Indonesia Hadapi Zaman Bergerak yang Hasilkan Politik Baru
Jakarta, Gramediapost.com
Indonesia menghadapi sebuah ‘zaman bergerak, mulai dari kemunculan New Media, yang kemudian melahirkan New Economy, dan selanjutnya menghasilkan New Politics. Secara sosiologis lazimnya pergerakan sosial-ekonomi-politik melahirkan dampak ikutan.
Terlebih lagi jika ditambah dengan cengkraman pandemi Covid-19 dan berbagai dampak perubahan sosial yang terjadi. “Maka, respon masyarakat terhadap krisis dan tekanan perubahan dapat terbelah ke dalam dua kemungkinan: adaptasi, melahirkan sebuah kompromi atau konsensus, atau sebaliknya, keresahan, kesenjangan yang melahirkan ketegangan, bahkan konflik,” kata Dimas Oky Nugroho, Ph.D., Cendekiawan sosial-politik dalam acara Jakarta Geopolitical Forum V / 2021 yang diselenggarakan Lemhannas, Jumat, (22/10)
Dimas pada kesempatan ini ingin meneropong situasi Indonesia dalam menghadapi gegar budaya sebagai implikasi transformasi sosial-ekonomi-politik yang terjadi di era kekinian dalam acara JGF ke V ini. Menurut Dimas, Indonesia adalah negara kepulauan, majemuk secara sosio-historis, yang memiliki pengalaman transformasi yang tak mudah, dramatis, bahkan traumatik pada sejumlah fase ekonomi-politik yang menentukan. Sebagai negara besar, dengan sumber daya yang besar, demografi dan potensi pasar yang kuat, Indonesia juga memiliki problem, kerentanan dan tantangan yang tak kalah seriusnya.
“Saya berpendapat bahwa faktor pandemi Covid-19 telah menjadi variabel tidak terduga by nature, namun by force telah membuka peluang sekaligus memaksa negara-bangsa Indonesia dengan segala problem sosio-historis-nya untuk melakukan kompromi, rekonsiliasi dan konsolidasi politik,” kata Dimas. Pada tataran suprastruktur negara, sekaligus melakukan pembenahan pada tataran infrastruktur pemerintahan dan pelayanan publik.
Dalam perspektif politik, momen pandemi yang terjadi di tengah tekanan transformasi digital dan lanskap sosial ekonomi yang berubah ini telah pula menjadi kesempatan untuk Indonesia yang beragam merumuskan ulang dan mereformulasikan strategi kebangsaannya. Ini untuk mengantisipasi dan beradaptasi terhadap himpitan sekaligus peluang di era baru.
***
(Hotben)