Foto Kika: Prof. Djoko Luknanto, Weinata Sairin dan Prof Bambang Suhendro
Jakarta, Gramediapost.com
Tanggal 12 Desember 2018 pukul 19.30 Lokakarya Standar Nasional Pendidikan dibuka secara resmi di Hotel Aston Marina Ancol oleh Kabalitbang Kemdikbud. Lokakarya ini dihadiri oleh lebih kurang 80 orang pakar pendidikan, akademisi, pejabat teras Kemdikbud,para anggota Badan Standar Nasional Pendidikan periode 2005-2018.(periode I sd III).
Acara Pembukaan ini diawali dengan Menyanyikan Lagu Indonesia Raya( 3 stanza), Doa, Sambutan dan Pengarahan.
Hal yang amat penting dicatat, paling tidak bagi saya sebagai teolog, adalah Doa dalam Lokakarya itu yang dihadiri oleh peserta yang majemuk.
Saya sangat gembira, bangga dan bersyukur oleh karena Pemimpin Doa sebelum mengucapkan Doa, berkata :” Doa akan disampaikan secara agama Islam; bagi yang beragama lain silakan berdoa menurut keyakinan agamanya masing-masing”.
Sesudah mengatakan itu barulah Pemimpin Doa mengucapkan Doa secara Islam.
Ungkapan sebelum Doa itu sangat penting maknanya :
* adanya kesadaran bahwa peserta pertemuan itu majemuk dari segi agama dan agama para hadirin itu dihargai.
* Ungkapan pra-doa itu, sebagai wujud kesadaran kemajemukan, bisa menjadi pola baku dalam pelaksanaan doa didepan publik yang majemuk.
Lembaga-lembaga pemerintah/pejabat pemerintah sudah seharusnya menjadi pionir dalam meneladankan praktik kemajemukan dalam NKRI.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menjadi pionir dan dapat mnjadi teladan bagi lmbaga lain di negeri ini.
(Weinata Sairin)