Oleh: Pdt.Weinata Sairin
“CARITAS EST MATER, RADIX , ET FORMA OMNIUM VIRTUTUM.
Hidup manusia adalah hidup yang mengembangkan relasi, hidup yang berdimensi relasional. Hidup manusia bukanlah hidup yang terarah bagi diri sendiri, hidup yang introvert dan selesai pada diri sendiri. Dan dalam konteks menghidupi hidup yang relasional itu maka kasih, cinta, sayang adalah hal-hal utama yang penting dikembangkan. Agama-agama yang ada, paling tidak 6 agama, kesemuanya memberikan perintah kepada umatnya agar mewujudkan sikap cinta kasih, sayang menyayangi kepada sesama tanpa memandang keberbedaan masing-masing.
Dalam perspektif agama Buddha, Cinta Kasih disebut metta. Sang Buddha mengajarkan Cinta Kasih universal sebagai dasar utama. Cinta Kasih dikembangkan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan. Menurut Buddha Cinta Kasih adalah bagaikan seorang Ibu yang mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi putra tunggalnya. Pikiran cinta kasih dikembangkan kepada semua makhluk tanpa batas. Pemikiran tentang cinta Kasih ini yang kemudian menjadi nafas penggerak bagi lahirnya berbagai aktivitas filantropis dan charity baik yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga sekuler maupun institusi keagamaan yang didalamnya upaya untuk menolong manusia dari berbagai krisis yang dialami dapat terbantu.
Dalam berbagai bencana alam yang dihadapi oleh warga bangsa baik pada aras regional maupun nasional peran berbagai institusi mempraktekkan Cinta Kasih secara konkret dengan menolong mereka yang menderita sudah terbukti dengan amat baik. Yayasan-yayasan, atau dikalangan kristiani dikenal sebagai lembaga diakonia, institusi dalam berbagai bentuk badan hukum telah dihadirkan di negeri ini yang bergerak diberbagai bidang untuk menolong warga bangsa yang bergumul melawan penyakit, membebaskan dari jerat narkoba, dan berbagai penyakit sosial lainnya.
Kasih sayang, sikap peduli dan empati yang ada pada banyak orang dengan spirit keagamaan yang amat powerfull itulah yang selama ini berperan signifikan dalam kehidupan masyarakat kita. Kasih itu menyatukan, Kasih itu membebaskan dari ke berbedaan. Kasih itu merawat, melayani sepenuh hati dan empati.
Pemikiran tentang cinta Kasih ini yang kemudian menjadi nafas penggerak bagi lahirnya berbagai aktivitas filantropis dan charity baik yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga sekuler maupun institusi keagamaan yang didalamnya upaya untuk menolong manusia dari berbagai krisis yang dialami dapat terbantu. Menarik sekali pepatah yang dikutip diawal tulisan ini. Kasih adalah ibu, akar dan bentuk dari semua keutamaan. Kasih itu fundamen, kasih mendasari segala-galanya. Dalam sebuah masyarakat majemuk model Indonesia, Kasih mampu menjadi faktor perekat dalam kehidupan membangsa dan menegara.
Mari wujudkan kasih dalam hidup kita. Selamat berjuang. God bless.