AMA DEUM ET SERVA MANDATA. CINTAILAH ALLAH DAN TAATILAH PERINTAH-PERINTAHNYA

0
735

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Dengan penuh syukur dan sukacita, Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa, Ia Yang Maha Pengasih dan Penyayang telah mengantarkan kita semua memasuki Tahun Baru, tahun 2017. Berbagai perasaan mewarnai kedirian kita tatkala meninggalkan tahun lama dan memasuki tahun yang baru. Ada rasa haru, oleh karena kita mampu mengatasi pergumulan yang amat sulit di tahun 2016 dan bahkan tetap survive. Ada juga seberkas tanya mengendap menyesakkan dada : akankah tahun baru menghadirkan dunia yang ramah, mempesona bahkan mengukir hari-hari indah?

Memang dalam memori kolektif kita sebagai bangsa tahun 2016 menorehkan banyak catatan yang tidak terlalu indah bagi sebuah bangsa yang majemuk. Ada benih terorisme yang mulai tumbuh, dan realitas ini dipengaruhi oleh perkembangan dunia internasional; ada peristiwa kejahatan terhadap anak dan perempuan; maraknya korupsi dan makin banyaknya orang-orang dalam level khusus yang mrnjadi tersangka dalam kasus korupsi; polarisasi warga bangsa dalam bingkai politik dan agama yang diakibatkan oleh faktor politik praktis; adanya tendensi untuk mengubah dasar kehidupan membangsa dan menegara dengan dasar lain yang dianggap lebih pas dalam konteks sebuah Indonesia yang warganya beragama.

Dari beberapa isu menonjol yang dihadapi tahun 2016 ada kemungkinan isu-isu itu juga dibawa ke tahun 2017, misalnya tentang pemikiran (yang jelas sesat pikir) untuk mengubah dasar negara. Pikiran sesat ini dijual dan diulang-ulang setiap saat oleh segelintir orang dengan menampilkan seolah seluruh program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah yang sedang berkuasa itu gagal.Sebagai umat beragama kita memasuki tahun baru dengan sukacita dan penuh syukur sambil terus berdoa kepada Tuhan agar Ia menuntun perjalanan hidup kita sebagai individu, dan sebagai bangsa ditengah berbagai dinamika dan perubahan global.

Baca juga  Refleksi LAI 23 Feb 2018-23 Feb 2019

Kita tentu bisa banyak belajar dari perjalanan menapaki tahun 2016, sehingga perjalanan kita kedepan bisa menjadi lebih maju. Jangan terpenjara pengalaman traumatik tahun 2016, tetapi berjalan kedepan diwarnai nilai-nilai luhur agama, spirit Bhineka Tunggal Ika, sikap inklusif dan apresiatif terhadap keberbedaan, dan bertolak dari situ kita berjuang membangun NKRI yang majemuk berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945. Kita memiliki keberbedaan: suku, agama, ras, antar golongan, pandangan politik,
afiliasi organisasi, latar belakang sosial. Kita tak perlu meratapi keberbedaan itu, karena realitas perbedaan itu adalah sebuah kekuatan dahsyat yang Tuhan anugerahkan demi lahirnya sebuah Indonesia yang maju, modern dan berkeadaban. Walau kita berbeda namun kita utuh dan satu sebagai warga bangsa Indonesia yang negaranya berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.

Sebagai bangsa yang taat beragama pepatah kita mengingatkan agar kita Mencintai Allah dan Menaati Seluruh PerintahNya. Ya, itulah Resolusi kita Tahun 2017. Mari menapaki Tahun 2017 dengan sukacita, Cintailah Allah dan Taati Perintah-perintahNya. Tak ada pilihan lain.

Selamat berjuang! God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here