Oleh: Pdt. Jacobus Manuputty
Kitab Suci adalah panduan hidup yang sangat penting bagi Iman kita, karena dari sanalah kita mengenal Tuhan, mengerti kehendak-Nya, memahami maksud dan tujuan hidup baik didunia ini maupun didunia yang akan datang nanti. Kita mengenal sorga dan neraka, mengenal baik buruk, kesucian dan dosa, juga mengenal kasih dan pengampunan. Bahkan seluruh aspek soal kehidupan ini ada didalam sebuah kitab yang disebut Kitab Suci. Itulah sebabnya Kitab ini sangat dihargai, dihormati dan punya tempat khusus didalam hidup orang-orang ber-Iman. Karena begitu dihargai dan dianggap suci, maka kadang kitab itu dianggap punya nilai sakral dan magis bahkan adakalanya “disembah” atau “dikultus-individukan” juga “dikeramatkan”. Perlakuan sikap ber-Iman semacam inilah yang pasti tidak disukai dan tidak dikehendaki oleh Tuhan sendiri, karena hanya Dialah yang harus disucikan dan dikultus-individukan. Hanya Tuhanlah yang harus disuci-kuduskan, jangan ada yang lain dihadapan Hadirat-Nya(Keluaran 20:3).
Bagi anak-anak Tuhan, ” KESUCIAN HIDUP ITU BERPUSAT DIHATI BUKAN DI KITAB “, artinya bagi Tuhan itu hati manusia adalah sumber dimana hidup dalam kesucian itu terjadi. Kesucian hidup yang dipahami dari Kitab Suci itu harus ditransfer dalam perilaku hidup yang suci. Jadi bukan Kitabnya saja yang dianggap suci, sedangkan perilaku hidupnya jauh dari kesucian. Jangan Kitab Sucinya “disakralkan” dan “dikeramatkan”, sementara kehidupan keseharian penuh dengan kejahatan, kebencian, iri hati dan dengki, kemunafikan, penyembahan berhala, korupsi, keserakahan dan rupa-rupa kejahatan(Markus 7:21-23). Nanti Kitab Sucinya yang masuk Sorga, sementara yang punya Kitab tinggal dimuka pintu Sorga. Karena itu pemahaman Iman yang benar haruslah membawa perubahan dan pertobatan, sebuah transformasi nilai dimana Iman harus terlihat dan terbukti dalam perbuatan nyata, bukan hanya tinggal di Kitab, di akal dan pikiran. Iman harus dimulai dari pendengaran, diolah pikir secara rasional-imani lalu bermuara dan bersumber dihati lalu diwujud-nyatakan dalam perbuatan. Iman tanpa perbuatan adalah mati(Surat Yakobus pasal 2 ayat 17).
Kasus yang terjadi kemarin tanggal 25 Mei 2017 di Abepura-Jayapura Papua, adalah suatu realitas yang memberi bagi kita pelajaran dan kesadaran bersama tentang pemahaman ulang dalam memandang Kitab Suci. Bagi kita terutama bagi hamba-hamba Tuhan, ini sebuah otokritik yang langsung dari Tuhan untuk menyadari kembali.. seberapa jauh kita telah memberi pemahaman yang benar bagi umat dalam kehidupan ber-Iman mereka. Dengan kesadaran dan pemahaman Iman yang benar, maka terbakarnya sebuah Kitab, apalagi disebut kitab rokhani bukan Kitab Suci, lalu kemudian menimbulkan reaksi yang berlebihan sampai menimbulkan keributan, patut disesalkan. Kalaupun Kitab itu terbakar bukan karena kesengajaan atau dibakar dengan “disengaja sekalipun”, tidak perlu harus menimbulkan keributan dan sebuah kondisi yang tidak aman bagi orang banyak. Karena sekali lagi, “KESUCIAN HIDUP ITU ADA DI HATI BUKAN DI KITAB”. Sebab apa gunanya kita membaca Kitab Suci, tetapi perbuatan hidup kita jauh dari kesucian. Apa gunanya kita miliki banyak Kitab Suci, tetapi ada banyak kejahatan, kemunafikan, hati yang penuh iri dan benci, hidup dalam kekerasan. Tuhan dan Kitab-Nya tidak perlu dibela, tetapi hati dan hidup kita yang harus disucikan(Lukas 6:45). Wahai para hamba Tuhan, perhatikan umatmu, jangan sibuk dengan gadgetmu dan dirimu sendiri!
Terlepas dari semua masalah ini sedang dalam penanganan pihak berwajib, kita bisa ambil peristiwa ini sebagai pelajaran bagi pengalaman hidup ber-Iman kita. Kita tidak perlu saling menyalahkan atau cari kebenaran diri sendiri, biarkan hukum yang mencari jalannya sendiri dan kita hormati itu. Bagi yang salah akan diambil tindakan, kalau ada yang memprovokasi juga harus ditindak tegas supaya punya efek jera. Mari wujudkan perdamaian agar pembangunan bangsa dan negara ini terus bisa berlangsung. Marilah kita semua menjaga ketenangan dan kedamaian sesuai himbauan bapak Presiden Joko Widodo.
Selamat beraktivitas dalam kesucian hati! Gb.