· Tahap pertama program tersebut telah rampung, dimana Novo Nordisk bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengurangi prevalensi diabetes di Jakarta, yang sebelumnya ditandatangani pada 24 Agustus 2018.
· Bertepatan dengan momentum ini, Novo Nordisk bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kedutaan Besar Denmark juga akan meluncurkan Briefing Book Diabetes yang berisi informasi detail mengenai diabetes di Jakarta.
Jakarta, Gramediapost.com
Hari ini, kota Jakarta bersama dengan Novo Nordisk menandatangani kesepakatan untuk tahapan Action Plan dari Program Cities Changing Diabetes (CCD) yang merupakan tahapan kedua setelah pemetaan (mapping) selesai dijalankan. Sebelumnya pada tanggal 24 Agustus 2018, Novo Nordisk menandatangani perjanjian kerja sama program Cities Changing Diabetes (CCD) dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, program ini telah berhasil menyelesaikan tahap pertama yaitu pemetaan, dan menemukan lima masalah pengelolaan diabetes di Jakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dengan dukungan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan pemetaan permasalahan diabetes tersebut dengan metode survei ke 10 Puskesmas di lima wilayah di Jakarta. Sebagai kelanjutannya, Novo Nordisk akan bekerja sama dengan mitra dan beberapa pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi solusi yang tepat dalam menangani diabetes di Jakarta.
“Program Cities Changing Diabetes (CCD) bertujuan untuk memetakan masalah, berbagi solusi dan mendorong tindakan nyata untuk melawan munculnya diabetes dan obesitas di Jakarta. Setelah satu tahun CCD berjalan, tahapan pemetaan sudah selesai dilakukan dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, sehingga telah berhasil mengidentifikasi lima permasalahan utama dalam pengelolaan diabetes di Jakarta. Selanjutnya, bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan didukung PERKENI dan FKUI, kita bisa melanjutkan CCD ke tahap selanjutnya.” Ujar Morten Vaupel, VP & GM Novo Nordisk Indonesia.
Lima masalah utama pengelolaan diabetes di Jakarta tersebut adalah:
1. Jakarta merupakan kota dengan prevalensi diabetes tertinggi di Indonesia dengan jumlah yang terus meningkat namun masih tetap belum terdiagnosis secara maksimal.
2. Obesitas menjadi salah satu faktor tingginya angka diabetes di Jakarta.
3. Underdiagnosed disebabkan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai diabetes.
4. Fungsi FKTP (Puskesmas) dan POSBINDU sebagai gatekeeper untuk skrining DM masih belum optimal.
5. Tata laksana diabetes masih belum optimal – hanya 30% pasien diabetes yang mencapai target glikemik.
Dengan adanya pengerucutan permasalahan yang terjadi saat ini, upaya bersama ini diharapkan mampu mewujudkan kerja sama yang sangat dibutuhkan antara pemangku kepentingan publik dan swasta. Hal tersebut bertujuan mengimplementasikan solusi jangka panjang untuk mencegah diabetes dan menyediakan pengobatan bagi orang yang hidup dengan diabetes di perkotaan.
Anies Rasyid Baswedan, Ph.D., Gubernur Jakarta mengatakan, “Dengan selesainya tahap pemetaan ini dari Program CCD, kita sudah dapat gambaran cukup jelas mengenai apa saja masalah utama dalam pengelolaan diabetes di Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta dengan senang hati akan melanjutkan kerja sama dalam Program CCD ini ke tahap selanjutnya. Saya yakin bahwa program ini dapat menjadi katalis untuk mempelajari penyakit diabetes, dan secara lanjut bisa menghasilkan regulasi terkait kesehatan khususnya diabetes, demi kota yang lebih sehat. Saya juga berharap kota-kota lain akan dapat belajar dari pengalaman kami di Kota Jakarta.”
Jakarta merupakan kota dengan prevalensi diabetes yang paling tinggi di Indonesia dengan jumlah yang terus meningkat, namun tetap underdiagnosed. Prevalensi diabetes di Jakarta berdasarkan hasil RISKESDAS 2018 meningkat dari 2.5% di tahun 2013 menjadi 3.4% di tahun 2018. Jika dihitung dari jumlah penduduk Jakarta 10.5 juta jiwa, maka jumlah orang dengan diabetes dengan usia lebih dari 15 tahun di Jakarta mencapai 250 ribu jiwa. Namun, data yang kami dapat berdasarkan Diabetes Surveillance Data dari Dinas Kesehatan, pasien diabetes yang terdaftar berjumlah 12.775 jiwa.
“Saat ini, masih banyak yang terlambat menyadari penyakit diabetes, bahkan 52% pasien diabetes
sudah mengalami komplikasi saat terdiagnosa. Sedangkan hanya sekitar 30% pasien yang menjalani pengobatan dapat mencapai tingkat HbA1c kurang dari 7%, yaitu angka ideal dalam manajemen diabetes.[1] Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesadaran publik mengenai penyakit ini. Selain itu, manajemen penyakit diabetes juga belum optimal, sehingga hanya sekitar 30% saja dari pasien diabetes yang bisa mencapai target glikemik,” jelas Dr. Em Yunir, Sp.PD – KEMD, Ketua PERKENI Jaya.
Melihat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai diabetes khususnya di perkotaan, Novo Nordisk didukung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kedutaan Besar Denmark akan meluncurkan sebuah Briefing Book yang berisi informasi mengenai diabetes di Jakarta serta hasil dari tahapan pemetaan Program CCD di Jakarta. Briefing Book ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit diabetes dan manajemennya, khususnya di daerah perkotaan.
H.E. Rasmus Abildgaard Kristensen, Duta Besar Denmark di Indonesia mengatakan, “Untuk menekan prevalensi penyakit diabetes di Indonesia diperlukan sinergi dari semua pihak baik itu publik maupun swasta. Kami merasa bangga dapat ikut berperan serta dalam kegiatan ini. Peluncuran buku ini menjadi bukti nyata bahwa komitmen berbagai pihak dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan konsisten. Diharapkan buku ini dapat memberikan informasi yang komprehensif mengenai diabetes di Indonesia dan Jakarta mengajak masyarakat untuk turut serta mengambil tindakan memerangi diabetes dengan gaya hidup yang lebih sehat.”
Sejak tahun 2014, Novo Nordisk, Steno Diabetes Center Copenhagen, dan Universitas London College meluncurkan program Cities Changing Diabetes (CCD) untuk menggiatkan perjuangan global melawan diabetes di perkotaan. Hingga saat ini, program CCD sudah diinisiasi di 16 kota di seluruh dunia, dan Jakarta akan menjadi kota yang ke-17. Program ini disusun untuk memahami faktor pendorong di balik meningkatnya diabetes di daerah perkotaan, dan untuk berbagi pengetahuan tersebut dan menerapkannya pada solusi dunia nyata dengan tujuan global untuk menekan pertumbuhan angka masyarakat yang hidup dengan diabetes.