Sultan Hamengkubuwono X pada Dies Natalis GMKI ke-67 di UKDW:Bangun Kembali Kebhinnekaan Indonesia

0
498
Sri Sultan Hamengkubuwono X berfoto bersama Beberapa fungsionaris PP GMKI

Jakarta, Suarakristen.com

Indonesia dalam bingkai NKRI merupakan suatu realitas yang final. Pernyataan ini disampaikan Sultan Hamengkubuwono X dalam acara Seminar Nasional dan Perayaan 67 Tahun Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia pada hari Kamis, 9 Februari 2017. Pada kegiatan yang diadakan di Universitas Kristen Duta Wacana tersebut, Gubernur DI Yogyakarta memberikan orasi budaya dengan tema ‘Membangun Kembali Kebhinnekaan Indonesia’.

“Secara metaforis di dada dan kalbu setiap manusia Indonesia harus tersemat dan terserap ‘ruh’ Garuda Pancasila dengan kaki mencengkeram kuat sesanti Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, meski memiliki keragaman etnik, agama, budaya, dan bahasa yang paling kaya, sekaligus problematik di dunia, kita tetaplah ‘Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia’ dalam bingkai NKRI yang tak boleh diubah, karena sudah menjadi realitas yang final,” ujar Sultan.

Sultan menyampaikan sejarah mencatat dengan tinta emas, bahwa “Yogyakarta Memang Istimewa”, karena senyatanya menjadi penyangga Republik yang masih muda itu. Artinya, perjuangan para pemimpin lintas-etnik dan lintas-agama yang sebagian disebutkan itu, bukanlah untuk Yogyakarta semata, tetapi justru “Dari Yogya Untuk Indonesia”. Bahkan didirikannya Universitas Gadjah Mada yang difasilitasi Sri Sultan HB IX dengan mengundang kehadiran mahasiswa dari berbagai etnis, juga untuk lahan penyemaian “Indonesia Mini”.

Lebih lanjut Sultan menyampaikan, dalam upaya membangun masyarakat yang Bhinneka Tunggal Ika, harus ada interaksi aktif di antara unsur-unsurnya melalui proses saling mengenal, menyapa dan belajar. Kedudukan berbagai unsur di dalam masyarakat itu hendaknya diposisikan secara setara, demi terciptanya keadilan di antara berbagai unsur yang saling berbeda tersebut.

“Setiap elemen bangsa, generasi muda, termasuk GMKI di dalamnya, perlu mengambil peran strategis untuk membangun kembali kebhinnekaan Indonesia kita dengan menegasikan semua kepentingan suku, agama, ras dan golongan (SARA). Dialog budaya untuk solusi konflik, apalagi yang bernuansa agama, membutuhkan kesabaran dan konsistensi, dan perlu dukungan energi dari berbagai gerakan perdamaian,” ujar Sri Sultan.

Baca juga  Wakil Wali Kota Jakut : Perilaku Pola Hidup Sadar Lingkungan Jadi Hal Utama Ciptakan ProKlim

Dalam pidatonya, Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI Sahat Martin Philip Sinurat menyampaikan salah satu alasan diadakannya Perayaan Dies Natalis GMKI di Yogyakarta adalah daya tarik dari rakyat Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai rakyat yang ramah, inklusif, toleran, dan terbuka. Walau beberapa waktu belakangan ini dari Yogyakarta sempat terdengar beberapa berita yang kurang ramah menyangkut keberagaman, namun terlaksananya kegiatan Dies Natalis dan hadirnya Sultan menjadi salah satu bukti bahwa rakyat Yogyakarta masih tetap rakyat yang ramah dan inklusif.

“Menjadi perjuangan kita bersama agar Pancasila selalu menjadi dasar hidup masyarakat, dan kelompok intoleran tidak memiliki tempat di negeri toleran ini. Bagi GMKI, Pancasila sudah final dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Maka sebagai bentuk komitmen itu, GMKI akan selalu menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila. Dan tanggung jawab ini tidak hanya dikerjakan oleh GMKI semata, namun juga pemuda-pemudi Indonesia lainnya, dari latar belakang agama, suku, dan golongan apapun,” ujar Sahat.

Lebih lanjut Sahat menyampaikan saat ini Indonesia sedang menjalani Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Sustainable Development Goals (SDGs), dan bonus demografi. Untuk menghadapinya, pemuda Indonesia harus berkompetensi dan memiliki daya saing. Sahat meminta anggota GMKI dan para pemuda untuk melatih diri dalam kewirausahaan dan kemampuan berbahasa asing. Kemandirian dan kemampuan berwirausaha akan memberikan peluang bagi kader GMKI untuk mampu merancang dan membuat lapangan kerja baru. Kemampuan berbahasa asing, disertai keunggulan dalam akademik dan organisasi akan memberi jalan bagi kader GMKI untuk mengikuti berbagai program beasiswa, salah satunya program beasiswa pendidikan LPDP yang sangat terbuka bagi para aktivis kampus yang berprestasi.

Baca juga  Perwira TNI AL Finisher Pertama Unsur TNI/Polri “Sembalun Seven Summits"

“Kita memiliki tugas membangun peradaban Indonesia. Masa depan kita adalah masa depan Indonesia. Kita harus menjalani masa kini dengan penuh tanggungjawab, agar di masa depan, kita dapat mencapai Indonesia yang kita cita-citakan. Bukan Indonesia yang para koruptor cita-citakan, bukan Indonesia yang para kelompok radikal cita-citakan. Bukan Indonesia yang para mafia dan korporasi busuk cita-citakan. Bukan Indonesia yang negara adidaya seperti Amerika Serikat atau Tiongkok cita-citakan. Tapi Indonesia yang kita, semua rakyat Indonesia, cita-citakan dan perjuangkan. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila,” ujar Sahat.

Dalam kegiatan ini hadir ratusan peserta, antara lain para pengurus GMKI dari berbagai cabang di Indonesia, Kelompok Cipayung (HMI, PMII, GMNI, dll), Ketua MUI Yogyakarta, Rektor UKDW, dan tokoh agama dan masyarakat lainnya. Pada Seminar Nasional bertemakan Demokrasi dan Pancasila, hadir beberapa pembicara, Direktur Bina Ideologi, Karakter, dan Wawasan Kebangsaan Kemendagri, Prabawa Eka Soesanto, Firman Jaya Daeli, Ahmad Munjid (Dosen UGM / aktivis NU), dan Subkhi Ridho yang merupakan aktivis Muhammadiyah dari UMY.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here