Pdt.Elsen Tan, M.Div. :
“Iman Kristen Memotivasi Orang untuk Bekerja Keras”
“Saat ini semua orang yang bekerja menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat kerjanya. Kebanyakan hidup kita memang dihabiskan dalam dunia pekerjaan, karena Allah memang mendesain kita seperti ini. Banyak orang yang lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat pekerjaan daripada di gereja. Karena itu, tempat terbesar untuk kesaksian kita saat ini adalah di dalam dunia pekerjaan (marketplace). Sebagai garam dan terang dunia, para pengusaha dan karyawan Kristen bisa membawa kabar baik ke tempat kerjanya. Pekerjaan kita memungkinkan kita untuk membangun hubungan dengan orang lain untuk menyatakan kasih Tuhan kepada mereka. Membangun hubungan dengan orang lain merupakan langkah pertama untuk menyatakan kasih Tuhan kepada orang lain.
Karena itu, setiap pengusaha dan karyawan Kristen memiliki kesempatan untuk memuliakan Allah melalui pekerjaan mereka. Sekalipun bekerja dalam dunia sekuler, Tuhan ingin kita memandang pekerjaan kita sebagai pelayanan kita. Kita harus memandang pekerjaan kita sebagai ibadah dan pelayanan kepada Tuhan. Karena seluruh kehidupan kita adalah bentuk ibadah kepada Tuhan, maka bekerja bagi kita berarti melayani orang lain dan melayani Tuhan. Kalau kita melayani orang lain kita sebenarnya sedang melakukan pelayanan kepada Tuhan. Kita menggunakan pekerjaan kita sebagai sarana untuk membagikan kasih Tuhan. Kita harus merasakan Allah senang dengan apa yang kita kerjakan dalam pekerjaan kita.”demikian disampaikan Pdt. Elsen Tan, M.Div, seorang Pengusaha yang juga seorang hamba Tuhan kepada Suara Kristen di kantornya di daerah Pluit, (Jakarta 12/3/15).
Menurut Elsen Tan,” Dunia saat ini sedang menghadapi kesulitan-kesulitan ekonomi yang kemungkinan bisa mengakibatkan depresi-depresi. Karena itu, situasi ekonomi saat ini menuntut kita untuk merendahkan hati di hadapan Tuhan. Kita harus memahami hukum-hukum Tuhan tentang pekerjaan, agar kita bisa bekerja dengan bijaksana, penuh hikmat dan baik sesuai dengan Firman Tuhan. Karena salah satu faktor utama penyebab banyak orang Kristen mengalami krisis adalah karena kita gagal mengembangkan teologi kerja yang alkitabiah dan komprehensif. Kita gagal memahami maksud kita diciptakan Tuhan. Karena itu, krisis ekonomi telah memaksa banyak orang untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang tujuan dan nilai pekerjaan. Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Karena selama ini banyak di antara kita yang tidak mempunyai pandangan bahwa pekerjaan mereka memiliki nilai dan derajat yang lebih tinggi. Generasi sekarang juga banyak yang bermental instan, ingin cepat sukses, boros, kurang bisa mengendalikan diri, tak sabar, manja, dan pemalas.”
Jelas Elsen Tan lagi, yang juga merupakan Ketua Umum Sinode Gereja Reformed Kharismatik Indonesia (GRKI) ini, “Pekerjaan merupakan desain Tuhan sejak awal. Bekerja merupakan bagian desain awal Tuhan bagi umat manusia. Tuhan menempatkan manusia di Taman Eden agar manusia bekerja yaitu mengusahakan, memelihara dan mengembangkan Taman Eden. Kej 1:27-28 memperlihatkan bahwa manusia bukan saja diberikan perintah untuk mengelola Taman Eden tetapi juga harus mengatur dan menguasai seluruh isi bumi ini. Jadi, kita diciptakan oleh Allah untuk bekerja. Tujuan dan sasaran akhir dari pekerjaan adalah agar setiap aspek kehidupan dan kebudayaan dipenuhi dengan keindahan dan kemuliaan dan kasih Tuhan.
Tuhan mendesain pekerjaan agar kita bisa memenuhi kebutuhan manusiawi kita. Dia memberi kepada setiap orang DNA unik untuk mengejar pekerjaan yang bisa memenuhi kebutuhan manusiawi kita.
