Sekitar 2 juta umat Protestan dari seluruh penjuru Brazil memenuhi jalan-jalan di Sao Paulo, dalam acara “March For Jesus” baru-baru ini. Acara “March For Jesus” di Brazil tahun ini merupakan pawai terbesar di dunia, dibandingkan dengan pawai-pawai sejenis yang diadakan di seluruh dunia. Kali ini jumlah peserta pawai dua kali lebih banyak dari pawai tahun lalu yang diikuti sekitar 1 juta orang. Peserta pawai “March For Jesus” juga lebih banyak dari peserta pawai-pawai yang diselenggarakan kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan pro homo dan pawai-pawai manapun.
Dalam beberapa minggu sebelumnya, Brazil dilanda gelombang demonstrasi besar-besaran memprotes praktek korupsi dan krisis sosial-ekonomi yang sedang melanda negeri itu. Sementara protes-protes anti pemerintah yang terjadi sebelumnya banyak diwarnai kericuhan, perusakan dan bentrokan dengan polisi, March for Jesus merupakan demonstrasi damai.. Tema Pawai tahun ini adalah “Zaman Baru” (New Time), dengan fokus seruan tentang perlunya Transformasi Injili di Brazil.
Acara pawai ini setiap tahun diorganisir oleh Reborn in Christ Church yang digembalai oleh Pdt. Estevam Hernandes. Acara ini diiringi dengan orkestra jalanan, band musik gospel, tari-tarian, kotbah, dan diikuti politisi-politisi, penyanyi-penyanyi dan tokoh-tokoh terkenal di Brazil.
Pawai “March For Jesus” pertama sekali digagas tiga tokoh Protestan dari Inggris bernama Gerald Coates, Roger Forster dan Lynn Green. Pawai pertama diselenggarakan di London pada tahun 1987. Sejak itu, Gerakan March For Jesus kemudian diselenggarakan di banyak kota di seluruh dunia setiap tahunnya, mulai dari Inggris, Eropa, Amerika Utara, diikuti lebih dari 60 juta peserta setiap tahunnya.
Selama berabad-abad Gereja Roma memonopoli dan menguasai Brazil. Pada tahun 1991, 83% orang Brazil menyebut dirinya Katolik. Pada tahun 2010 persentasi penganut Katolik merosot menjadi 65%. Dalam waktu kurang dari dua dekade Roma kehilangan lebih dari seperlima domba. Jikalau angka kehilangan seperti dua dekade ini terus berlangsung ke dua dekade berikutnya, maka pada tahun 2030 Katolik akan menjadi minoritas di Brazil. Saat ini sudah 30% penduduk Brazil beragama Protestan, dimana 22,2% lebih menyebut dirinya Protestan Injili.
Kaum Protestan Injili di Brazil kini sedang berusaha melakukan transformasi misi di Negara berpenduduk Katolik terbesar di dunia tersebut. Sekitar 40% umat Katolik sedunia tinggal di Amerika Latin, dengan Brazil sebagai negeri berpenduduk Katolik terbanyak di dunia (64,6% dari 191 Juta total penduduk).
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh International Mission Agency serving Pastors and Leaders (SEPAL),pada tahun 2011, disebutkan bahwa pada tahun 2020 umat Protestan akan berjumlah menjadi 109,3 juta dari proyeksi total penduduk 209,3 juta jiwa (52,2 %). Statistik penduduk yang dirilis pemerintah pada tahun 2010 menyebutkan populasi Protestan di Brazil berjumlah 57,4 juta jiwa dari total populasi 190 juta jiwa, atau 30%.. Mulai tahun 2011, Brazil menjadi salah satu negara yang berpenduduk Protestan terbesar di dunia, setelah AS, Cina, Jerman, Inggris, Afrika Selatan dan Nigeria.
Pertumbuhan kaum Protestan konservatif/fundamentalis (kelompok Injili-Pentakosta) terutama disebabkan oleh faktor agresifitas pelayanan/penginjilan ke kalangan masyarakat bawah/akar rumput dan kelas menengah. Akan tetapi, tidak semua Gereja Protestan bertumbuh di Brazil. Gereja-gereja Protestan tradisional seperti Anglikan, Baptist, Presbyterian, Lutheran dan Kongregationalist kurang bertumbuh.
Denominasi-denominasi Protestan terbesar di Brazil adalah Gereja Sidang Jemaat Allah, Baptis, Kongregasional, Advent, Foursquare, Reformed, Lutheran, Church of God, Methodis, Reborn in Christ Church, dan lain-lain.
Protestantisme saat ini menjadi salah satu faktor utama terjadinya perubahan budaya di Brazil. (Hotben Lingga)