Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
BERITANasional

FFI Memasuki Babak Baru; Aktor Lukman Sardi Jadi Ketua Komite

41
×

FFI Memasuki Babak Baru; Aktor Lukman Sardi Jadi Ketua Komite

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

 

 

Example 300x600

Jakarta, Gramediapost.com

 

Festival Film Indonesia (FFI) kembali hadir dengan babak baru. Tahun 2018 ini, FFI mengusung tema ‘Mencari Mahakarya Batasnya Hanya Kualitas’.

Sebagai upaya mendorong kualitas film Indonesia, Badan Perfilman Indonesia bersama Kementerian Pendidikan Republik Indonesia membentuk Komite Festival Film Indonesia. Mengusung tema “Mencari Mahakarya Batasnya Hanya Kualitas”.

 

Berbeda dari 2017 yang diselenggarakan di Manado, Sulawesi Utara. Untuk tahun ini, ajang penghargaan perfilman Tanah Air dibagi dua katagori yakni malam nominasi dan apresiasi pada 6 November 2018 sebulan jelang malam puncak FFI yang akan diadakan pada Desember mendatang di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Pada Senin, 1 Oktober 2018 Festival Indonesia dibantu oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) hasil kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Komite Festival Film Indonesia dengan masa kerja tiga tahun, yakni 2018-2020.Berawal dari program penghargaan tahunan, FFI kini menjadi sebuah entitas yang beroperasi sepanjang tahun.

Mulai tahun ini sudah dibentuk Komite yang bekerja dari tahun 2018-2020, buat kami ini merupakan terbaik, berkesinambungan yang akan yang kita capai tentang kualitas film Indonesia yang melibatkan stakeholder, bahkan bagaimana kita terhadap pendidikan,” ujar Lukman Sardi selaku Ketua Komite FFI 2018 – 2020, di XXI Metropole, Jakarta Pusat, Senin (1/10/18).

 

Festival Film Indonesia dilahirkan sebagai barometer perkembangan kualitas perfilman Indonesia. Sebuah ajang dengan otoritas tertinggi untuk pencapaian kualitas dan juga estetika terbaik diperfileman kita dengan piala citra sebagai lambang supremasinya.

 

Ketika kita melihat kebelakang, FFI pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955, sempat kembali diselenggarakan pada tahun 1960 dan 1967. Kemudian FFI mulai diselenggarakan secara rutin sejak tahun 1973. Namun sempat terhenti, pada tahun 1992 dan baru diselenggarakan kembali di tahun 2004.

 

Perkembangan film Indonesia selama tiga tahun ini sangat menggembirakan, dengan jumlah penonton yang terus meningkat, membuktikan bahwa film Indonesia sedang berkembang ke arah yang lebih baik. Meski demikian, tentu saja masih banyak pekerjaan rumah dan juga tantangan bagi para insan perfilman Indonesia. Maka diharapkan FFI ini akan berfokus pada usaha-usaha meningkatkan kualitas film Indonesia untuk memperkuat sisi budaya dan juga estetika film.

 

Tahun ini, FFI berfokus pada usaha meningkatkan kualitas film-film Indonesia untuk memperkuat sisi budaya dan estetika film. Selain itu, melalui surat keputusan Ketua Umum BPI, telah dibentuk komite FFI dengan masa kerja tiga tahun. Nantinya, komite ini akan melengkapi entitas sebelumnya.

 

Komite tersebut diketuai oleh Lukman Sardi, lalu Catherine Keng sebagai sekretaris, Edwin Nazir (keuangan dan pengembangan usaha), Lasja F. Susatyo (program), Nia Dinata (penjurian), serta Coki Singgih (komunikasi). Di samping Piala Citra, Komite FFI juga akan menjalankan berbagai program seperti kanonisasi film Indonesia, pelatihan tingkat pakar, kolaborasi komunitas, literasi, dan apresiasi publik.

 

“Kalau bicara FFI, panitianya berubah setiap tahun, tapi kini sudah dibuat komite untuk masa kerja tiga tahun. Untuk mencapai kualitas, ada program berkesinambungan yang dilakukan FFI. Program ini dilakukan sedemikian rupa secara keseluruhan yang mau kita capai kualitas film Indonesia mencakup stakeholder Indonesia,” ungkap Lukman.