Kej. 1: 26-28 memberitahu kita bahwa kita diciptakan dalam citra/gambar Allah. Kej 1 juga memberitahu kita bahwa kita dipanggil Allah untuk menjadi penguasa atas seluruh ciptaan Allah. Ini disebut Mandat Budaya (Cultural Mandate). Manusia diciptakan menjadi agen pembangunan dan perubahan
Kita dipanggil dan ditakdirkan untuk menjadi makhluk kreatif. Hanya Tuhan yang bisa menciptakan sesuatu dari yang tiada. Tetapi kita dipanggil untuk menciptakan sesuatu dari sesuatu. Kita diberi kemampuan untuk mengambil sebuah pohon lalu membuat sebuah meja; mengambil tanah liat lalu membuat patung; mengambil logam lalu membuat alat musik.”
Lebih jauh ditegaskan Pdt. Elsen Tan,” Bekerja itu baik. Bekerja bukan hasil dari dosa. Pekerjaan bukanlah suatu kutukan. Akan tetapi, Kejatuhan manusia ke dalam dosa telah sangat mempengaruhi sikap kita terhadap pekerjaan. Karena kejatuhan, pekerjaan manusia dikutuki dengan kesukaran-kesukaran. tetapi pekerjaan itu sendiri bukanlah kutukan (Kej 2:15). Ketika dosa memasuki gambar itu, pekerjaan ikut dikutuk Tuhan. Dosa menghasilkan sifat-sifat buruk seperti kemalasan, kelambanan, kesombongan dan kerakusan. Kemalasan membuat kita susah antusias bekerja dan susah memotivasi diri kita untuk bekerja dan menyelesaikan pekerjaan kita.
Tuhan menciptakan segala sesuatu, sekalipun ciptaan telah jatuh, Allah akan merestorasi ciptaanNya menjadi sempurna kembali. (Kej. 1; Kej 2; Yes. 65, Wah. 21: 1, Wah. 22:5).”
Perinci Elsen Tan lagi, “Alkitab penuh dengan panduan-panduan, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan norma-norma tentang bekerja maupun tentang etika kerja yang saleh.
Pekerjaan kita dalam setiap bidang penting artinya bagi Tuhan sekarang dan selamanya.
Tuhan meminta setiap orang bekerja dan memberi kita kemampuan dan talenta untuk menyelesaikan pekerjaan kita. (Kel. 31: 1-5, Rom 12:6-8, 1 Kor 12:28; Ef. 4:11-16; Mat 25:14-30)
Kita bertanggunggung-jawab atas kualitas, karakter dan etika pekerjaan kita dan untuk kesetiaan pada Tuhan. (Mat. 25:21; Kol. 3:23-24; 1 Kor 3: 10-15; 1 Kor 15:58; Yer 17:10; Mat 16:27; Wah 22:12; 2 Tes 1:11; Yeh 36:30)
Kita ditakdirkan untuk bekerja sama dengan Kristus, mengikuti teladan-teladanNya, memperlakukan orang lain dengan adil dan mengasihi semua orang. (2 Kor. 6:14-15; Mat. 11:29-30; Maz 89:14; Kel 20:2-17; Mark 12:31; Mat. 25:35-36)
Pekerjaan kita harus berpusatkan pada pelayanan pada orang lain, tidak peduli apa pekerjaan kita dan peran kita. (2 Kor 5:16-21; Mark 12:31; Mat 7:12; Fil 2: 3-4; Gal 5:13; 1 Pet 4:10; Rom 12:16; Mat 5: 13-14; 1 Pet 3:15; 2 Kor 5:20; Mat 28:19-20; 1 Tes 4:11-12).
