Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Roma 6:8-13
(8) Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. (9) Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. (10) Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. (11) Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (12) Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. (13) Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.
Yesus sudah bangkit! Ia harus bangkit untuk membawa manusia kepada kehidupan baru, yaitu kehidupan yang penuh “kebangkitan”. Kehidupan yang penuh pembaruan.
Orang Kristen yang tidak pernah berubah, belum hidup dalam kebangkitan Kristus. Demikian juga, orang Kristen yang tidak punya gairah dan keinginan untuk maju, belum hidup dalam kebangkitan Yesus.
Pelayanan-pelayanan gereja yang biasa-biasa saja, tanpa gerakan-gerakan pembaruan, belum hidup dalam kebangkitan Yesus. Yesus bangkit untuk menambah kekuatan bagi kita untuk berkembang. Untuk memberikan “daya ilahi”bagi manusia untuk berkarya. Sejauh mana makna kebangkitan telah mempengaruhi hidup kita? Dapat kita pelajari melalui tiga tipe orang Kristen di bawah ini.
Pertama, orang Kristen tipe “perahu dayung”. Tipe seperti ini selalu tampil heroik dan dikagumi orang. Ia mandiri dan teguh dalam perjuangan, tidak bergantung kepada siapa pun, kecuali pada dayung dan kekuatannya sendiri. Hebat, tapi karena mengandalkan kekuatan sendiri hasilnya sering kurang optimal. Kadang-kadang frustrasi karena kehabisan tenaga.
Kedua, orang Kristen tipe “perahu layar”. Orang tipe ini mampu melaju dengan kencang, tetapi tergantung angin. Bila angin bertiup dengan kencang ia bergerak sangat mantap. Tapi bila angin berhenti bertiup, ia pun diam dan berhenti. Orang Kristen seperti ini hanya bergairah kalau keadaan di sekitarnya menyenangkan. Kalau keadaan di sekitarnya mengecewakan, ia pun kehilangan gairah. Pelayanannya tergantung “angin”, timbul tenggelam.
Ketiga, orang kristen tipe “perahu mesin”. Orang Kristen tipe ini tidak bergantung pada keadaan. Tidak juga bergantung pada kekuatan sendiri. Ia mempunyai kekuatan lebih dari luar dirinya, yaitu “mesin”. Orang Kristen seperti ini tidak mengandalkan kekuatan alam dan kekuatan diri sendiri, ia selalu mendapat kekuatan ilahi.
Kita semua naik di “perahu” pelayanan yang sama. Yang membedakan irama dan kemajuan kita adalah pengandalan kita kekuatan yang mana. Adakah kita gereja yang selalu mengandalkan diri sendiri? Ataukah kita bergantung pada keadaan? Tidak ada kemajuan berarti jika kita mengandalkan kekuatan-kekuatan ini. Kita akan mudah kecewa dan lari dari tanggung jawab.
Kristus telah bangkit supaya kita memiliki kekuatan baru untuk bertindak. Kebangkitan-Nya adalah jaminan bahwa kita dapat melayani secara tetap dan mampu menerobos setiap tantangan yang ada. Bahkan, melalui kebangkitan-Nya kita dapat mengalami pembaruan yang dapat membawa kita kepada kebahagiaan sejati.