IN THIS LIFE WE CAN NOT DO GREAT THINGS. WE CAN ONLY DO SMALL THINGS WITH GREAT LOVE” (Bunda Theresa)

0
588

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Hidup yang kita hidupi ini sejatinya adalah sebuah anugerah, ya anugerah dari Allah, Pencipta alam semesta. Ia berkenan sesuai dengan rancangan agungNya yang penuh Kasih memberikan kesempatan, kemungkinan dan ruang untuk hidup. Itulah juga yang menyebabkan mengapa hidup dan kehidupan itu adalah sebuah privilege dari Allah.

Kehidupan adalah sebuah “pentas” yang didalamnya manusia mengekpresikan kediriannya secara utuh dan sempurna. Kehidupan juga adalah sebuah medium, wahana, ruang yang di dalamnya manusia mengukir karya terbaik bagi Allah dan sesama manusia. Kedirian dan kesiapaan kita sebagai manusia diverifikasi didalam dan melalui pentas itu.

Dalam sebuah dunia yang modern tatkala banyak sekali lahir paradigma baru tentang hakikat dan makna kehidupan, bisa saja terjadi manusia mempertanyakan kembali apa sejatinya kehidupan itu. Menarik sekali membaca ungkapan penyair Sulis Bambang yang melalui puisinya berjudul “Hidup di Mana” ia seakan menyanyikan kegamangannya tentang “hidup”. Sulis Bambang menulis : “tak tahu aku hidup di mana/sudah lama tak merasa punya negara/tanah air ataupun bangsa/presidenku siapa?/menteri menteriku mana/dan wakil rakyat ?/mereka cuma nama/seraut wajah/penyebab ingin muntah/tak tahu aku hidup di mana/terperangkap dalam gelap/takbisa buat apa apa/melihat mereka merampok semua/tanpa rasa malu/kekayaan yang dipinjamkananak cucu/
(Dari buku : “Puisi Menolak Korupsi”, ed. Sosiawan Leak, Forum Sastra Surakarta, Mei 2013)

Sulis Bambang disini melihat hidup dalam angle yang amat khusus. Ia seakan taktahu lagi hidup dimana, di negeri mana karena seluruh pentas kehidupan dipenuhi oleh kerumunan orang yang sama sekali tidak memuliakan kehidupan. Mereka yang tanpa rasa malu telah merampok kekayaan yang sebenarnya dipinjamkan untuk anak cucu. Cukup keras narasi yang diungkap Sulis Bambang ini dan tentu amat telak terasa oleh mereka yang memang melakukan praktek yang ditulis Bambang dalam puisinya. Bambang disini tidak semata mengeritik para koruptor tetapi lebih jauh dari itu ia mengkritik tajam sebuah kehidupan yang mempraktekkan sikap ‘mumpungisme’.

Baca juga  Pdt. Weinata Sairin: "Tu ne cede malis, sed contra audentior ito. Janganlah menyingkir dari kesukaran, tetapi hadapilah kesukaran itu dengan lebih berani."

Agama-agama telah merumuskan pedoman yang amat jelas bagaimana manusia mengisi kehidupan ini secara efektif selama mereka diberi kesempatan untuk hidup. Memang ada banyak execuse yang diungkapkan oleh seseorang ketika ia tidak mampu secara optimal melaksanakan hal-hal produktif dalam kehidupannya. Bunda Theresa mengingatkan kita bahwa kita semua tak perlu melakukan hal-hal besar dalam hidup ini; tetapi hal-hal kecil dengan cinta kasih yang besar.

Mari lakukan hal kecil dengan cinta kasih yang besar. Roh Cinta Kasih akan menyumbangkan sesuatu yang signifikan bagi sebuah dunia yang telah kehilangan cinta kasih dan damai sejahtera.

Selamat berjuang. God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here