“Bukankah kamu mengatakan : Empat bulan lagi tibalah musim menuai?. Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yohanes 4:35).
Tema Umum Gereja Bethel Indonesia tahun 2017 adalah Tahun Penuaian Besar dimana kita yakin bahwa Tuhan akan memakai kita membawa lebih banyak jiwa kepada Tuhan, keyakinan itu sesuai dengan ayat di atas.
Secara kontekstual, Yohanes 4:35 adalah pernyataan Yesus sewaktu melihat rombongan orang Samaria mendatangi mereka setelah mendengar kesaksian perempuan Samaria, orang-orang kampungnya bergairah untuk mendengarkan berita Injil. Saya percaya kata-kata yang sama akan diucapkan seandainya Yesus berdiri di tengah-tengah kita pada saat ini, Ia akan mengatakan, *”Lihatlah Indonesia, perhatikanlah kota-kota, keadaan kampus-kampus, dan kamu akan menemukan sekian banyak orang yang siap untuk menerima Injil, seperti ladang yang sudah matang siap untuk dituai.”*
Karena itu, ditahun Penuaian besar kita harus disibukkan oleh banyak pekerjaan pemenangan jiwa. Kita Akan sangat bergairah bila terlibat dalam pekerjaan Allah dengan menyadari — melalui tanda-tanda zaman — bahwa inilah musim yang tepat untuk melakukan penuaian, karena dijamin pasti berhasil. *”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersukacita. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menaburkan benih yang berharga, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya” * (Mazmur 126:5-6, KJV).
Spurgeon menafsirkan ayat ini dengan indah. Diamengatakan, Petani meninggalkan kenyamanannya dan pergi menabur dengan cucuran air mata dan tangisan. Ia mungkin menangis karena kegagalan pada masa lalu, atau tanahnya terlalu tandus, atau musim sangat tidak bersahabat, atau benihnya hanya sedikit, dan musuhnya begitu banyak, siap menjarahi hasil jerih lelahnya. Namun Ia tetap menaburkan setiap benih disertai tetesan air mata. Benih yang begitu berharga karena hanya sedikit, dan itulah yang menjadi pengharapannya untuk tahun yang akan datang. Ia melepaskan setiap benih dengan berdoa. Ia tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, ia memikirkan benih itu.
“Berhasilkah? Adakah aku akan menerima upah jerih lelahku?” Ya, sebagai petani yang baik, pasti engkau akan mengumpulkan berkas-berkas panenanmu. Karena Tuhan mengatakan pasti, perhatikanlah itu baik-baik, supaya engkau tidak khawatir. Kita melihat, Allah menjanjikan tuaian. Kita pasti menuai, bukan mungkin atau mudah-mudahan, karena langit dan bumi akan lenyap, namun satu iota pun dari janji-Nya tidak akan gagal. Allah pasti menggenapinya!. Bagi orang Ibrani — dan bagi semua yang hidup bertani — musim menuai adalah musim yang paling penting.
Di Israel, awal musim menuai berbeda-beda sesuai dengan keadaan alam daerah itu. Pada musim ini, orang-orang mengadakan perayaan dan bersukacita. Kita rindu melihat hal ini terjadi di tengah-tengah kita dalam tahun ini. Untuk itu mari kita turun ke ladang, menyabit gandum-gandum itu, dan membawa pulang berkas-berkas tuaian kita. Kita mau bekerja untuk menyongsong tuaian itu. “Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya” (Roma 4:4; lihat juga Mazmur 127:3). Ini musim yang paling penting bagi kita!.
Biji-biji gandum menjadi kering pada musim menuai, dan karena itu terancam bahaya dimakan api (lihat Keluaran 22:6). Dalam perang, musuh akan memanfaatkan kesempatan ini dengan membakar ladang-ladang, dan dengan demikian melumpuhkan rakyat yang diperanginya (lihat Hakim-hakim 6:1-6; 15:4-5). Itulah sebabnya Tuhan mengatakan, sekaranglah waktu menuai, perlu bagi kita untuk bekerja sekarang juga, sebelum musim itu lewat. Kalau biji yang sudah masak tidak dipetik, ia akan jatuh dan hilang, dimakan oleh burung-burung.
Kalau jiwa-jiwa sudah menyadari dosanya dan memiliki kecenderungan hati yang baik, namun kita tidak melayaninya sekarang, awal yang penuh harapan itu akan berakhir sia-sia, dan mereka akan menjadi mangsa musuh. Sebaliknya, akan mudah kalau kita bekerja sekarang jugapekerjaan itu akan selesai dengan segera (II Tawarikh 29:36). Tuhan mengurapi waktu ini. Kita jangan lalai, sehingga orang mengatakan, “Sudah lewat musim menuai!” (Yeremia 8:20), yang menandai, bahwa waktu profetis ini telah berlalu dengan sia-sia. Tidak! Kita mau mengalami “sukacita di waktu panen” (Yesaya 9:3), sukacita yang besar dan penuh kelepasan!. *Selamat Menuai, Tuhan Yesus memberkati!.*