Oleh: Paul Titihalawa
Pagi ini sebuah artikel memuat berita tentang seorang anggota DPD asal Papua yang melaporkan kekayaannya ke KPK yang mencapai angka dua puluh trilyun rupiah.
Bukan rahasia lagi jika di berbagai hajatan pesta politik, baik pileg, pilkada atau pilpres akan menguras dan menyedot energi (Keuangan, Waktu, Pikiran, Perasaan, dll) dalam besaran jumlah yang luar biasa.
Atmosfir Politik Menyongsong Pilpres 2019 Kian Memanas.
Kini kita hanya mengamati dipermukaan lautan politik bahwa hanya terlihat dan seolah-olah dipastikan hanya ada dua calon Presiden, yakni pak Prabowo dan pak Jokowi.
Tapi kedalaman lautan juga menyimpan sejumlah misteri kekayaan alam, maka tidak menutup kemungkinan akan muncul seorang calon presiden lainnya, Jika ada poros baru selain poros Gerindra dan poros partai pendukung Jokowi.
Biasanya kalkulasi logika politik cenderung matematis dan berprediksi bahwa calon pemenang mesti memiliki persyaratan logis, yakni:
- Amunisi tak berbatas,
-
Didukung oleh mayoritas rakyat, mayoritas pengusaha, mayoritas tokoh masyarakat, mayoritas partai, dsbnya
-
Menguasai Teknologi Informasi/Komunikasi, menguasai IT,
-
Didukung oleh dunia internasional, memiliki jaringan internasional
Tidak heran jikalau pak Prabowo maupun pak Jokowi sementara dibingungkan dan diperhadapkan pada pilihan sulit untuk bersikap menentukan dan memilih calon wakil presiden yang harus memenuhi standar minimal dari persyaratan atau kriteria di atas.
Ditengah kesibukan manusia Indonesia menyiapkan pesta demokrasi pilpres, tanpa diduga, “Penguasa Alam” menarik perhatian kita untuk mersponi badai alam, gempa dan “Tsunami” yang memporakporandakan Lombok dan beberapa wilayah disekitarnya.
Marilah kita berdoa dan bisa membantu saudara/i kita yang mengalami badai alam ini.
Biasanya sebelum terjadi kejadian luar biasa bencana alam, gempa dan tsunami, seperti yang saat ini terjadi di Lombok dan juga yang pernah terjadi di Aceh, biasa terlebih dahulu alam telah menyampaikan “pesan” kepada seluruh penduduk bumi perihal sesuatu yang kelak akan terjadi di tanah pijakan manusia.
Tentunya pesan alam ini telah ditangkap/diterima oleh BMKG melalui teknologi canggih, jauh sebelum kejadian alam luar biasa itu berlangsung.
Bahkan fenomena makluk hidup lainnya, seperti gajah, semut, dan sejumlah hewan meninggalkan lokasi gempa, jauh sebelum gempa terjadi adalah bentuk komunikasi yang baik antara makluk hidup dengan Penguasa Alam.
Terkadang kita mengabaikan adanya Penguasa Alam yang sebenarnya turut mengatur kelangsungan kehidupan manusia, secara pribadi maupun kelompok.
Kemampuan manusia dalam memetakan strategi, peluang, tantangan, kesempatan, program dsbnya secara matematis adalah suatu keharusan, tapi sangat langka jika ada manusia yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara baik dan jelas dengan “Penguasa Alam”.
Pertimbangan matematis dan kepekaan dalam meresponi isi hati Penguasa Alam akan melahirkan sinkronisasi yang idealis dalam merumuskan dan memprediksi serta memastikan suatu realitas.
Pengabaian terhadap pesan atau keinginan dari isi hati penguasa alam akan berdampak negatif.
Biasanya alam mampu dan memiliki seribu satu cara untuk mengubah suatu realitas jauh melampaui kemampuan daya berpikir manusia.
Hanya orang-orang yang bersahabat dengan alam, berjiwa naturalistik, berbicara dengan hati, bertutur bijak, bersikap batiniah, melangkah dalam ketulusan yang dikehendaki oleh Penguasa Alam.
Di negara manapun juga, Di seluruh dunia, seorang presiden adalah orang-orang luar biasa dan secara selektif adalah orang-orang pilihan “Penguasa Alam”.