Pengembangan Sikap Toleran pada Siswa SDN Mekarjaya 10 Depok
Depok, Gramediapost.com
(Puji Lestari Suharso, Fakultas Psikologi UI – Laboratorium Learning, Education and School Well-being (LEdS)
Masalah perundungan masih banyak terjadi di lingkungan pendidikan berdasarkan data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) dimana terdapat 573 kasus kekerasan di sekolah yang terjadi hampir di semua provinsi di Indonesia sepanjang tahun 2024. Ada lima daerah yang tercatat paling banyak terjadi kekerasan di sekolah yakni Jawa Timur ada 81 kasus, Jawa Barat ada 56 kasus, lalu Jawa Tengah 45 kasus, Banten 32 kasus, dan Jakarta 30 kasus (Mashabi, S & Prastiwi, M, 2024). Terlepas dari banyak atau sedikitnya kasus perundungan maupun kekerasan yang terjadi, menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus perundungan maupun kekerasan merupakan hal yang serius dan perlu diselesaikan secara holistik (menyeluruh). Kasus perundungan di lingkungan sekolah merupakan isu serius yang dapat mempengaruhi kesejahteraan fisik dan psikologis siswa. Dampak yang terlihat adalah korban perundungan dapat mengalami trauma berkepanjangan seperti masalah psikologis, bahkan perilaku antisosial.
Begitu seriusnya dampak dari perundungan, maka perlu menelaah sebab terjadinya perundungan di sekolah. Sejauh ini perundungan di sekolah terjadi akibat dari tidak adanya rasa empati dan apresiasi individu atau siswa terhadap lingkungan sehingga siswa akan bertindak sekehendak hatinya. Agar perundungan di sekolah tidak semakin marak, maka perlu dilakukan usaha agar para siswa memiliki rasa empati dan dapat mengapresiasi lingkungan dengan cara saling menghormati dan menghargai sesama siswa (baik siswa tipikal maupun atipikal) maupun orang lain di lingkungannya. Untuk itu perlu dipupuk sikap toleran terhadap sesama di kalangan siswa. Beberapa penelitian mengenai sikap toleran pada siswa telah dilakukan antara lain oleh Heriawati dan Manik (2023) serta Haryanti, Ratnasari, dan Riswari (2023).
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang diwakili oleh Laboratorium Learning, Education and School Well-being (LEdS) turut memikirkan usaha intervensi berupa edukasi membangun sikap dan perilaku toleran semenjak siswa berada di tingkat Sekolah Dasar (SD). Sikap toleran menjadi salah satu karakter yang penting untuk ditanamkan sejak SD untuk menciptakan kesadaran dan penerimaan terhadap keberagaman dalam kehidupan sehingga terwujud kerukunan antar sesama di tengah perbedaan. Melalui karakter ini diharapkan akan tertanam empati, sikap menghormati dan menghargai orang lain. Penanaman ini penting diberikan pada siswa SD, karena siswa mulai menyadari akan penampilan dan perbedaan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Kesadaran tersebut akan menumbuhkan pertanyaan pada siswa ketika mengetahui sesuatu yang berbeda dari seseorang sehingga perlu diajarkan bahwa setiap orang memiliki perbedaan dan bagaimana menanamkan cara menghargai perbedaan tersebut (Ilahi, 2013: 118).
Kegiatan pengabdian berjudul Edukasi Sikap Toleran untuk Berperilaku Toleransi telah dikembangkan oleh LEdS sejak tahun 2023 lalu dan sudah dilakukan pilot study pada bulan Oktober-November 2023 di SD Pertiwi di Bogor untuk pengembangan dan penyempurnaan modul. Setelah dilakukan penyempurnaan materi, kegiatan dilanjutkan kembali di SDN Mekarjaya 10 Depok pada bulan Oktober 2024.
Kegiatan pengabdian ini berbentuk edukasi interaktif yang disesuaikan dengan karakteristik usia siswa SD dan dilakukan selama dua hari dengan memberikan tugas mandiri maupun tugas kelompok.
Dari pelaksanaan kegiatan pengabdian ini, diperoleh tanggapan positif dari para siswa maupun pihak sekolah. Pimpinan dan para guru SDN Mekarjaya 10 merasa kegiatan pengabdian ini penting untuk dikembangkan ke seluruh siswa dan perlu adanya usaha secara non formal untuk membangun dan membina sikap dan perilaku toleran pada siswa SDN Mekarjaya 10, terlebih di sekolah ini menerima siswa berkebutuhan khusus yang tentunya memerlukan pemahaman dan pengertian dari siswa-siswa lain. Diutarakan pula bahwa dengan adanya kegiatan ini tentunya dapat mendukung usaha pemerintah kota Depok dalam meningkatkan indeks kota toleran (ikt) kota Depok. Sayangnya kegiatan ini belum melibatkan seluruh siswa yang ada, sehingga diharapkan kegiatan ini dapat terus dilakukan dengan melibatkan siswa lainnya.
Dari kegiatan pengabdian ini, perlu dilakukan follow up guna melihat bagaimana sikap toleran dari siswa-siswa yang telah mengikuti kegiatan program edukasi ini, dan diharapkan dapat dilanjutkan ke siswa-siswa lainnya.
Pustaka
Haryanti, N,D., Ratnasari, Y., & Riswari, L.A. (2023). Strategi Penanaman Karakter Toleransi Pada Anak Usia Sekolah Dasar . Jurnal Educatio ISSN: 2459-9522 (Print), 2548-6756 (Online) Vol. 9, No. 2, 2023, pp. 1167-1175
Heriawati, A., & Manik, Y.M. (2023). Pendidikan dalam Sikap Toleransi Antar Siswa. Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume: 3, Nomor 1 April 2023. E-ISSN: 2798-365X DOI: 10.47709/educendikia.v3i01.2382
Ilahi (2013). Pengertian Toleransi. Bandung: Ciptapusaka Media
Mashabi, S., & Prastiwi, M. (2024). JPPI: Sepanjang tahun 2024 ada 293 kasus kekerasan di sekolah. Kompas.com. https://www.kompas.com/edu/read/2024/10/24/163509171/jppi-sepanjang-tahun-