Jakarta, Gramediapost.com
Intensitas sirkulasi hoaks kian tinggi di masa menjelang hari pemilihan umum. Kementen’an Komunikasi dan Informatika mengidentiflkasi 1.224 hoaks sejak Agustus 2018 sampai akhir Maret 2019. Tren merebaknya hoaks secara bertahap meningkat tajam dalam tiga bulan terakhjr: 175 hoaks di bulan Januari, 353 hoaks di bulan Februari, dan 453 hoaks di bulan Maret 2019.
Dampak kerusakan hoaks dapat mengancam kualitas demokrasi. Beredamya berita bohong, perudungan siber, ujaran kebencian, kemarahan yang dibuat-buat, dan pembocoran data pribadi bisa menjadj bagian dari disinfonnasi dan malinformasi yang mengacaukan aka] sehat. Di era ini, masyarakat betul-betul dituntut untuk sadar dan berhati-hati. Tidak semua konten yang beredar dj lntemet memuat kebenaran, bahkan ada jenis konten yang memang sengaja dijadikan senjata untuk mendiskreditkan pribadi maupun lembaga publik tertentu.
Beberapa hal di atas semakin mematikan ketika dikombinasikan dengan algoritma media sosial yang menciptakan fenomena “ruang gema” (echo-chamber). Kebohongan yang terulang lama kelamaan bisa dianggap sebagai sebuah kebenaran. Pengguna media sosial kerap kali tidak menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam pengaruh informasi yang terdistorsi. Yang sering ditemui justru sikap merasa paling benar dan menolak konten selain yang diyakininya benar, meski berdasar fakta sekalipun.
Seruan lmunisasi
Dalam Konferensi Pers yang diselenggarakan atas kolaborasi Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Persatuan Artis Film (PARFI) ’56, dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Republik Indonesia pada hari Sem’n, 15 April 2019 di Media Center Bawaslu R1; diserukan upaya “imunisasi” dari wabah hoaks yang mengancam proses pemilu.
lmunisasi ini dapat ditempuh dengan tiga cara sederhana:
l. Senantiasa “baper” saat menerima informasi baik di media sosial maupun aplikasi perpesanan instan. Alih-alih memelihara watak mudah tersinggung, pengguna Internet perlu baca, pelajari, dan respon (baper). Jangan mudah mempercayai dan menemskan informasi yang sumber dan kebenarannya diragukan. Tiap informasi harus dibaca dengan teliti, djpelajari kebenarannya, dan direspon (atau tidak direspon) dengan turut serta mempenimbangkan etika.
2. Apabila ragu ketika menemui sepotong informasi, pengguna diimbau melakukan cek fakta melalui: Situs cek fakta yang terpercaya seperti stophoax.id, cekfakta.com, dan turnbackhoax.id, Chatbot veriflkasi infonnasi melalui akun Telegram resmi Kemkominfo @chatbotantihoaks dan nomor WhatsApp resmi “Kalimasada” dari MAFINDO +6285574676701, Sumber-sumber terpercaya lainnya, seperti media massa cetak maupun daring yang sudah mendapat verifikasi dari Dewan Pers.
3. Meningkatkan literasi digital bagi seluruh masyarakat sebagai solusi jitu penanganan konten negatif. Dengan kecakapan literasi digital yang memadai, pengguna Internet tidak mudah terpengaruh hoaks maupun ragam konten negatif lainnya dan mampu menjadi netizen yang positif serta produktif. Materi-materi edukasi dapat diunduh secara gratis di literasidigitaljd. Sementara informasi mengenai program-program Iiterasi digital di lapangan bisa diakses melalui siberkreasi.id.
Upaya pemberantasan hoaks im’ diharapkan menjadi bagian daIi perwujudan pemilu 2019 yang bermartabat. Parii’56 dan Siberkreasi sebelumnya juga telah mengim’siasi kampanye Pemilu Damai melalui berbagai pendekatan, diantaranya dengan medium audio visual. Video berdurasi dua menit im’ melibatkan beberapa publik figur kenamaan, seperti Daniel Adnan, Dennis Adhjswara, Marcella Zallianty, Olivia Jensen, Olivia Zallianty, Prilly Latuconsina, Samuel Rizal, dan Titi Kama]. Mereka menyuarakan pentingnya sikap saling memanusiakan serta mengutamakan kebhinnekaan meski berbeda pilihan dalam pemilu.
Hadir dalam konferensi pers ini Komisioner Bawaslu RI Mochammad Atifuddin; Ketua Umum Siberkreasi Dedy Permadi beserta Dewan Pengarah Siberkreasi Diena Haryana dan Donny BU; dan Ketua Umum ParH’56 Marcella Zallianty beserta Pengurus Parf1’56 Ray Sahetapy, Olivia Zallianty, dan Eros Djarot.