Ora Et Labora

0
588

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

 

Yakobus 2:14-26

(14) Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” (19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Baca juga  Historia Magistra Vitae: Sejarah adalah Guru Kehidupan

 

Seorang bapak kedatangan tamu, yang adalah sahabatnya sendiri. Sang sahabat bertanya, “Nyonya di mana?” Bapak itu menjawab, “Istri saya sakit, dia harus beristrahat.” Lalu dengan enteng tamu itu berkata, “Berdoa saja. Doa adalah obat untuk semua penyakit.”

Tentu kita kagum terhadap tamu itu. Ia sangat religius, kepercayaannya terhadap kuasa doa sangat besar. Dia sungguh yakin akan firman Tuhan dalam Yakobus 5:16b, “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Tetapi apakah betul jika dia berkata, “Berdoa saja! Doa adalah obat untuk semua penyakit?”

Meyakini kuasa doa adalah penting bahkan harus. Tetapi mengatakan bahwa berdoa adalah satu-satunya yang mesti kita lakukan adalah keliru besar. Sama kelirunya kalau kita berkata kepada orang lain, “Beriman saja!” Sebab dalam Yakobus 2:26 ditekankan bahwa iman harus diiringi perbuatan. Demikian juga dengan doa, harus disertai dengan tindakan. Ora et Labora. Kalau kita hanya mengandalkan doa, hidup rohani kita menjadi pincang. Bahkan kita bersikap picik terhadap iman kita. Lebih kasar lagi, kita menjadi orang bodoh.

Bila anak Anda terserang demam berdarah, kita tidak boleh diam dan berdoa saja. Ia harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis. Langkah ini kita tempuh sambil didukung oleh doa. Jadi bukan cuma berdoa saja.

Ora et Labora, berdoa dan bekerja (bertindak). Keduanya saling terkait, tidak dapat dipisahkan. Kita tidak boleh hanya berkata, “Berdoa saja cukup, tidak perlu ke dokter!” Atau sebaliknya, “Ke dokter saja, tidak perlu berdoa!” Memang, jalan kesembuhan setiap orang berbeda. Tuhan mempunyai cara yang tidak dapat diterka oleh manusia. Kita harus yakin bahwa Ia mampu melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Tetapi kita harus Ora et Labora, berdoa dan bertindak.

Baca juga  Menjadi Saksi Kebangkitan Kristus

Prinsip Ora et Labora berlaku untuk semua bidang kehidupan kita. Doa dan tindakan jangan dipisahkan. Kalau kita hanya menekankan doanya saja, kita akan menjadi malas. Kita tidak menghargai potensi yang Tuhan berikan dalam diri manusia. Kalau kita hanya menekankan tindakannya saja, kita akan menjadi angkuh. Kita tidak menghormati Tuhan yang dapat menjamin hidup kita.

Dengan Ora et Labora kita dibangun dalam keseimbangan hidup. Kita percaya bahwa Tuhan dapat menjamin kita, lalu pada saat yang sama kita bersemangat untuk melakukan apa yang bisa kita lakukan. Jadi, hidup kita harus memancarkan keduanya, doa dan tindakan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here