Tuhan mengundang kita masuk ke dalam pola istirahat yang sudah ditentukannya, setelah kita bekerja dalam kurun waktu tertentu. Untuk pemulihan dan hubungan dengan Kristus. (Kel 20:8-11; Yoh 15:4; Ibr 4:10; 1 Yoh 3:19)
Kita harus mengijinkan Tuhan untuk mengarahkan penggunaan dari semua yang Dia telah berikan, termasuk talenta-talenta, waktu, uang dan pengaruh. ( 1 Kor 4:7; 1 Tim 6:17-19; Yes 58:10; Kis 2:45; Rom 12:13; Ibr 13:16; Fil 4:15-19)
Kita perlu membangun hubungan dengan pengikut Kristus yang lain, melalui Gereja, untuk dukungan dan akuntabilitas (1 Tim 3:15; 1 Kor 12:27; Ef 4:12-13; Kis 2:42-47; Kis 11:26; Tit 2:3-8;Amsal 27:17; 1 Tes 2:8; Ul 6:4-9)”
“Kita bekerja dengan maksud tertentu. Kita harus mengerti bahwa Tuhan telah memberikan berbagai tujuan dan sasaran yang harus kita penuhi. Kita pergi bekerja dengan suatu maksud/tujuan tertentu. Ini karena Tuhan telah menahbiskan pekerjaan kita untuk tujuan-tujuan kudus tertentu.
Kita bekerja untuk menunjukkan kebajikan kepada orang lain (1 Tes 4:11-12; 1 Tim 6: 1; Tit 2:9-10; 1 Pet 2:11-12). Kita bekerja agar bisa hidup mandiri dari derma orang lain. Kita bekerja agar kita bisa menabung dan menyimpan bekal pada hari-hari sulit. Kita bekerja untuk menyokong orangtua dan saudara-saudara lainnya. Kita bekerja untuk meningkatkan taraf hidup anak-anak dan cucu kita. Kita bekerja agar memiliki uang untuk menolong orang-orang yang membutuhkan. Kita bekerja untuk mencari uang untuk mendukung Kerajaan Allah. Kita bekerja secukup-cukupnya, sekeras-kerasnya, sekuat-kuatnya, seefektif-efektifnya dan seefisien-efisiennya.
Kita harus bekerja dengan penuh gairah, dengan penuh kebulatan tekad, dengan penuh antusias/semangat, dengan penuh suka cita dan dengan sepenuh hati. Kita harus bekerja dengan sungguh-sungguh, penuh ketelitian dan dengan penuh pengorbanan. Kita harus bekerja dengan rajin, dengan rendah hati, dengan berani, tegas, dengan sabar, hemat. Kita harus bekerja dengan penuh hormat, taat dan takut kepada atasan kita. Kita harus bekerja dengan rasa takut akan Tuhan. Kita harus bekerja dengan setia, cepat, aman, dan tepat waktu. Kita harus bekerja dengan bijaksana, hati-hati, adil, patuh, dan penuh tanggung-jawab. Kita harus bekerja secara etis, harmonis, penuh ucapan syukur, dengan penuh pengharapan. Jadi, iman Kristen sebenarnya memotivasi orang untuk bekerja.keras”tegas Elsen Tan dengan penuh semangat.
“Kita bekerja agar bisa hidup. Kita perlu bekerja agar bisa menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar bagi diri kita dan keluarga kita. Kita perlu mendapat penghasilan. Tetapi kita jangan lupa titik pentingnya: kita diciptakan untuk bekerja. Kita hidup untuk bekerja dan berkarya! Transformasi pandangan kita tentang pekerjaan.
Jikalau kita harus hidup untuk kemuliaan Allah (1 Kor 10:31), maka kita perlu memiliki pandangan tentang kerja yang berpusatkan pada Allah. Tidak cukup kita berusaha menghormati Tuhan dalam pekerjaan kita, atau kita berusaha menjadi serupa dengan Kristus dalam kerja kita, atau kita mendukung Kerajaan Allah dengan uang yang kita hasilkan dari pekerjaan kita. Kemuliaan Allah harus mentransformasi pandangan kita tentang pekerjaan itu sendiri. Tuhan harus berdaulat atas pandangan kita tentang pekerjaan kita sendiri.
Salah satu aspek mandat budaya adalah membawa nilai-nilai alkitabiah ke dalam budaya dan lingkungan tempat kerja. Kita harus belajar menerapkan etika bekerja dan nilai-nilai yang Alkitabiah di tempat kerja kita. Kita harus menerapkan teologia alkitabiah tentang pekerjaan dalam dunia pekerjaan kita. Kita harus belajar mengintegrasikan iman kita dengan realitas lingkungan pekerjaan. Karena teologia kerja yang alkitabiah bisa membantu memecahkan krisis kebudayaan dan krisis sosial. Ada hubungan kultural antara iman dan pekerjaan. Iman kita bisa mempengaruhi sikap kita tentang pekerjaan Kita bisa berfungsi sebagai garam dan terang di tempat kerja kalau kita tidak mengkompromikan nilai-nilai dan moral kita. Gaya hidup kita harus sesuai dengan apa yang kita imani.
