Jakarta, Gramediapost.com
Politisi dan relawan Jokowi-Kyai Ma’ruf Amin, Drg. Fransiska A Kumurur, Sp, KGA kembali menegaskan keinginannya untuk mengabdi bagi bangsa dan negara dengan menyatakan kesiapannya maju sebagai kandidat Menteri Sosial atau Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Jilid II.
Drg. Fransiska A. Kumurur yang selalu tampak energis, antusias dan anggun ini menyatakan dirinya Siap Tidak Digaji Demi Negara. Karena tujuan dia menjadi Menteri bukan mencari jabatan, status atau kekayaan..Tetapi murni pelayanan dan pengabdian.
Drg. Fransiska menyatakan akan maju dan siap menjadi Menteri di era kepemimpinan Presidem Joko Widodo periode 2019-2024. Drg. Fransiska berharap Kabinet Nawacita Jilid II bisa lebih handal dan progresif dalam melaksanakan tugasnya.
Aspirasi menjadi Calon Menteri ini disampaikan Drg. Fransiska kepada beberapa awak media, di Hotel Ibis Cikini , Jakarta (22/9/19).
Drg. Fransiska A. Kumurur mengungkapkan harapannya untuk penyusunan menteri kabinet berikutnya: “Untuk saat ini saya harapkan terutama untuk kabinet nawacita II harus mempunyai tim yang handal. Tim yang handal di dalam berpikir, bertindak, punya tanggung jawab, jujur, dan loyal dalam melakukan semua tugas untuk membantu program Bapak Jokowi. Sehingga bisa lebih maju”.
Sebagai salah seorang yang digadang-gadang sebagai calon Menteri, Drg. Fransiska menyebutkan kriteria anggota kabinet mendatang.
“Kriterianya pertama adalah tidak harus memikirkan bagaimana dia mendapatkan uang. Artinya jangan dipikirkan negara memberi untuk dia dan kelompoknya, tapi yang paling utama apa yang diperbuat untuk negara dan melaksanakan tugasnya sebagai pembantu Presiden”.
Seorang Presiden itu membutuhkan menteri-menteri dan pembantu lainnya
sebagai perpanjangan tangan kepada yang di bawahnya, seperti: Gubernur, Walikota dan sebagainya. Wakil-wakil dari Bapak Jokowi yang lebih handal akan membuat program itu berjalan dengan baik. Apabila yang bersangkutan ini terlalu memikirkan kepentingan pribadi, bagaimana dia harus hidup, bagaimana dia punya rumah, sekolahkan anak, dan lain-lain, ini akan menjadi hambatan. Jadi harus benahi dirinya dulu tanpa ada kekurangan-kekurangan yang berarti. Dengan demikian, dia bisa menyelesaikan permasalahan. Sekiranya punya bisnis tertentu, punya perusahaan tertentu dengan income yang memadai, tentunya dia kemudian baru bisa membantu Pak Jokowi pada kabinet ini.
“Saya rasa itu lebih baik. Jangan mengharapkan negara memberi buat dia tapi harus dia pikirkan apa yang dia bisa berikan untuk negara. Sehingga program yang dari atas menuju ke bawah, melalui pemimpin-pemimpin di daerah, dari Kementerian, Gubernur, Walikota dan Bupati bisa sinkron,” lanjut Drg. Fransiska.
Hal kedua adalah bagaimana dia itu harus mempunyai kompetensi dan kapabilitas sesuai dengan kemampuan dan keilmuannya. Jangan menggunakan SDM yang salah, ilmunya tumpang tindih sehingga apa yang diamalkan melenceng, programnya tidak berjalan. Seorang pembantu Presiden dalam suatu permasalahan muncul dia harus menjadi eksekutor. Ibaratnya seorang dokter yang menangani pasien, misalnya pasien dengan dokter gigi bisa lakukan penanganan atau operasi tertentu, tidak perlu tanya atau telpon direktur. Jadi harus bisa menjadi eksekutor di lapangan pada saat masalah itu muncul. Jangan kita menggunakan orang yang tidak menguasai bidang tertentu, karena akan terbentur, tidak ada hasilnya, bahkan masalahnya bisa semakin besar.
“Kemudian, tim kerja itu harus ada pengawasan yang melekat dan terpimpin sehingga tidak merasa 100% laporan dari bawah benar. Menteri harus terjun sendiri juga di lapangan untuk melakukan cek dan ricek, benar tidaknya suatu laporan, tidak ABS (Asal bapak senang)”, pungkas Drg. Fransiska.
Ungkap Fransiska lagi, Mengapa saya Ingin mengabdi sebagai Menteri pada kabinet II.? Sebab ada beberapa alasan penting, antara lain untuk dapat membantu kerja Bapak Jokowi yang sudah terbilang cukup sukses dalam kepemimpinannya. Menurut saya meskipun beliau sudah cukup baik dalam kinerjanya namun masih membutuhkan lagi orang-orang yang bisa menjadi eksekutor dan mampu turun langsung dan mengawasi dilapangan agar 5 tahun kedepan jauh lebih baik dari 5 tahun sebelumnya, “tegas Fransiska.
Apa sajakah Background saya dan kenapa sampai saya tertarik untuk menjadi Menteri dalam Kabinet Jokowi Jilid II?
Saya adalah seorang Dokter Gigi.Saya seorang alumni Universitas Indonesia. Setelah menjadi dokter maka panggilan saya untuk mengabdi kepada masyarakat Indonesia sangat tinggi. Ini bukan tentang materi yang saya harapkan melainkan bagaimana saya mampu memberikan pengabdian total dan pelayanan sosial yang maksimal bagi nusa, bangsa.
Tegas Fransiska lagi,” Banyak masalah yang terjadi di Indonesia dan sekarang ini kita banyak melihat bencana alam terjadi dimana. Kita melihat Indonesia itu sangat luas mempunyai kepulauan yang sangat luas ada pulau Maluku, Pulau Jawa, pulau Sumatera, Kalimantan, pulau Sulawesi, pulau Papua dan sebagainya. Kita harus ihat Kultur dan aspek aspek lainnnya yang begitu beranekaragam begitu luas Indonesia sehingga kita tidak mengetahui apa yang terjadi pada Indonesia disebelah pojok sana, tetapi saya ingin memberikan saran jika mencari menteri harus mereka yang mau berjalan dari satu pulau ke pulau lainnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang terjadi di pulau tersebut bahkan sampai di daerah terpencil sekaligus.
Ungkap Fransiska lebih lanjut“Masalah yang terjadi di Indonesia sangat banyak dari mulai masalah ketidakadilan sosial, pengangguran, kemiskinan, korupsi, pertikaian,gizi buruk, penyakit menular, konflik, narkoba, kejahatan seksual, hukum dan masih banyak lagi.Dari masalah tersebut diatas apakah kita siap untuk membantu menyelesaikan setiap masalah tersebut dengan secara baik dan bijaksana sehingga nantinya tidak timbul masalah baru lagi untuk kedepannya, perlu kita ingat dalam menyelesaikan masalah kita harus sampai benar-benar tuntas supaya tidak timbul masalah baru lagi.”.