Oleh: Albiner ‘Rabar’ Siagian
“Sangat disayangkan dia lebih berinisiatif menyerang. Seharusnya, biasa saja. Slow saja!” Inilah tanggapan seorang teman terhadap debat calon presidan dan calon wakil presiden tadi malam.
Para pembaca yang budiman! Terbayangkan nggak kalau dalam debat tak ada serangan? Debatnya pasti akan tawar dan hambar, bukan? Wong hakikat berdebat itu adalah saling-serang. Kalu tidak ada serangan, dan karenanya tak ada tangkisan, bukan berdebat namanya. Yang menjadi soal adalah sasaran serangannya, bukan inisiatif menyerangnya.
Mengapa harus ada serangan atau ada yang menginisiasi serangan? Jawaban yang pertama adalah karena memang yang diperdebatakan adalah isu atau pendapat yang berbeda dari masing-masing kubu yang berdebat. Jawaban yang kedua adalah agar debat menggairahkan. Para pendebat pun akan bergairah, karenanya.
Hakikat berdebat adalah mempertahankan pendapat atau argumen mati-matian, kalau perlu sampai berdarah-darah. Tujuannya adalah memenangkan perdebatan. Tentu saja, pihak lawan yang menang adalah pihak yang kalah. Oleh karena itu, hasil akhir dari perdebatan adalah kalah-menang (win-loss), bukan seri (draw) atau menang-menang (win-win).
Memojokkan lawan berdebat dalam perdebatan tidak salah, bahkan amat dianjurkan. Mengambil inisiatif menyerang amat baik. Konon, dalam pertandingan sepak bola, serangan adalah pertahanan terbaik. Apabila suatu tim memilih bertahan terus, hasil maksimalnya adalah seri atau draw. Dalam perdebatan pun hal itu berlaku.
Lalu, mengapa teman tadi kecewa ketika salah satu kubu dalam perdebatan itu berinisatif menyerang? Yah, mungkin saja dia tidak pernah membayangkan tokoh idolanya (menurut dia) akan ‘segarang’ itu. Atau, mungkin juga, dia ingin idolanya itu aman-aman saja posisinya.
Sekali lagi serangan pendapat dalam perdebatan amatlah dibutuhkan. Yang perlu diperhatikan adalah sasaran serangannya. Serangan harus ditujukan kepada pendapat, argumen, jawaban, atau sanggahan lawan berdebat, bukan kepada orangnya (argumentum ad hominem).
Debat tidak hendak mempertemukan dua pendapat yang berbeda, tetapi mempertahankan pendapat. Ajukanlah dalil-dalil dan bukti-bukti untuk mengokohkan argumentasimu. Dan jangan lupa, berinisiatiflah menyerang, apalagi di saat kubu lawan sedang lengah pertahanannya. Dan, untuk kita ketahui, debat tidak sama dengan dialog.