam menghidupi perkembangan baru, dan agama-agama (baca : para pemimpin agama) tidak begitu siap memberikan pembinaan dan pendampingan bagi keluarga ditengah pergulatan dengan dunia modern.
Orang-orang zaman modern yang tinggal dibagian dunia manapun, di desa, kota dan di berbagai wilayah, harus tetap mrmiliki waktu.untuk menjalankan ibadah agama mereka, dan untuk meningkatkan pengetahuan serta ketrampikan mereka..
Kesibukan dalam hidup tidak boleh menjadi alasan bagi seseorang untuk meninggalkan aktivitas agama dan meniadakan aktivitas pembelajaran.
Stephen Covey benar ketika ia mengingatkan bahwa kesibukan apapun tidak boleh meniadakan aktivitas kita untuk “mengasah gergaji”. Metafora “mengasah gergaji” agaknya digunakan untuk ‘menambah ilmu’ sehingga seseorang makin mampu menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Mari terus mengasah gergaji agar kita makin piawai dalam mencari jalan keluar dari lorong-lorong kebuntuan yang kita hadapi.
Selamat berjuang. God bless.