Hari ini, Kamis 30/08/2018 saya mengikuti kunjuan kerja Menteri Negara BUMN, Rini Soemarno, ke Palembang. Turut dalam kunjungan kerja iru adalah Dirut/Direktur BUMN, pengamat dan kalangan jurnalis. Salah satu obyek yang dikunjungi adalah LRT Palembang, khususnya depo LRT dan juga “njajal” naik LRT, dari Stasiun Jakabaring menuju Stasiun Palembang Icon.
Ada beberapa “catatan ringan” untuk LRT Palembang, yakni :
1. Depo LRT tampaknya belum mempunyai peralatan yang cukup, seperti lifting (untuk menarik gerbong), dll. Bagaimana mungkin sebuah depo tidak mempunyai peralatan yang cukup?
2. Saat kereta akan berhenti di stasiun, dan mengerem, bunyi remnya berderit cukup keras. Suara derit ini dipertanyakan konsunen, ini ada apa?
3. Pengeras suara di dalam kabin kereta, tidak terlalu di jelas. Sehingga informasi tentang pemberhentia n stasiun tidak jelas terdengar oleh penumpang. Apalagi kalah oleh suara derit rem, dan suara berisik kereta;
4. Di dalam kabin kereta belum ada peta perjalanan secara komplit, sebagaimana peta perjalanan di KRL Jakarta;
5. Jembatan penyeberangan orang di stasiun Jakabaring terlalu panjang. Ini bisa mengakibatkan calon konsumen mengurungkan niat naik KRL. Apalagi karakter orang Indonesia malas jalan kaki.
Demikian. Semoga lekas ada penyempurnaan sehingga LRT Palembang menjadi sarana transportasi yang handal bagi warga Palembang. Terima kasih.
Wassalam,
*Tulus Abadi*,
Ketua Pengurus Harian YLKI
Seluler: 0811195030.
__________
*Note*:
Akses informasi dan pengaduan ke YLKI: www.pelayanan.ylki.or.id