Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi
Yesaya 8:11-22
(11) Sebab beginilah firman TUHAN kepadaku, ketika tangan-Nya menguasai aku, dan ketika Ia memperingatkan aku, supaya jangan mengikuti tingkah laku bangsa ini: (12) “Jangan sebut persepakatan segala apa yang disebut bangsa ini persepakatan, dan apa yang mereka takuti janganlah kamu takuti dan janganlah gentar melihatnya. (13) Tetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar. (14) Ia akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem. (15) Dan banyak di antara mereka akan tersandung, jatuh dan luka parah, tertangkap dan tertawan.” (16) Aku harus menyimpan kesaksian ini dan memeteraikan pengajaran ini di antara murid-muridku. (17) Dan aku hendak menanti-nantikan TUHAN yang menyembunyikan wajah-Nya terhadap kaum keturunan Yakub; aku hendak mengharapkan Dia. (18) Sesungguhnya, aku dan anak-anak yang telah diberikan TUHAN kepadaku adalah tanda dan alamat di antara orang Israel dari TUHAN semesta alam yang diam di gunung Sion. (19) Dan apabila orang berkata kepada kamu: “Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang berbisik-bisik dan komat-kamit,” maka jawablah: “Bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada allahnya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup?” (20) “Carilah pengajaran dan kesaksian!” Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar. (21) Mereka akan lalu-lalang di negeri itu, melarat dan lapar, dan apabila mereka lapar, mereka akan gusar dan akan mengutuk rajanya dan Allahnya; mereka akan menengadah ke langit, (22) dan akan melihat ke bumi, dan sesungguhnya, hanya kesesakan dan kegelapan, kesuraman yang mengimpit, dan mereka akan dibuang ke dalam kabut.
Tahukah kita, kekuatan apa yang paling merusak kedamaian dan keutuhan hidup kita? Jawabnya adalah ketakutan. Di dalam Alkitab, konon, ada 365 kali ucapan: “Jangan takut!” Jika kita bagi jumlah itu dalam setahun, maka setiap hari Tuhan berpesan kepada kita supaya jangan takut.
Tentu saja ketakutan yang positif. Misalnya, takut melanggar hukum dan takut sakit. Akan tetapi tidak dapat disangkal, ketakutan yang berlebih-lebihan, apalagi ketakutan yang tidak pada tempatnya (fobia) adalah ketakutan yang melumpuhkan. Sebenarnya tidak ada sesuatu pun yang mesti kita takuti, kecuali ketakutan itu sendiri. Di bawah ini ada dua cerita mengenai ketakutan yang menghancurkan.
Cerita pertama mengenai seorang pasien yang baru saja sukses menjalani operasi. Dokter mengatakan bahwa besok ia sudah boleh pulang. Ternyata pasien ini diam-diam meminta advis dari seorang tukang ramal. Menurut tukang ramalnya, ia jangan dulu pulang, sebab ada bahaya yang mengancamnya. Keesokan harinya, pasien itu di dapati sudah meninggal. Ia meninggal bukan karena ramalan itu benar adanya, tapi karena ia takut terhadap ramalan itu dan kena serangan jantung. Ternyata ia sungguh amat takut dengan ramalan yang diberikan tukang ramalnya.
Cerita yang kedua mengenai malaikat maut yang bernama “Kolera”. Ia baru saja kembali dari tugas mencabut nyawa dengan mendatangkan wabah di sebuah kota. Kolera dengan bangga datang melapor kepada atasannya. “Lapor, Bos, ada 80.000 orang mati, walau saya hanya menyentuh 20.000orang!” Si Bos bertanya, “Lalu apa yang terjadi dengan 60.000 orang yang tidak kau sentuh itu?” Kolera menjawab mantap: “Mereka mati mati karena ketakutan!”
Firman Tuhan dalam ayat 12b-13 berkata: “ … dan apa yang mereka takuti janganlah kamu takuti dan janganlah gentar melihatnya. Tetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar.”
Apa yang ditakuti manusia janganlah kita takuti. Takut yang tepat adalah takut akan Tuhan.