OPUS CARITATIS PAX. PERDAMAIAN ADALAH BUAH CINTA KASIH

0
680

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Hari raya Natal yang menurut kalender berlangsung tanggal 25 Desember, dilaksanakan dengan penuh syukur dan sukacita oleh seluruh umat Kristiani dunia, termasuk di Indonesia. Adanya beberapa ‘insiden’ yang terjadi menjelang Natal, dalam berbagai bentuk, sama sekali tidak mereduksi perayaan Natal apalagi mengubah hakikat Natal sebagai sebuah akta teologis yang mencerminkan tindakan solidaritas Allah bagi manusia. Natal sebagai hari raya keagamaan, seperti juga hari raya keagamaan lainnya, tidak pernah bisa ditiadakan oleh berbagai intervensi atau kuasa apapun, bahkan oleh berbagai jenis regulasi apapun.

Umat Kristiani Indonesia patut mengapresiasi sikap pemerintah berikut aparat keamanan yang telah memberikan jaminan keamanan bagi warga Gereja sehingga mereka dapat menjalankan ibadah mereka dengan tenang, tanpa rasa takut. Memang patut dicatat timbulnya semacam ‘beban psikologis’ dikalangan warga Gereja tatkala mereka beribadah diruangan gedung gereja dengan suatu pengawalan ketat aparat keamanan; atau ketika mereka mendengar terminus tehnikus dari bidang keamanan yang menyatakan bahwa gedung gereja harus “disterilkan”, atau status Jakarta berada pada posisi
“siaga satu”.

Kita tentu berharap agar diwaktu-waktu mendatang kondisi negeri ini makin kondusif shingga ibadah umat beragama ditempat-tempat ibadah mereka, tidak lagi mesti dijaga oleh aparat keamanan. Kunjungan para pejabat pemerintah ketempat perayaan Natal untuk memberikan jaminan keamanan bagi umat, sebagai mana yang dilaksanakan Natal 2016 ini sungguh sesuatu yang sangat membanggakan.

Ungkapan ‘damai’,’ perdamaian’ ,’ damai sejahtera’ adalah narasi-narasi yang acap didengungkan dalam setiap hari raya Natal. Peristiwa Natal adalah tatkala damai-sejahtera (syaloom) didatangkan Allah ketengah dunia, yang direpresentasikan oleh Yesus Kristus yang lahir pada hari Natal.

Pepatah yang dikutip diawal bagian ini menegaskan bahwa ‘perdamaian adalah buah cinta kasih’. Dalam relasi antar manusia maka cinta kasih punya makna yang amat penting. Cinta kasih akan meredam kebencian, dendam dan konflik. Bahkan dengan cinta kasih itu pupuslah semua rasa permusuhan antar manusia sehingga melahirkan perdamaian.

Baca juga  Pdt. Weinata Sairin: "Novarum rerum cupidus. Hasrat untuk hal-hal baru".

Cinta kasih dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi perlu terus menerus dijadikan agenda dan program dalam kehidupan masyarakat. Cinta kasih harus menjadi spirit dan jiwa dari setiap pribadi. Sikap permusuhan, benci, dendam, konflik, teror, kekerasan, kejahatan di dunia maya dan sebagainya akan pupus andai roh cinta kasih menguasai kedirian kita. Agama-agama mengajarkan kita untuk.mewujudkan cinta kasih dan mengembangkan perdamaian dalam kehidupan konkret.

Peristiwa Natal yang resonansinya masih akan terus terasa menjamah hari-hari kita kedepan telah menampilkan dimensi perdamaian dan cinta kasih yang amat utuh sempurna. Mari kita menimba dua dimensi itu dari agama-agama kita demi masadepan peradaban ini.

Selamat berjuang. God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here