Memutuskan Mata Rantai Korupsi.

0
774

 

Oleh: Jeannie Latumahina

Pembersihan bibit-bibit korupsi di NKRI sebetulnya harus dimulai dari hati dan pemikiran serta tindakan para caleg dan parpol serta masyarakat yang memilih.

Siapapun dia, pasti memahami bahwa kemenangan seseorang sebagai caleg tidak dapat dilepas dari visi misi yang terwujud dalam program kerja, relasi dengan masyarakat dalam artian masyarakat mengenal kita.

Yang terpenting juga dana, dalam artian kemanapun seorang caleg dan team kerjanya bergerak untuk berkampanye pasti memerlukan dana. Untuk bersosialisasi memerlukan bensin, untuk ngopi memerlukan kopi dll. Dalam batasan yang wajar, untuk caleg , team kerja, relawan menurut saya merupakan hal yang dapat diterima . Semestinya negara memikirkan hal- hal mendasar seperti ini.

Pasti!! Semua caleg serta parpol menginginkan kemenangan. Berbagai cara dapat dipergunakan.

Jujur yang terjadi di masyarakat kita adalah kemenangan karena membeli atau membayar suara.Sesuatu yang sudah berakar dalam sistem demokrasi kita. Seorang dipilih bukan karena apa yang sudah dilakukannya, dia memiliki konsep serta visi dan misi yang jelas, tetapi berapa jumlah uang yang dibayar kepada yang memilihnya.Dan masyarakat berharap mendapatkan uang.

Begitu miskinnya bangsa dan negara kita. Mata rantai yang sulit diputuskan hasrat dari caleg maupun hasrat dari masyarakat. Ingin menang dan ingin mendapatkan uang, apapun caranya. Menghalalkan cara untuk mendapatkan kemenangan, yang terkadang mencederai arti kejujuran, bersih .

Bukankah semua hal dan upaya yang terjadi ini, memperlihatkan kemiskinan dalam segala hal, semakin terparah moral dan bangsa ini terjerumus lebih dalam lingkaran setan korupsi.

Mahar politik caleg dan masyarakat dan masyarakat yang tidak cerdas untuk berani menolak hal tersebut.

Menjadi pertanyaan bagaimana memutuskan mata rantai setan ini?? Yang sudah mendarah daging dalam sistem demokrasi kita??

Baca juga  Tindak Lanjut Arahan Presiden RI, Pangdam II/Sriwijaya dan Kapolda Pimpin Rakor Terkait PPKM di Wilayah Sumsel

Butuh komitmen dan tindakan yang lawan arus, perlu keberanian untuk mulai melangkah ditengah publikasi media yang tidak berpihak dan tidak jelas mensosialisasikan ke masyarakat Indonesia supaya menolak semua yang namanya membeli suara untuk kemenangan.

Kalau hal ini tetap berlanjut maka yang mengisi lembaga legislatif kita adalah oknum yang menyebut diri mereka pemimpin tetapi kosong pikirannya, miskin visi misinya, mereka kaya uang karena membeli suara, tetapi miskin nurani kebangsaan untuk menegakkan kebenaran, kejujuran nilai- nilai yang tidak dapat dibeli dengan uang atau apapun juga di bumi nusantara . Bagaimana mereka semua dapat memperjuangkan hal- hal yang baik kalau sudah dimulai dengan sesuatu yang salah dan tidak berani untuk melawannya??

Akibat dinamika lilitan setan bibit- bibit korupsi yang tumbuh dengan subur di bumi nusantara dalam sistem demokrasi kita seperti ini maka berjatuhanlah caleg- caleg yang berkualitas dalam visi,misi dan yang sudah dilakukannya dengan masyarakat. Penyebabnya karena tidak ada modal, tidak memiliki uang untuk membeli suara rakyat. Yang sebetulnya mereka inilah yang diperlukan untuk mengisi kursi legislatif bukan oknum yang kaya uang tetapi bodoh.

Tidak mengherankan melihat berita, ada yang tertidur, dll , yang terjadi dilayar kaca TV. Sebagai masyarakat jangan kalian marah karena mereka menduduki kursi legislatif, kalian kan yang memilih?? Suara kalian dibeli?? Tidak cerdas dalam memilih?

Saya tetap berkeyakinan tidak semua masyarakat Indonesia demikian halnya termasuk yang membaca tulisan saya ini.

Selama musim kampanye saya jalani sebagai seorang caleg baru kemaren dalam berdiskusi saya mendengar seorang bapak mengatakan : saya akan memilih caleg yang tidak memberi apapun. Saya akan memilih caleg yang mempunyai visi dan misi yang jelas, dan apa yang sudah dilakukannya dengan dan bersama masyarakat. Saya senang mendengarkannya dan inilah harapan saya, masyarakat cerdas dalam memilih.

Baca juga  Pengurus Besar Persatuan Panahan Seluruh Indonesia Menggelar Munas XX/2022

Pernyataan seperti hal diatas baru satu orang yang saya dengar. Bagaimana supaya masyarakat yang lainnya mempunyai pemikiran yang sama?

Mulailah dari diri kita yang membaca tulisan saya ini.Mulailah dari diri saya, Jeannie Latumahina.

Siapapun yang menjadi caleg , jadilah sebagai seorang caleg yang jujur, bersih, rajin sosialisasi diri, jangan pernah menyerah.
Selalu turun ke masyarakat dengan hati kita, sentuhlah hati mereka.

Kita memiliki mimpi dan harapan untuk membawa masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang cerdas dalam memilih, ketika hal ini kita lakukan saya yakin bibit- bibit korupsi telah kita hapus dengan semangat untuk bersih, jujur hati, motivasi, keringat, air mata kita .

Apa artinya sebuah kemenangan kalau kita sendiri merupakan bagian dari proses semakin subur tumbuhnya bibit- bibit korupsi di tengah masyarakat kita? Lebih baik kalah secara terhormat karena berhasil menghapus setitik benih korupsi yang mulai timbul di hati dan pemikiran serta tindakan nyata kita, untuk kebaikan tumbuhnya demokrasi kita yang jujur dan bersih.

Selama darahku berwarna merah, selama putih warna hatiku..selama itu pula cinta dan abdiku untuk bangsa dan negara INDONESIA! Dan semuanya harus dimulai dari diriku sendiri!!

MERDEKA!!!!!

3 Nopember 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here