Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Dalam menjalankan kehidupannya ditengah dunia, seseorang tentu membutuhkan banyak hal. Paling tidak ada 3 hal pokok dan standar yang diperlukan oleh manusia yang biasa dirumuskan dengan *sandang,pangan dan papan*, yaitu pakaian, makanan dan rumah. Ketiga aspek itu memiliki kelas dan kualitas masing-masing yang inhaeren dengan kebutuhan dan atau status sosial setiap orang. Pada tahap awal seseorang membentuk rumah tangga, ia atau bisa juga orangtua yang mempersiapkan kebutuhan standar itu.
Pada zaman baheula ada banyak orang yang terkendala dan sebab itu menunda pelaksanaan perkawinan mereka hanya oleh karena mereka mereka belum memiliki hal-hal standar yang diperlukan oleh sebuah rumah tangga. Tentu saja hal yang paling sulit dari antara 3 aspek yang disebutkan tadi adalah *papan*.
Kebelumsiapan faktor ‘papan’ tatkala seseorang sudah sangat rindu untuk naik ke pelaminan tetap bisa disiasati. Bentuk penyiasatan itu di zaman sekarang terasa lebih mudah, misalnya dengan menyewa apartemen dengan beragam kelas, dengan tinggal dirumah kontrak, atau sebagai pilihan terakhir tinggal bersama orangtua.
Pilihan terakhir tentu cukup banyak dampaknya dari segi pengembangan sikap kemandirian, atau juga dalam konteks ‘merawat privacy’.
Tentu saja kebutuhan setiap orang akan lebih dari sekadar ada sandang, pangan dan papan. Ada jauh lebih banyak dari 3 hal tadi yang diperlukan sesrorang agar ia enjoy dalam hidupnya. Dan itu amat bersangkutpaut dengan faktor agama, pendidikan, budaya, hobby,.visi tentang kehidupan dan lain sebagainya. Orang mesti membaca buku terbaru, traveling, menonton film, melihat pameran, dan banyak lagi aktivitas orang modern yang mesti menjadi agenda kehidupan. Itu berarti memang harus diakui bahwa amat besar dana yang mesti tersedia dan begitu banyak benda/aset yang mesti dimiliki seseorang agar rumah tangganya survive, dan agar ia enjoy dan happy dalam menjalani kehidupan ini.
Disini kita memasuki dimensi yang kita sebut relatif. Artinya seseorang yang dengan penghasilan sebesar itu ia sudah merasa cukup dan bersyukur kepada Tuhan karena 3 aspek dasar sudah terpenuhi dan bahkan ada aspek lain yang juga bisa tercover. Tetapi pada sisi lain ada orang dengan aset milyaran rupiah dan penghasilan sebulan mendekati seratus juta tetap merasa tidak cukup sebab itu dimemorinya penuh dengan hasrat berkorupsi dan berbagai bentuk pikiran negatif untuk mengeruk uang dengan cara melawan hukum dan menafikan ajaran agama.
Cukup itu menjadi amat relatif bagi setiap orang. Orang lupa sumpah jabatan yang diucapkan.dengan memegang Kitab Suci dan pendampingan rohaniwan agama. Orang lupa tentang hidup sederhana dan ugahari. Orang lupa siapa dirinya, dan jabatan apa yang diembannya. Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini mengingatkan kita agar kita menjadi orang jujur, lurus, bisa dipercaya. Jabatan, benda dan apapun juga harus kita peroleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak dengan cara yang jahat. Kita mohon kiranya Tuhan menolong ki
ta dalam mewujudkan sikap
yang baik dalam kehidupan.
Selamat berjuang. God bless