Togi Hamonangan Lingga
Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah (GSJA) atau Assemblies of God merupakan salah satu gereja yang paling berkembang pesat di seluruh dunia saat ini. Dalam situs resminya (www.ag.org), Assemblies of God menyebut dirinya sebagai Gereja dan Persekutuan Protestan yang berhaluan Injili, Pentakosta dan Trinitarian. GSJA saat ini merupakan Gereja beraliran Pentakosta terbesar di dunia yang mempunyai pengikut sekitar 65 juta orang di seluruh dunia. Di AS, anggota GSJA sudah mencapai 3 juta orang lebih dan mempunyai lebih dari 12.500 gereja.
GSJA didirikan pada tahun 1914 di Hot Springs, Arkansas, pada sebuah konvensi yang dihadiri oleh 300 orang hamba-hamba Tuhan Protestan dari 20 negara bagian di AS dan beberapa perwakilan dari negara asing. GSJA didirikan sebagai hasil (lanjutan) dari kebangunan Rohani Besar (Great Awakenings) yang terjadi dalam Protestantisme AS dan seluruh dunia pada awal tahun 1900-an dan Kebangunan Rohani Besar sebelumnya. Tujuan utama dibentuknya GSJA adalah untuk membentuk sebuah persekutuan Pentakostal, melindungi dan melestarikan hasil-hasil dari kebangunan rohani yang terjadi atas ribuan orang percaya yang mengalami baptisan Roh Kudus di Azusa Street, Los Angeles, California. Dua tokoh terkemuka pendiri GSJA adalah Eudorus N. Bell dan Charles Fox Parham.
Di Indonesia GSJA merupakan lanjutan dari Bethel Indies Zending yang diakui oleh pemerintah pada 4 April 1941.Kemudian namanya berubah menjadi “The Assemblies of God in Indonesia” yang disahkan Dep.Kehakiman R.I pada 10 Februari 1951 dengan badan hukum No.Y.A.8/11/16. Pendirinya adalah tiga orang misionaris Amerika Serikat, yaitu: Kenneth G.Short, Ralph M.Devin, dan Raymond Arthur Busby. Yang bertindak sebagai Ketua Umum hingga tahun 1959 adalah Ralph Mitchell Devin. Sesudahnya diserahkan kepada pendeta nasional, dan untuk pertama kalinya dipilih Pdt. Soemardi Stefanus.
Berikut beberapa gambaran tentang keberadaan dan perkembangan GSJA:
- GSJA ada di 160 Negara di dunia (yang tercatat resmi)
- Memiliki Keanggotaan 65.000.000 orang
- Memiliki Gereja baik dalam bentuk resmi, tidak resmi dan perintisan sebanyak 320.000 buah
- Memiliki Pelayan Injil (Pendeta) sebanyak 344.092 orang
- Memiliki Sekolah Alkitab sebanyak 2.088 buah
- Di kalangan GSJA di dunia, setiap 38 menit dibuka sebuah gereja baru
- Setiap 43 menit mendapatkan 1 orang pendeta. Di tahun 2020 diharapkan setiap 43 detik seorang PI masuk dalam pelayanan
- Misionaris penuh waktu GSJA ada di 79 Negara dengan jumlah 8.200 orang
- Jumlah sekolah-sekolah umum yang dikelola di berbagai negara berjumlah lebih dari 2.000 buah yang dikelola oleh gereja-gereja lokal
- Aktifitas sosial bernilai jutaan dollar yang dikelola oleh World Assemblies of God Relief Association (WAGRA) untuk pelayanan sosial dan kemanusiaan di seluruh dunia.
Secara doktrin, teologi yang dianut GSJA adalah hampir sama dengan kebanyakan teologi yang dianut aliran Protestan lainnya, namun dengan beberapa tambahan penekanan yaitu pada doktrin keselamatan pribadi, baptisan air, kesembuhan ilahi, baptisan Roh Kudus (yang disertai dengan bahasa Roh) dan kedatangan Kristus yang kedua kali sebelum kerajaan seribu tahun (pre millennial)
GSJA merupakan anggota utama National Association of Evangelicals, sebuah organisasi Protestan Injili di AS; anggota Pentacostal and Charismatic Churches of North America (PCCNA); anggota Pentacostal World Fellowship (PWF) dan anggota World Assemblies of God Fellowship (WAGF). Di Indonesia GSJA menjadi anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan PGLII.
Kantor pusat GSJA sedunia terletak di Springfield, Missouri, AS.
Organisasi Induk GSJA (World Assemblies of God Fellowship/WAGF) telah menetapkan sebuah tema bagi visi/kebersamaan Sidang Jemaat Allah di dunia yaitu “FORWARD VISION AG 2020″. Bahwa pada tahun 2020 WAGF yaitu GSJA di seluruh dunia akan mencapai 500.000 gereja (saat ini 250.000 gereja) dan anggota sebanyak 100.000.000 orang (saat ini 65.000.000 orang). GSJA Indonesia sendiri telah menetapkan visi bagi GSJA 2020 yang kemudian digabungkan dalam FORWARD VISION AG 2020. (Togi Hamonangan Lingga)