Surat Cinta (Vinanda Febriani) untuk Kemendikbud – Ditulis oleh: Vinanda Febriani
Dear Kemendikbud yang terhormat.
Salam santun Bapak Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P, semoga selalu dalam lindungan dan kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa.
Pada tulisan ini, saya hendak sedikit mengkritisi sikap Bapak atas apa yang terjadi baru-baru ini. Seperti yang Bapak saksikan, beberapa hari yang lalu di Probolinggo, ada sebuah kegiatan Pawai Budaya tingkat Paud dan TK dalam rangka memperingati HUT yang ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Yang perlu kita pahami dan cermati adalah ketika perang melawan kolonial penjajah, adakah pahlawan perempuan Indonesia yang mengenakan cadar dan jubah hitam?. Cut Nyak Dien apakah memakai cadar?. Pada zaman itu belum ada cadar, perempuan Indonesia zaman dahulu memakai kerudung, bukan jilbab, hijab ataupun bahkan cadar/niqab.
Kemudian, anak-anak TK itu memegang sebuah replika senjata laras panjang dan mereka mengambil tema “Perang di Zaman Rasulullah”, sedangkan di zaman Rosulullah belum ada senjata laras panjang, adanya pedang samurai.
Terakhir yang sejak awal saya ingin tanyakan, tema keseluruhan dari pawai tersebut yang akan diarak budaya mana? Budaya Indonesia atau non-Indonesia?. Sebab jika yang dipawai adalah Budaya Indonesia, maka apa yang ditampilkan TK tersebut adalah sangat keluar dari tema yang telah disepakati. Cadar jelas bukan budaya Indonesia walaupun beberapa muslimah di Indonesia mengenakan cadar. Dan apakah Ibunda dari anak-anak tersebut tidak ada yang protes?. Mengapa begitu? Apa yang terjadi?.
Dengan beberapa point perhitungan sederhana diatas, saya anggap itu menjadi argumen landasan mengapa saya tidak setuju dengan langkah yang Bapak ambil selaku Kepala Dinas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Seharusnya Bapak bersikap tegas kepada pihak TK dan bukannya malah memberikan bantuan dana bahkan sampai akan mengusut siapa yang menviralkan video anak TK tersebut. Menurut saya langkah Bapak tidak tepat dan akan menjadi langkah yang tidak mendidik untuk Bangsa ini.
Sebagai pembelajaran bersama, radikalisme sudah kian marak di sekitar kita. Pemahaman itu berkembang dengan cepat melalui hal-hal sederhana. Hal-hal yang mungkin dianggap sepele oleh kita. Akan tetapi garis besarnya, yang harus kita waspadai bukanlah pakaian, cadar, senjata, atau individunya. Akan tetapi yang perlu kita waspadai adalah pemikiran dan pemahamannya. Soal pakaian dan penampilan, mereka bisa saja berubah tiap waktu. Namun soal pikiran, mereka tetaplah sama, menginginkan Indonesia hancur tanpa sisa. Inilah mengapa Radikalisme harus segera diberantas dan menjadi musuh bersama negara Indonesia.
Sekian
Salam Hormat
Vinanda Febriani
Siswi kelas XII di MA Ma’arif Borobudur.
Borobudur. Senin, 20 Agustus 2018.