Dampak Perubahan Iklim Mengancam Terumbu Karang dan Biodiversity Laut
Jakarta, Gramediapost.com
Laut kita menyerap lebih dari 93% panas dari perubahan iklim, yang berdampak pada ekosistem laut dan pesisir. Apa yang terjadi dengan terumbu karang dan kehidupan laut lainnya dalam iklim yang berubah ini? Peningkatan emisi gas menyebabkan laut serta ekosistem di dalamnya mengalami perubahan serius. Hal itu diungkapkan Henriette Faergemann Konsuler Lingkungan Hidup, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia.
“Uni Eropa sebagai salah satu mitra strategis pemerintah Indonesia, ikut berusaha mengatasi permasalahan tersebut yakni menjaga agar dampak perubahan iklim tidak membawa kerusakan yang lebih parah. Dalam beberapa tahun ini, efek perubahan iklim berdampak pada peningkatan emisi karbon dan berpengaruh kepada lautan yang menyerap panas. ,” ujarnya pada Talk Show Pekan Diplomasi Iklim “Perubahan Iklim pada Laut Kita”, Selasa (27/10).
Prof. Jamaluddin Jompa, Dekan Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin dan Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan, suhu yang terus meningkat menganggu pertumbuhan dan juga keberlangsungan terumbu karang, perubahan tingkah laku hewan juga biodiversity di dalamnya dan berdampak pada pulau-pulau kecil sebagai akibat naiknya permukaan laut.
Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasainya adalah restorasi terumbu karang dan mangrove, seperti yang diungkapkan Dr. Safri Burhanuddin, Deputi Bidang Sumber Daya Alam Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. “Program restorasi mangrove dapat memperbaiki lahan seluas 600 ribu ha hingga tahun 2024, sementara untuk terumbu karang kita akan melakukan restorasi seluas 200 ha” katanya.
Salah satu yang mempercepat kerusakan mangrove adalah karena alih fungsi lahan karena itu edukasi kepada masyarakat pesisir khususnya, tetapi upaya restorasi mangrove, sangatlah penting. Nurul Ikhsan, Direktur Eksekutif Yayasan Wahana Mangrove Indonesia mengatakan, “Kami selalu mengedukasi bagaimana memperkuat mangrove, membuat pusat penyemaian bibit dan membudidayakan masyarakat pesisir di luar budidaya mangrove misalnya masyarakat membuat kerajinan dari mangrove,” katanya.
Upaya senada juga dilakukan Sea Soldier Foundation yang disampaikan Chief Operations Officernya Dinni Septianingrum, “Hal yang paling penting dilakukan menahan laju dampak perubahan iklim adalah dengan mengubah cara pandang masyarakat. Kita tidak hanya memberikan kontribusi tetapi juga harus punya inisiatif. Seperti halnya kehadiran Sea Soldier yang merupakan komitmen diri dan aksi nyata dalam menyebar virus ramah lingkungan dengan memanfaatkan jejaring media sosial. “Kita ingin mengajak masyarakat untuk berkomitmen menjaga lingkungan bersama,” tutupnya.
***
(Hotben)