Mewaspadai Potensi Radikalisme

0
880

 

Oleh: M. Kholid Syeirazi

 

 

Kompas, 4 Maret 2008, merilis survei persepsi ideologi mahasiswa satu dekade silam. Survei dilakukan aktivis Gerakan Nasionalis pada 2006 terhadap mahasiswa di 11 kampus ternama dan paling bergengsi di Indonesia yaitu UI, ITB, UGM, IPB, Unair, Unibraw, Unpad, Unhas, Unand, Unsri, dan Unsiah dengan hasil mengejutkan: hanya 5 persen mahasiswa ‘keren’ itu percaya Pancasila sebagai cara hidup berbangsa, 80 persen menginginkan syariah, dan 15 persen menghendaki jalan sosialis (lihat Grafik). 

 

Mengingat responden survei adalah ‘spesies’ pilihan, kemungkinan mereka kini, satu dekade kemudian, telah mengisi pos-pos bergengsi dalam kehidupan sosial. Ada yang jadi profesional muda yang punya skill hebat dalam IT, ada yang jadi eksekutif muda pemimpin perusahaan, ada yang jadi pegawai pemerintahan, ada petinggi BUMN, bank, ustadz, dan elit parpol.

 

Jika survei ini representatif, artinya sektor-sektor okupasi penting di negeri ini 80 persen dikuasai oleh mereka yang menghendaki Syariah Islam sebagai ganti Negara Pancasila. Jadi tidak usah heran kalau Menkeu Sri Mulyani tiba-tiba kehilangan salah satu pegawai terbaiknya karena melancong ke negeri asing dan bergabung dengan ISIS. Simaklah isi khutbah di kantor-kantor keren di Jakarta dan lihatlah takmirnya. Mereka mengabarkan jenis pemahaman Islam yang keras, menggemakan Syariah dan Khilafah dalam satu tarikan nafas, seolah-olah syariah Islam tidak bisa dilaksanakan tanpa Khilafah atau Dawlah Islamiyyah.

 

Dan jika baru-baru ini di IPB sejumlah mahasiswa mengangkat ikrar mengutuk sistem sekuler dan sepenuh jiwa akan berjuang tanpa lelah untuk menegakkan syariah Islam dalam naungan Khilafah, itu artinya kaderisasi di lingkungan penentang Pancasila terus berlangsung di kampus-kampus negeri, yang mendapat alokasi dana dari pemerintah. Atas nama demokrasi, kegiatan ini dibiarkan dan difasilitasi atas nama kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat, sebuah privelese demokrasi yang diberikan kepada kelompok yang menentang demokrasi.

 

Baca juga  PIL PAHIT DARI SRILANKA

Jika kelompok-kelompok pro-NKRI diam dan saling jegal sendiri, NKRI akan bubar. Selamat Jalan NKRI. Selamat datang Dawlah Islamiyah, Ahlan Wa Sahlan Khilafah!

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here