Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Keterasingan bisa mengancam dan mendera siapa saja ; tanpa memandang siapa dan tanpa memperhitungkan lokasi. Seseorang yang tinggal dipusat keramaian, dijantung kota, di tengah hiruk pikuk kota yang tak pernah mati, apakah orang-orang yang hidup disitu enjoy, tidak merasa terasing? Belum tentu juga. Dari beberapa percakapan dengan warga kota dan.membaca beberapa litetur ternyata orang yang hidup dikota besar mereka menghadapi sepi dan terasing. Mereka tidak bahagia dan sukacita ditengah keramaian kota.
Kehidupan dunia modern dikota-kota besar amat mengedepankan _privasi_ hal ini yang menjadi pemicu hadirnya suasana sepi dan terasing dalam masyarakat kota. Realitas ini makin menguat tatkala orang kota diperkenalkan dengan kehidupan apartemen. Kehidupan apartemen menggerus habis kehidupan bertetangga yang dulu amat kuat di kampung-kampung. Seorang Profesor Jepang Tetsuro Saito bahkan menyatakan dengan tegas bahwa pola komunikasi masyarakat kota amat rendah. Komunikasi antar personal yang biasa terjadi telah tergantikan oleh sms, WA, email dan sebagainya sehingga rasa sepi dan terasing makin menguat.
Situasi terasing dan sepi itu sangat menggangu kita secara psikologis. Ada banyak hal yang membuat kita merasa terasing. Kita berada dalam sebuah wilayah yang masyarakat dan budayanya berbeda dengan kita, dan kita sama sekali sulit untuk melakukan ‘penyesuaian’. Disitulah kita merasa terasing. Kita tidak bisa melakukan apa-apa dalam kondisi seperti itu. Bisa juga terjadi kita berada dalam sebuah komunitas yang anggota-anggotanya punya hobby yang berbeda dengan kita. Hobby kita misalnya baca novel atau baca puisi. Tapi seluruh anggota komunitas hobbynya outbond! Kita amat terasing di komunitas itu, setiap akhir pekan mereka keluar kota, mencari lokasi untuk bisa berayun-ayun dipinggir tebing.
Kita diajarkan oleh agama-agama agar kita mengembangkan relasi dengan banyak orang disekitar kita. Membangun silaturahim, merangkai tali kasih adalah panggilan kita ditengah konteks kekinian kita. Dengan membangun relasi dan.silaturahim kita terbebas dari sepi dan terasing. Kita harus mencari sahabat dan tidak mencari musuh.
Pepatah kita menyatakan bahwa orang yang tanpa sahabat terasing dari segalanya. Sabahat adalah diri kita yang lain, kata orang bijak. Mari cari dan ciptakan sahabat agar hidup ini indah.
Selamat berjuang. God bless