Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Dalam kehidupan praktis, kita acap mendengar atau bahkan menggunakan kata “hati-hati” atau “berhati-hati”. Pada waktu kita masih kecil, belum masuk sekolah, ibu atau ayah sering berpesan agar kita hati-hati dijalan, hati-hati tatkala dirumah sendirian, hati-hati jika menyeberang jalan, dan sebagainya, dan sebagainya. Kata hati-hati adalah sejenis kata-kata pengingatan yang biasanya diucapkan oleh orangtua kita atau orang yang lebih tua untuk mengingatkan kita agar tidak lalai dalam melaksanakan sebuah perjalanan, atau jika kita akan melaksanakan sesuatu tugas/pekerjaan.
Acapkali juga kita melihat tulisan “Awas, Hati-hati” pada lantai yang licin, atau pada dinding kaca yang transparan di kantor-kantor ada tulisan “Hati-hati ada kaca”. Penempelan tulisan “Hati-hati..” pada dinding kaca di kantor itu oleh karena pernah terjadi ada seorang tamu setengah baya yang membentur dinding kaca itu sehingga kacamatanya pecah. Ia bercerita bahwa ia sama sekali tidak melihat bahwa pada dinding itu ada kaca yang amat bening, sehingga ia langsung saja berjalan kearah dinding itu.
Kata “Hati-hati..” dengan demikian punya makna yang penting untuk menolong setiap orang agar dalam beraktivitas dan atau melaksanakan tugas dapat menjalankannya dengan lancar tanpa hambatan. Banyak aspek kehidupan (praktis) yang memerlukan sikap hati-hati yang jika ikuti saran/pengingatan itu kita bisa terhindar dari masalah. Sikap hati-hati acap kita dengar juga dalam bidang keuangan/perbankan. Sikap hati-hati, sikap *prudent* dibutuhkan dalam pengelolaan keuangan karena aspek itu berkaitan erat dengan hajat hidup orang banyak.
Perbankan dalam melaksanakan kegiatannya menekankan 4 prinsip yaitu *fiduciary,prudential, secrecy, know how customer*. Keempat prinsip ini menjadi pegangan baik dalam rangka menghimpun dana masyarakat, maupun dalam menyalurkan dana. Sebenarnya prinsip kehati-hatian diperlukan di seluruh aspek kehidupan kita sehingga hidup kita berlangsung dengan baik dan lancar.
Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini penting untuk di hayati dan di implementasikan dalam hidup kekinian dengan berbagai dinamika didalamnya. Berhati-hati berbicara tentang sesuatu, kapan saja dan kepada siapapun, adalah pengingatan cerdas bagi orang modern. Disaat ini, disini, bicara tentang agama, etnik, afiliasi politik, aliran keagamaan harus lebih hati-hati, cermat, cerdas karena daya sensivitasnya yang amat tinggi yang tanpa kehati-hatian bisa menimbulkan badai masalah. Sikap respek terhadap keberbagaian, positif thinking akan ikut membantu dalam mengembangkan sikap prudent dalam kehidupan.
Selamat berjuang. God bless.