*EDITORIAL MEDIA INDONESIA*
*EKSISTENSI Republik ini benar-benar diuji*. Bukan karena adanya ancaman dari mancanegara, melainkan lantaran gejolak di dalam negeri. *Persatuan dan kesatuan bangsa pun sedang dipertaruhkan. Pada situasi itulah TNI dan Polri hadir.*
*Sejak era reformasi, negeri ini sedang mengalami fase paling memprihatinkan, bahkan sangat mengkhawatirkan*. Masih adanya pihak yang kekanak-kanakan dalam berdemokrasi membuat sesama anak bangsa kian dalam terjerembap di jurang keterbelahan. *Pemilu Serentak 2019 yang sejatinya hanya kompetisi kini menyisakan pertikaian tiada henti.*
*Demokrasi telah kita sepakati sebagai sistem terbaik dalam berbangsa dan bernegara*. Sayangnya, masih ada di antara mereka yang mengklaim sebagai demokrat malah merusak demokrasi. Komitmen siap kalah yang diteken sebelum kompetisi dengan entengnya diingkari. *Itulah yang membuat situasi terus memanas karena rivalitas yang belum juga tuntas.*
*Peristiwa 21 dan 22 Mei lalu menunjukkan betapa rivalitas itu telah menjadi ancaman superserius terhadap persatuan dan kesatuan*. Mereka yang ogah mengaku kalah turun ke jalan, padahal negara sudah menyediakan perangkat untuk menggugat kekalahan secara konstitusional.
*Celakanya, unjuk rasa kemudian berubah kerusuhan. Aksi-aksi anarkistis dipertontonkan, perilaku primitif dengan membakar kendaraan ataupun menyerang petugas pun dipamerkan*. Jelas sekali, seperti yang diingatkan aparat sebelumnya, demonstrasi tak lagi murni. *Demonstrasi terang dan gamblang disusupi agenda tersembunyi, agenda untuk membuat chaosnegeri ini demi menggoyang pemerintahan Jokowi.*
*Kita mengutuk keras aksi tersebut*. Namun, kita juga patut bersyukur memiliki Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). *Sebagai Bhayangkari negara, TNI-Polri kompak bersinergi untuk melindungi, mengayomi, dan memastikan rasa aman bagi masyarakat.*
*Karena kesigapan dan ketegasan TNI-Polri dalam mengendalikan situasi dan menindak para perusuh, kerusuhan 21 dan 22 Mei tak menyebar ke mana-mana*. Amuk massa 1998 yang menumbangkan Orde Baru dan hendak diulang oleh tangan-tangan jahat bisa dicegah.
*Karena itu, sudah sepatutnya kita memberikan apresiasi kepada TNI dan Polri*. Juga tepat jika masyarakat membanjiri mereka ucapan terima kasih, baik melalui media sosial maupun langsung dengan uluran tangan.
*Pascakerusuhan 21 dan 22 Mei, berbagai elemen masyarakat silih berganti mendatangi aparat TNI-Polri yang tak kenal lelah berjaga di sejumlah titik, seperti Kantor Bawaslu, KPU, dan Mahkamah Konstitusi*. Kemarin, misalnya, mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Generasi Satu Indonesia memberikan bunga kepada para polisi yang bertugas di depan Gedung Bawaslu.
*Sebelumnya, komunitas pengemudi ojek _online_ mengirimkan karangan bunga sebagai bentuk apresiasi atas kegigihan TNI-Polri dalam mengamankan situasi.*
*Salah satu tugas TNI sesuai dengan undang-undang ialah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara*. Tugas pokok Polri antara lain memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat. *Tugas-tugas itulah yang secara maksimal mereka tunaikan di peristiwa 21 dan 22 Mei.*
*Situasi kini memang kian terkendali, tetapi tugas TNI dan Polri belum selesai, bahkan tidak akan pernah selesai selama Republik ini berdiri*. Potensi kerusuhan masih sangat mungkin terjadi karena proses pemilu belum sepenuhnya usai. *Apalagi, hingga saat ini belum ada tanda-tanda mereka yang kalah di pilpres bisa berbesar hati.*
*Namun, kita percaya TNI dan Polri dengan segala kewenangan yang diberikan oleh negara akan terus melindungi masyarakat dengan sepenuh hati*. Kita, mayoritas rakyat yang mencintai negeri ini, pun mendukung penuh mereka.