Injil diberikan kepada kita tidak hanya untuk menyelamatkan jiwa kita. Injil juga diberikan kepada kita untuk merestorasi atau memulihkan kita. Akan tetapi Injil itu bukan hanya untuk pemulihan dan penebusan yang bersifat personal/pribadi. Penebusan juga mencakup pemulihan terhadap institusi-institusi dan penebusan terhadap alam, yang akan menuntun kepada pemulihan terhadap seluruh ciptaan dan kosmos (segala sesuatu) (Kis 3:21)
Kalau kita juga menekankan bahwa pekerjaan penebusan itu untuk merestorasi segala sesuatu yang dosa pengaruhi, maka kita akan memiliki wawasan teologis yang bisa mentransformasi seluruh kehidupan.
Teologi Reformasi memperlengkapi kita untuk membantu orang lain untuk memahami mengapa pekerjaan itu sangat penting dan berarti. Dan bisa membantu menjelaskan asal usul perkembangan ekonomi.
Dunia ini haus akan makna tentang pekerjaan sehari-hari. Dunia merindukan kita bersinar dalam pekerjaan dan bisnis kita. Kita harus memancarkan terang Injil dalam dunia post-modern ini. Tidak ada peradaban yang bisa berkembang dan maju kalau masyarakatnya menghabiskan sebagian besar waktu bangunnya dalam aktivitas yang tidak berarti. Akar terdalam krisis ekonomi adalah kalau masyarakat tidak lagi menemukan maksud dan tujuan praktek kerajinan, kejujuran, penguasaan diri, kemurahan hati dan pelayanan sehari-hari.
Allah kita adalah Allah pemelihara dan penyedia (Jehova-Jireh). Dia menyediakan segala sesuatu. Tuhan ingin kita bahagia, sukses, makmur, dan hidup senang melalui kerja keras. Tuhan mengasihi anak-anakNya, dan Dia ingin kita menjadi sukses, walaupun kita menolak injil kemakmuran. Mengenal kehendak Allah adalah kunci kemakmuran hidup orang percaya.
Kita harus bekerja untuk mencari uang untuk mendukung dan mendanai pekerjaan Tuhan di dunia ini. Bagi kebanyakan kita, bekerja merupakan cara utama untuk memenuhi kebutuhan makan dan pakaian kita. Ulangan 8:18 memberitahu kita bahwa Dia memberi kita kemampuan untuk menghasilkan kekayaan agar bisa membangun KerajaanNya di bumi ini. Kita bekerja untuk menyatakan kepedulian kita pada orang miskin. Pengusaha Kristen harus menerapkan prinsip kepedulian bagi orang miskin. Kita bekerja untuk mentransformasi kebudayaan. Dari sejak awal, Tuhan ingin manusia memancarkan kemuliaanNya melalui pekerjaan manusia, sehingga bisa mempengaruhi semua kebudayaan. Tuhan peduli kepada kota dan bangsa kita dan ingin melihat setiap orang mendapatkan berkat dan kesejahteraan dari Tuhan. Jadi kita bekerja untuk membawa kemuliaan kepada Tuhan. Tuhan memakai kita melalui proses kehidupan dan mengijinkan kita mengembangkan keterampilan-keterampilan dan talenta-talenta khusus kita untuk rencanaNya.
Tuhan memberi tantangan besar bagi kita. Tuhan saat ini sedang menggunakan orang-orang bisnis di seluruh dunia untuk menjadi agen-agen transformasi. Dengan semangat melayani Tuhan, peduli kepada orang lain, profesionalisme, integritas dan keunggulan, mari kita bekerja untuk mentransformasi dunia pekerjaan kita. Kita ditentukan/ditakdirkan oleh Allah untuk menggunakan kuasa Roh Kudus untuk mentransformasi dunia, bukan untuk melarikan diri dari dunia atau berkompromi dengan dunia ini. Mujizat terjadi kalau orang-orang awam (biasa) melakukan hal-hal biasa dengan kasih yang luar biasa untuk kemuliaan Tuhan.”papar Pdt.Elsen Tan saat mengakhiri percakapan singkat dengan Suara Kristen. (Hotben Lingga)