Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Dimanakah letak “kebesaran” seseorang? Pertanyaan ini bisa mendapat jawaban yang beragam dari setiap orang. Tergantung dari perspektif, sudut pandang, angle mana seseorang memberi jawab. Jawaban itu juga amat ditentukan oleh _siapa_ yang menjawab, kulturnya, etnik dan pendidikannya. Ada yang berpandangan bahwa ‘kebesaran’ atau ‘kehebatan’ seseorang itu tergantung pada aspek genetiknya. Ia keturunan siapa; berdarah biru atau darah putih. Apa kontribusi keturunan/keluarga itu dalam kehidupan diberbagai level?
Dari titik ini orang menetapkan ‘kehebatan’ atau ‘kebesaran’ seseorang. Ada orang yang mengukur kehebatan atau kebesaran seseorang itu dari aspek ekonomi. Seseorang yang termasuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia berdasar peringkat yang dibuat majalah Forbes, ia orang hebat.
Seseorang yang punya rumah gaya ‘gedung putih’ di beberapa tempat pastilah disebut orang hebat; apalagi orang yang memiliki banyak perusahaan dengan jumlah investasi yang cukup besar, sudah dipastikan termasuk kategori orang hebat atau orang besar. Bisa saja terjadi dalam sebuah komunitas, mereka yang dianggap hebat adalah mereka yang berpendidikan tinggi, dengan kualifikasi akademik tertentu, tanpa mempertimbangkan aspek ekonomi.
Keragaman pandangan dalam hal menjawab pertanyaan ‘dimana letak kebesaran atau kebesaran seseorang’ dapat dimaklumi oleh karena kita semua datang dari komunitas yang amat majemuk baik dari segi ‘sara’ maupun aspek-aspek lainnya. Jika kita lebih cermat dan detil menelusuri pandangan berbagai orang dan komunitas tentang kebesaran atau kehebatan seseorang sebenarnya akan begitu banyak varian tentang definisi orang yang ‘besar’ dan ‘hebat’. Realitas itu sah-sah saja tanpa harus menimbulkan ‘kegaduhan’ yang tak perlu.
Dalam perspektif agama-agama sebenarnya manusia itu makhluk fana dan lemah. Hanya karena anugerah Tuhan manusia itu ‘ditinggikan’ statusnya sebagai figur yang ditugasi mengelola ciptaan Allah sehingga seluruh ciptaan Allah berada dalam keteraturan dan pengelolaan yang baik. Manusia diingatkan terus untuk hidup dalam ketaatan yang penuh terhadap perintah Allah dan hal itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menarik untuk mencermati pepatah yang diungkapkan Emerson ini. Ia katakan kehebatan seseorang bukan terletak pada sisi “ia tidak pernah gagal” tetapi pada sisi “ia tetap bangkit setiap kali ia gagal”. Dalam hidup ini kita pasti pernah mengalami kegagalan. Kita akan dikategorikan orang hebat, menurut Emerson, jika kita mau selalu bangkit tatkala kita dihantam kegagalan
Selamat berjuang. God bless.