 

Sementara untuk penjurian, Lukman menjelaskan, sama seperti sebelumnya yakni dengan tiga kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian, di antaranya gagasan dan tema, kualitas estetika, serta profesionalisme. Penjurian juga melibatkan partisipan aktif asosiasi profesi dan komunitas melalui proses seleksi internal. Pemilihan pemenang dilakukan oleh perwakilan yang ditunjuk asosiasi profesi dan komunitas ditambah 10 juri mandiri.

 

Juri dari asosiasi dan komunitas dianggap mampu memahami secara baik setiap detail dari setiap unsur yang dinilai, serta mengetahui tren perfilman dunia. Sedangkan, tahapan penjurian sendiri akan berlangsung 2-25 Oktober 2018 dan nominasi diumumkan pada 6 November 2018. Selanjutnya, pemenang Piala Citra FFI 2018 diumumkan dalam malam anugerah pada Desember 2018.

 

“Jadi asosiasi akan merekomendasikan film-film. Sistemnya di FFI bukan mendaftar. Kalau sudah tayang 1 Oktober 2017 sampai 30 September 2018 itu otomatis diseleksi. Setelah asosiasi merekomendasikan, baru dari situ kita olah menjadi nominasi kategori. Muncul pemenang melalui vote. Kita gunakan konsultan publik independen, Deloitte Consulting, jadi vote kita nggak tahu, panitia nggak tahu,” kata Lukman Sardi.

 

Berbeda dari 2017 yang diselenggarakan di Manado, Sulawesi Utara. Untuk tahun ini, ajang penghargaan perfilman Tanah Air dibagi dua katagori yakni malam nominasi dan apresiasi pada 6 November 2018 sebulan jelang malam puncak FFI yang akan diadakan pada Desember mendatang di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

 

Festival Film Indonesia dilahirkan sebagai barometer perkembangan kualitas perfilman Indonesia. Sebuah ajang dengan otoritas tertinggi untuk pencapaian kualitas dan juga estetika terbaik diperfileman kita dengan piala citra sebagai lambang supremasinya.

 

Ketika kita melihat kebelakang, FFI pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955, sempat kembali diselenggarakan pada tahun 1960 dan 1967. Kemudian FFI mulai diselenggarakan secara rutin sejak tahun 1973. Namun sempat terhenti, pada tahun 1992 dan baru diselenggarakan kembali di tahun 2004.

 

Perkembangan film Indonesia selama tiga tahun ini sangat menggembirakan, dengan jumlah penonton yang terus meningkat, membuktikan bahwa film Indonesia sedang berkembang ke arah yang lebih baik. Meski demikian, tentu saja masih banyak pekerjaan rumah dan juga tantangan bagi para insan perfilman Indonesia. Maka diharapkan FFI ini akan berfokus pada usaha-usaha meningkatkan kualitas film Indonesia untuk memperkuat sisi budaya dan juga estetika film.

 

Pada Senin, 1 Oktober 2018 Festival Indonesia dibantu oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) hasil kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Komite Festival Film Indonesia dengan masa kerja tiga tahun, yakni 2018-2020.

 

Ia dibantu oleh Catherine Keng sebagai sekretaris, Edwin Nazir (Keuangan & Pengembangan Usaha), Lasja F. Susatyo (Program), Nia Dinata (Penjurian) dan Coki Singgih (Komunikasi).

 

“Menuju malam puncak FFI 2018, kita akan ada kegiatan seperti workshop, akan ada beberapa kota yang akan pemutaran film di sekolah, setelah Desember 2018, kita terus melakukan apresiasi dan literasi ditempat publik nantinya juga akan ada Indonesia Movie Week, dimana publik akan jauh mengenal perkembangan film Indonesia,” tegas Lukman Sardi.

 

“Kita akan melibatkan asosiasi berkualitas dari setiap asosiasi akan merekomendasikan, sampai 1-30 September tahun ini itu berarti dia masuk untuk diseleksi, 25 sampai 20 film dari situ juga akan muncul pemenang-pemenang, kita sama sekali, bahkan tidak ada yang tahu hasilnya seperti apa, kita juga akan mengambil juri – juri terbaik” imbuh Lukman Sardi lagi.

 

Sebulan sebelum Malam Anugerah, tepatnya pada 6 November 2018, Komite FFI akan menggelar pengumuman nominasi yang terdiri dari 23 kategori.

 

 

 

 

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *