Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Nasional

Pesan Perdamaian PP GMKI Bagi Indonesia

7
×

Pesan Perdamaian PP GMKI Bagi Indonesia

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Jakarta, Suarakristen.com.

Example 300x600

Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI Dalam Perayaan Natal Nasional GMKI di Samarinda, Sabtu, 14 Januari 2017

Salam sejahtera bagi kita semua,
Bapak-Ibu dan Saudara-saudari yang kami hormati, kelahiran Yesus di dunia tidak hanya menjadi milik umat Kristen saja, melainkan merupakan milik peradaban manusia. Karena kehadiran-Nya di dunia bertujuan untuk menolong orang miskin, para janda dan anak yatim, membebaskan orang-orang yang termarjinalkan, serta orang orang yang dipenjara secara tidak adil. Kedatangan-Nya ke dunia untuk melawan ketidakadilan, konflik, kemiskinan, peperangan, dan persoalan-persoalan manusia lainnya. Yesus hadir membawa pesan kasih, perdamaian bagi semua umat manusia.

Maka bagi GMKI, hari Natal, hari kelahiran Yesus Kristus, tidak cukup diperingati dengan seremoni semata ataupun gemerlap hiasan Natal. Namun, Natal harus direfleksikan sesuai konteks persoalan yang dihadapi masyarakat sekarang, khususnya masyarakat Indonesia. Melihat kondisi kebangsaan saat ini, melalui momen Natal, GMKI ingin menyampaikan pesan perdamaian bagi masyarakat, bangsa, dan negara kita.

Pada hari ini, Pengurus Pusat GMKI mengadakan Natal Nasional GMKI di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Pemilihan lokasi di kota tempat terjadinya peristiwa bom di Gereja Oikoumene, tepat dua bulan lalu (tanggal 13 November 2016) adalah bentuk solidaritas GMKI terhadap para korban dan jemaat Gereja Oikoumene serta masyarakat Kalimantan Timur yang pasti terguncang dengan peristiwa itu. Perayaan Natal di kota Samarinda adalah salah satu upaya GMKI menyuarakan semangat dan pesan perdamaian bagi rakyat Indonesia, terkhusus masyarakat Kalimantan Timur.

GMKI ingin menyampaikan bahwa masyarakat jangan pernah takut dengan tindakan radikalisme ataupun terorisme, melainkan kita harus menangkalnya dan selalu berupaya menjaga keutuhan dan persatuan bangsa.

Bapak Ibu yang kami hormati, saudara saudari yang kami kasihi, menurut pandangan GMKI, saat ini kita sedang berada di ambang disintegrasi bangsa. Namun disintegrasi itu masih bisa kita tangkal, masih bisa kita atasi. Asalkan masyarakat kita memiliki paradigma yang sama dalam memandang keindonesiaan kita.

Ada sekelompok orang yang mempersoalkan perbedaan kita dan mengatakan bahwa kelompoknya mayoritas dan kelompok lainnya minoritas. Namun menurut pandangan kami, istilah mayoritas-minoritas tidak tepat digunakan di Indonesia. Karena kita semua adalah minoritas, sesuai keadaan dimana kita berada dan berpijak.

Saya berdarah Batak dan beragama Kristen. Di tempat asal saya, di kawasan Danau Toba, saya adalah mayoritas secara suku dan agama. Namun, ketika saya berkuliah di ITB Bandung, saya menjadi minoritas dan harus beradaptasi di tengah masyarakat Sunda yang sebagian besar beragama Islam.

Begitu juga bagi Bapak dan Ibu yang tinggal di Kalimantan Timur, yang sebagian besar merupakan suku Dayak dan Kutai serta beragama Islam ataupun Kristen, disini Bapak dan Ibu adalah mayoritas. Namun, ketika keluar dari Kalimantan, Bapak dan Ibu menjadi minoritas. Sama halnya dengan teman-teman kita di Jawa, ketika mereka ke Papua atau NTT, mereka akan menjadi minoritas, dan begitu pula sebaliknya.

Maka kita sebenarnya adalah sekumpulan minoritas, yang harus menyesuaikan diri dan beradaptasi ketika keluar dari daerah kita sendiri. Tidak ada mayoritas dan minoritas yang absolut. Semuanya disesuaikan dengan tempat dimana kita berada.

Ternyata, perbedaan ini oleh para pendiri bangsa kita tidak dianggap sebagai kelemahan, melainkan justru dijadikan kelebihan. Perbedaan suku, agama, etnis, dan golongan, adalah kekayaan yang harus dipersatukan. Dan sejarah mencatat, sejak lahirnya Budi Utomo, dilanjutkan Sumpah Pemuda dan hari kelahiran Pancasila, serta puncaknya adalah Proklamasi Kemerdekaan, semua perbedaan ini telah disatukan, satu dalam bangsa, satu dalam tanah air, satu dalam bahasa. Itulah Indonesia. Itulah Indonesia. Itulah Indonesia yang kita cintai.

Hadirin sekalian, semua perbedaan ini memilih untuk bersatu dengan kesadaran penuh. Itu tampak nyata pada masa kemerdekaan. Saat itu, Bung Karno menyampaikan, “jika ada yang bertanya berapa jumlahmu, maka jawablah, ‘kami satu’.” Dan masyarakat Indonesia saat itu dengan sadar menyatakan kami satu. Ya, kita satu. Kita satu. Kita satu.

Kekayaan yang menyatu itu dapat kita lihat langsung di acara malam hari ini. Penampilan tarian dari berbagai suku di Indonesia, paduan suara yang melantunkan simponi dari berbagai daerah, serta kehadiran saudara-saudari dari berbagai agama, menunjukkan bahwa inilah Indonesia. Inilah kekayaan kita, yang belum tentu dimiliki oleh negara-negara lainnya.

Saudara-saudari yang saya kasihi, kita telah disatukan dengan Pancasila, melalui semangat Bhinneka Tunggal Ika, dalam bingkai Indonesia. Maka tugas kita saat ini untuk merawat dan menjaga perdamaian dan kerukunan bangsa kita. Dan tugas itulah yang diemban oleh GMKI, serta Kelompok Cipayung Plus lainnya.

Sebagai informasi kepada saudara-saudari sekalian, cikal bakal GMKI sudah ada sejak tahun 1920an, dan kemudian GMKI berdiri tahun 1950, sekitar 67 tahun yang lalu, hanya berbeda lima tahun dari diproklamasikan Indonesia. Walau dipimpin oleh mahasiswa yang merupakan kaum muda, namun GMKI dapat tetap berdiri hingga sekarang ini. Itu menunjukkan doktrin GMKI kuat. Doktrin GMKI mengakar.

Doktrin GMKI adalah terkait dengan Keindonesiaan dan Kekristenan. Bahwa kita semua satu keluarga sebagai bangsa Indonesia, dan sebagai umat gereja, kita juga adalah satu keluarga walau berbeda denominasi gereja. Inilah doktrin yang ditanamkan kepada kami, 100% Kristen dan 100% Indonesia, dan saya yakin begitu juga dengan Kelompok Cipayung Plus lainnya.

Itulah yang menyebabkan, sampai sekarang Kelompok Cipayung Plus selalu kompak dan berjalan bersama. Karena kami punya cita-cita dan tujuan bersama, yakni Indonesia yang adil dan bersatu. Rakyat Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Saudara-saudari yang kami kasihi,
Di tengah kekuatiran terjadinya disintegrasi bangsa akibat persoalan-persoalan yang berkaitan dengan suku, agama, etnis, dan golongan, Kelompok Cipayung Plus ingin menunjukkan bahwa mahasiswa dan pemuda Indonesia tidak akan terpecah-belah dan berkomitmen menjaga keutuhan bangsa berdasarkan Pancasila.

Oleh karena itu, dalam acara Natal ini akan ditandatangani dan diserahkan Prasasti Perdamaian Mahasiswa dan Pemuda Indonesia yang bertuliskan komitmen Kelompok Cipayung Plus untuk selalu menjadi garda terdepan dalam menyuarakan dan memperjuangkan perdamaian dan kerukunan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Secara khusus juga, GMKI hari ini mengundang Wakil Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Mr. Taher Ibrahim Abdallah Hamad. Beliau hadir di tengah kita saat ini untuk menyampaikan pesan perdamaian mengenai pentingnya menjaga kerukunan di tengah keberagaman bangsa.

Bulan lalu kami bertamu ke kantor beliau di Jakarta. Mr. Taher menceritakan kehidupan masyarakat Palestina dimana orang Islam, Kristen, dan agama lainnya dapat hidup berdampingan dalam damai. Beliau berpesan Indonesia juga harus menjaga kerukunan dan perdamaian kita, yang kita warisi dari nenek moyang kita.

Maka dalam momen penting ini pula, kami, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, menyatakan kembali dukungan kami terhadap perjuangan saudara-saudari di Palestina. Sejak bertahun-tahun lalu, para pengurus GMKI di masa lalu, telah menyatakan sikap dukungan ini. Dan pada saat ini juga, GMKI akan menyatakan dengan tegas, bahwa rakyat Palestina harus dapat menikmati kemerdekaan dan kedamaian yang hakiki, sehingga pemerintah Palestina dapat fokus memikirkan bagaimana terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Palestina.

GMKI mendukung dijalankannya resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Palestina yang diputuskan pada akhir Desember 2016 lalu. Resolusi ini merupakan seruan kepada Negara Israel, agar menghentikan pembangunan permukiman Israel di tanah Palestina.

Pemerintah Indonesia dengan garis politik luar negerinya seperti yg tertuang di pembukaan UUD 1945, harus terlibat aktif dalam mendorong dijalankannya resolusi Dewan Keamanan PBB ini. GMKI akan mendukung setiap langkah positif pemerintah yang berkaitan dengan persoalan di Palestina. Kemerdekaan dan perdamaian adalah hak setiap bangsa yang harus kita junjung dan perjuangkan.

Bapak, Ibu dan saudara-saudari yang kami kasihi dan hormati, demikian sambutan yang dapat kami sampaikan. Kami mengucapkan selamat Natal 2016 dan selamat Tahun Baru 2017. Semoga di tahun ini, Indonesia dapat semakin adil, damai, sejahtera, dan makmur. Dan kita semua di tempat ini dapat hidup damai, seperti pesan tema Natal Nasional GMKI, berdamailah dengan semua ciptaan.

Sebelum menutup sambutan ini, saya ingin bertanya kepada saudara-saudari, berapa jumlah kita? Ya, benar, kita satu, kita satu, kita satu.

Terima kasih atas perhatian hadirin sekalian. Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua.

Tertanda,
Sahat Martin Philip Sinurat

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *