Yesuslah Air Hidup Bagi Jiwa Yang Dahaga

0
1137

Oleh:Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

Yohanes 4:1-26

(1) Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes (2) — meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, — (3) Ia pun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. (4) Ia harus melintasi daerah Samaria. (5) Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. (6) Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. (7) Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.” (8) Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. (9) Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. (10) Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” (11) Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? (12) Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?” (13) Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, (14) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” (15) Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” (16) Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” (17) Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya: “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, (18) sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” (19) Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. (20) Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” (21) Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. (22) Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (23) Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (25) Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” (26) Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.”

Baca juga  Tuhan Akan Memurnikan Umat-Nya

 

Dalam ayat 14 Yesusberkata, “Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Mendengar hal ini, perempuan Samaria itu sangat antusias. Ia membayangkan betapa nyamannya menerima air dari Yesus. Ia tak perlu lagi bersusah-susah ke sumur untuk menimba air. Ternyata dia salah. Yang Yesus maksudkan ialah keselamatan kekal yang dapat Dia berikan kepadanya.

Menginginkan berkat-berkat jasmani tentu tidak salah. Berdoa meminta hal tersebut kepada Tuhan, penting. Kalau sakit kita perlu kesembuhan, kalau ingin maju kita perlu pekerjaan yang layak. Untuk menata hidup ini kita perlu modal dan keuntungan. Silahkan bermohon kepada Tuhan. Semua ini boleh kita lakukan. Yang salah adalah, kalau hal-hal ini dijadikan alasan utama untuk mengikut Kristus. Paling parah, kalau hal-hal tersebut dijadikan ukuran iman. Orang yang sehat, makmur, dan sukses dianggap imannya lebih tinggi dari yang lain. Kalau ukuran iman adalah seperti itu, maka kita telah menjadikan Allah tidak lebih sebagai sinterklas.

Itulah sebabnya, ketika perempuan Samaria itu meminta air yang dapat menyamankan dirinya,Yesus tidak menanggapinya. Yesus terus berbicara tentang “air hidup” yakni keselamatan kekal. Untuk menerima “air hidup” ini orang perlu mengaku dan merendahkan diri sebagai yang tidak layak. Kita sadar bahwa betapa berdosa dan celakanya kita (Roma 7:24). Hanya orang yang mengaku seperti ini yang membutuhkan “air hidup”. Hanya orang yang mengaku tidak layak yang mebutuhkan keselamatan. Inilah yang dilakukan oleh Yesus terhadap perempuan itu, menyadarkan dia dari dosanya. Yesus tidak menakut-nakutinya, melainkan membimbingnya dengan sabar sampai dia mengerti siapa dirinya.

Baca juga  Waktu  Tuhan dan Waktu Manusia

Yesus tidak menyerang perempuan itu, meski Dia tahu perempuan itu tidak jujur ketika berkata, “Aku tidak mempunyai suami.” Ia tidak menuding perempuan itu. Sikap Yesus ini berbeda dengan kebanyakan pimpinan agama (termasuk pimpinan gereja) yang seringkali terlalu cepat menghakimi orang kalau kedapatan bersalah. Tapi Yesus sabar. Ia tahu bahwa perempuan itu memerlukan keselamatan. Ia membibingnya untuk tiba pada kesadaran dirinya yang sejati.

Yesus selalu membuka tangannya kepada orang berdosa. Ia menyediakan “air hidup” bagi mereka yang mengakui kesalahannya. Dia memberikan itu dengan hati-Nya yang lembut dan penuh kesabaran. Maka pada akhirnya perempuan itu melihat siapa diri-Nya yang sebenarnya. Di saat  itulah Yesus berkata kepadanya, “Akuilah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.”

Banyak orang yang dahaga akan “air hidup” di dunia ini. Mereka rindu mendapatkannya. Tapi saying, mereka seringkali patah arang karena sikap gereja (orang Kristen) yang tidak sabar. Hati mereka malah kembali tertutup karena yang mereka dengar adalah sebuah penghakiman. Mereka dikecam dengan kata-kata api neraka yang siap membakar tubuh mereka yang berdosa. Oh sedihnya, jika pelayanan gereja penuh dengan sikap menghakimi. Orang yang dahaga bukannya terpuaskan, malah “keselek” oleh kecaman yang ditujukan kepadanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here