Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Setiap orang siapapun dia, tanpa mempersoalkan latarbelakang, dengan tidak memperhitungkan fraksi, asal-usul, almamater, kompetensi, ideologi, eselon, dan sebagainya, amat merindukan sukses dalam kehidupannya. Ya sukses dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam karier, dalam studi, dalam mewujudkan cita-cita menjadi ini dan itu. Sukses, keberhasilan itu ada yang karena “nasib baik” saja artinya tanpa perjuangan berat bahkan tanpa diprogram sama sekali seseorang bisa sampai pada puncak karier.
Dari banyak kesaksian yang pernah ditulis atau dipresentasikan kita pernah mendapat informasi tentang seorang anak kampung yang kemudian berhasil menjadi orang termasyhur dan kaya; atau seorang yang dulu dikenal sebagai “anak singkong” yang kemudian menjadi pengusaha ternama. Benar bahwa didalam “nasib baik” itu tidak berarti seorang pasif dan tidak melakukan apa-apa; dari berbagai kesaksian, dalam “nasib baik” itu terasa seolah semuanya lancar dan dimudahkan oleh Kuasa Yang Diatas.
Secara standar orang memang harus bersusah payah untuk mencapai kesuksesan. Dalam zaman modern yang dirasuki roh konsumerisme orang meraih sukses dengan cara cepat yang bahkan melawan hukum dan menafikan ajaran agama. Didunia pendidikan pernah marak cerita tentang ijazah palsu ; atau menyewa para penjual jasa untuk membuatkan skripsi/tesis/disertasi. Itu semua diselesaikan melalui uang dengan angka nominal tertentu. Seseorang bisa merasa bangga dengan gelar S3 yang ia sandang bahkan dengan 2-3 gelar yang ia miliki tetapi kita akan heran ketika gelarnya itu tidak nampak dalam komunikasi verbal atau dalam penyampaian pemikiran lewat media massa.
Sebagai umat beragama kita berjuang untuk mencapai kesuksesan dengan berbekal kompetensi, kualifikasi akademik dan permohonan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Ia memudahkan segala sesuatu dan melimpahkan berkatNya bagi kehidupan kita. Tindakan melawan hukum dan atau menafikan ajaran agama tidak menjadi bagian dari memori bahkan agenda kita. Bahwa sesudah berupaya keras dan perjuangan berat serta doa yang khusuk kita tetap tidak sukses dalam salah satu program kehidupan kita, biasanya hal itu kita maknai sebagai kehendak Tuhan.
Kita maknai sebagai kehendak Tuhan tidak sama sekali berarti kita tunduk pada apa yang biasa disebut “fatalisme” tetapi semata-mata dengan keyakinan penuh kepada Tuhan bahwa Ia memiliki rencana tersendiri bagi tiap-tiap orang; dan dalam kuasa dan kasihNya Ia pada waktu yang sesuai akan memberi kesuksesan pada bidang yang lain.
Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini penting disimak dengan seksama; kita harus action, harus bertindak, harus melakukan sesuatu untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Kita tidak bisa diam, tak bisa apatis, kita harus bergerak. Tanpa action, tanpa bergerak, tak mungkin kita meraih kesuksesan. Ayo bergerak, action dan mendasarkan semua action kita dalam Doa kepada Tuhan.
Selamat Berjuang. God bless.