“Entis Sutisna RT Pelopor membumikan anggur di Kampung Anggur Sari Neglasari Tangerang”
Tangerang, 11 November 2020
“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” Presiden Soekarno.
Data demografi Indonesia menyebutkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia sesuai dengan UU No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan dengan range usia antara 16-30 tahun, berjumlah 61,8 juta orang, atau 24,5 % dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang (BPS, 2014).
Secara kuantitas angka 24,5 % ini cukuplah besar. Mulai tahun 2020 sampai 2035, Indonesia akan melewati suatu era yang langka yang disebut dengan Bonus Demografi. Dengan jumlah usia produktif penduduk Indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa ini, yaitu mencapai 64 % dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 297 juta jiwa.
Bonus demografi menjadi windows opportunity (peluang) yang sangat strategis bagi sebuah negara untuk dapat melakukan percepatan pembangunan ekonomi dengan dukungan ketersediaan sumberdaya manusia usia produktif dalam jumlah yang cukup signifikan. Rasio sederhananya dapat digambarkan bahwa di setiap 100 penduduk Indonesia, ada 64 orang yang berusia produktif, sisanya 46 orang adalah usia anak-anak dan lansia. Rasio usia produktif di atas 64 % sudah lebih dari cukup bagi Indonesia untuk melesat menjadi negara maju. Ini adalah rasio usia produkif terbaik Indonesia yang mulai tahun 2020 dan akan berakhir pada tahun 2035.
Untuk mewujudkan hal itu menjadi riil dan nyata dibutuhkan tekad yang kuat, peran serta dari semua pihak dan semua kalangan baik dari unsur pemerintah, swasta maupun individu.
Entis Sutisna RT (41 th) asal dari Pandeglang yang telah menjadi RT selama dua tahun di daerah Neglasari Tangerang adalah salah satu sosok Pelopor membumikan anggur di Kampung Anggur Sari jarak sekitar 2 km dari Bandara Soekarno Hatta Tangerang.
Kegiatan lain selain jadi RT di Neglasari ini, saya juga masih bekerja di salah satu perusahaan PT Istem, Toray grup kota Tangerang. Juga sebagai pegiat lingkungan, dan motivator budidaya anggur di beberapa kelurahan kota Tangerang, ujar Etis Sutisna RT saat diwawancara di rumahnya kemarin sore (11/11-20).
Dia memberikan terobosan baru dan pencerahan bagi para pemuda maupun warga masyarakat untuk membenahi kampung tempat tinggalnya menjadi hunian asri, hijau, nyaman, aman dan mempunyai ketahanan pangan sesuai anjuran Presiden Joko Widodo. Didukung oleh warga, Lurah, Camat, Muspida setempat maupun Walikota Tangerang.
Neglasari dua tahun lampau adalah kampung kumuh dengan 8000 m2 tempat pembuangan sampah yang menggunung selama 15 tahun. Warga tinggal dan berdekatan setiap hari dengan menghirup udara dan bau yang kurang bersih.
“Tiada nasib suatu kaum bisa berubah jika bukan kaum itu yang merubahnya”
Kepedulian tentang kampung yang bersih, sehat dan indah, nyaman merupakan dambaan setiap warga yang tinggal namun pasti memerlukan upaya, tekad kuat dan biaya untuk mewujudkannya bukan hanya sekedar omdo.
Dari 8.000 m2 ex tempat pembuangan sampah saat ini sudah tidak terlihat jejak-jejaknya. Saat berkunjung dan melangkahkan kaki di gang-gang Kampung Anggur Sari hanya tampak warna-warna cat tembok bagai pelangi. Kehijauan tanaman hias di rumah-rumah warga dan kehijauan bumi area KWT (Kelompok Wanita Tani) dengan aneka tanaman untuk ketahanan pangan dari padi, pisang, singkong, sayur mayur yang ditanam oleh warga setempat dan nantinya akan dinikmati oleh mereka bersama.
Lahan KWT ditanami sejak Desember tahun 2018,
Melibatkan Lurah dan RW serta warga RW02 Neglasari.
Untuk membuang sampah yang menggunung diangkut dengan mobil dinas Lingkungan Hidup dan ditampung di TPA Rawa Kucing, kelurahan Kedaung kecamatan Neglasari Tangerang.
“Satu teladan lebih baik daripada seribu nasehat” Kapolri Idham Aziz.
