Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Uang sebagai alat transaksi yang sah dalam kegiatan ekonomi, ternyata pengaruhnya amat luas dan merambah hampir kesemua aspek yang ada kaitannya dengan aktivitas manusia. Artinya uang, money, pecunia, tidak hanya merajai bidang ekonomi; uang bahkan mungkin saja bisa ikut menentukan kekuasaan, menetapkan pemakzulan, mengakhiri jabatan dan kehidupan, menetapkan jumlah tahun seseorang berada dibelakang terali besi.
Begitu besar kuasa uang dalam dunia modern, sehingga bisa terjadi kuasa uang itu mengubah keberagamaan seseorang. Kuasa uang yang maha besar dan berpotensi destruktif bagi kemanusiaan itu terjadi apabila dikelola oleh manusia.yang tidak bertanggungjawab, yang syahwat kekuasaannya overdosis dan spiritualitasnya berada jauh di bawah standar.
Dalam pengelolaan orang-orang yang baik dan bertanggungjawab uang akan dapat berfungsi dengan optimal sebagai alat pembayaran dan alat transaksi yang hakiki dan sah. Itulah sebabnya dalam organisasi, pemilihan dan rekrutmen seorang bendahara memiliki agenda yang amat penting karena baik aspek profesional maupun aspek spiritualitasnya menjadi sangat berharga dalam upaya nemperkuat organsasi.
Dari berbagai pengalaman praktis, uang telah menciptakan magnet tersendiri bagi sekelompok orang. Orang memburu uang dengan berbagai cara: berjudi, korupsi, menipu, mark up proyek, membuat program fiktif, bahkan dengan melakukan penggandaan uang, manipulasi pajak dan berbagai bentuk tindakan yang melawan hukum dan bertentangan dengan ajaran agama.
Memang tegas sekali kata-kata didalam kitab suci yang menyatakan bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Semua konflik, segala bentuk kriminalitas, berbagai tindak pidana yang dilakukan manusia bersumber pada uang. Uang dan uang. Uang mesti dikembalikan kepada posisinya yang hakiki yaitu sebagai alat pembayaran, alat transaksi yang sah. Uang tidak boleh diperalat menjadi instrumen pemuas nafsu (negatif dan destruktif) umat manusia.
Sebagai umat beragama kita mesti saling mengingatkan agar kita tidak terkecoh oleh uang, apalagi di zaman seperti ini jangan sampai kita tersentuh oleh apa yang disebut “money politic”. Jangan sampai institusi keagamaan atau pejabat keagamaan dengan murah dan vulgar diuangkan oleh mereka yang bernafsu tinggi untuk memegang kekuasaan padahal kita selalu berkata lantang bahwa institusi keagamaan dan pejabatnya harus _netral_!!
Pepatah yang dikutip dibagian awal amat tepat mengingatkan kita bahwa nasihat yang baik dari orang-orang lain itu lebih *aman* dari pada uang. Akibat uang kita bisa *diamankan,* sebab itu mari mencari nasihat dari para orangtua jangan mencari uang apalagi uang yang bukan menjadi hak kita.
Selamat berjuang. God bless.