Entis Sutisna RT 004/02 adalah sosok pelopor teladan yang telah membuktikan dan membaktikan dirinya guna membumikan anggur di Kampung Anggur Sari Neglasari Tangerang.
Setiap hari dan setiap tarikan nafasnya adalah waktu yang benar-benar sangat berharga dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk kegiatan positif terkait urusan cocok tanam. Walaupun latar belakang akademisnya bukan di bidang pertanian karena dia lulusan sebuah SMA di Pandeglang. Namun karena kecintaannya terhadap tanamanlah yang mendorong tekadnya untuk mewujudkan berdirinya Kampung Anggur di sekitar tempat tinggalnya. Keahliannya terkait tumbuh-tumbuhan dimulai sejak kecil sering membantu ibunya yang hoby menanam tanaman hias.
Memasuki Kampung Anggur Sari Neglasari Tangerang lewat beberapa gang ukuran dua motor terlihat para-para di atas kepala dan juntaian pohon-pohon anggur berbagai jenis yang mulai berbuah. Di rumah Entis Sutisna RT terlihat bibit-bibit anggur yang telah di grafting dan tumbuhan anggur memenuhi halaman depan rumahnya.
Jenis variates yang Entis Sutisna kembangkan sekitar 20 varian genjah atau gampang berbuah sebagai edukasi. Padahal masih banyak lagi jenis varian anggur import yang berasal dari Ukraina, India, Jepang dan lainnya. Bibit anggur dia distribusikan tujuan pertama adalah untuk program penghijauan 47 RT, satu kelurahan di tempat masing-masing RT dan didistribusikan di wilayah-wilayah yang berada di kota Tangerang.
“Motivasi awal menanam anggur karena anggur import termasuk dalam buah-buahan berharga mahal yang tidak semua masyarakat dapat membeli, mencicipi bahkan menanamnya kecuali untuk orang tertentu.
Awal menanam pohon anggur sekitar 2008 tanpa mengetahui jenis apa yang penting saya tanam, sekitar 0ktober 2018 saya mengenal Korda Tangerang disitu saya di ajarkan cara menyemai bibit anggur serta belajar stek dan grafting, awal edukasi dirumah kontrakan dan termotivasi untuk membuat Kampung Anggur, akhirnya saya bagikan koleksi bibit anggur ke warga sekitar untuk di tanam, penanaman dilorong kampung pun di lakukan pertengahan tahun 2019, dari gang Kelurahan, bahkan sekarang sudah meluas satu RW”, ujarnya pula.
Saat di wawancara oleh salah satu juri dari BAPPEDA pada seleksi lomba kampung tematik Entis Sutisna ditanya apakah tanaman anggur dapat tumbuh di Tangerang dan apakah buahnya manis? Entis Sutisna menjawab dengan kalem mempersilahkan juri lomba tersebut datang ke kampung Anggur sari untuk melihat dan mencicipi buahnya. Kampung Anggur Sari juga berhasil menyabet juara 3 pada Februari 2020. Penghargaan dari Wali kota Tangerang, dan dari BAPPEDA kota Tangerang katagori kampung tematik Anggur Sari
Pergulatan dan perjuangannya membuahkan hasil. Ketekunan yang dimulai dari diri sendiri menanam anggur di rumahnya, di lingkungan RT yang dipimpinnya, kemudian seluruh gang RW sampai seluruh gang Kelurahan Neglasari dipenuhi tanaman anggur berbagai jenis yang merambat di dinding kanan kiri gang dan buah daun anggur serta tangkainya menjuntai di atas para-para.
Keindahan kampung Anggur menjadi magnet dan daya tarik tersendiri sering ada kunjungan dari Dinas sosial kota Tangerang, dari dinas Ketapang, serta warga diluar kota Tangerang yang berminat untuk belajar budi daya anggur.
Ketika ditanyakan pada Entis Sutisna apakah siap jika diundang sebagai nara sumber Webminar terkait budi daya anggur, dengan rendah hati dia menjawab hal itu masih direncanakan, karena biasanya langsung edukasi di lapangan. Akhir-akhir ini juga sedang mem follow up rencana selanjutnya untuk membuka kebun anggur import di Pandeglang, Banten bermitra dengan kerabatnya.
Hari ini saya rencana akan memberikan materi dan pendampingan ke warga khususnya budidaya anggur di kelurahan Neglasari tukasnya menutup pembicaraan.
(Lili Judiarti)