Ketum PWRI Suriyanto, PD,SH MH, Mkn : Pers Kedepankan KEJ Dalam Pemberitaannya Bukan Menyudutkan Seseorang dan Terkesan Provokatif
Jakarta, Gramediapost.com
Terkait pemberitaan dari media online Detik.com yang memberitakan pelanggaran Protokol Kesehatan PSBB di kawasan Wisata Hairos Waterpark baru-baru ini, menurut Ketum PWRI Suriyanto, PD,SH MH, Mkn, Media online sekelas Detik.com Keliru Mengaitkan Kasus Hairos Waterpark Dengan Bobby Nasution
Suriyanto melanjutkan Pers seharusnya mengedepankan Kode Etik Jurnalistik dalam memberikan informasi yang mencerahkan kepada masyarakat, bukan pembingkaian berita dengan prespektif yang menyudutkan seseorang,”paparnya
Ini Patut sangat disayangkan sekali, tambah Suriyanto, media sekelas Detik.com baru-baru telah membuat narasi berita yang terkesan provokatif dan tidak etis dalam kapasitasnya sebagai salah satu media kredibel di Indonesia.
Bagaimana tidak, kasus pelanggaran protokol kesehatan di kawasan Wisata Hairos Waterpark baru-baru ini, malah dikaitkan dengan pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan nomor urut 2, Bobby Nasution – Aulia Rachman, lantaran si General Manager Hairos Waterpark berinisial ES yang menjadi tersangka pada kasus tersebut berstatus sebagai salah satu Tim Relawan Bobby-Aulia,”tambah Doktor Alumnus Universitas Jayabaya Jakarta ini.
Lantas, kenapa media tersebut dengan begitu provokatifnya mengait-ngaitkan kasus pelanggaran protokol kesehatan yang tidak ada kaitannya dengan Pilkada Kota Medan 2020 dengan Bobby-Aulia, hanya gara-gara status pribadi ES sebagai Ketua Tim Relawan, sehingga muncul kesan, media tersebut ingin menggiring opini seolah-olah kesalahan yang dilakukan ES ada kaitannya dengan Bobby Nasution, sehingga menjadi celah bagi lawan untuk “menyerang” Bobby-Aulia yang sama sekali tidak tahu apa-apa dengan kasus tersebut,” jelas Ketum PWRI ini.
Hal ini diibaratkan, anda berteman dengan seseorang, namun ketika teman anda melakukan kesalahan, anda lantas ikut disalahkan karena anda berteman dengan orang tersebut, logika yang aneh untuk media berskala nasional tersebut.
Pendukung Bobby-Aulia terdiri beberapa entitas dan kelompok yang sangat beragam, mulai dari kalangan akademisi, praktisi, masyarakat, hingga pengusaha yang semuanya bergabung karena keinginan pribadi untuk mendukung Bobby Nasution. Terlepas dari persoalan pribadinya, Bobby-Aulia tidak pernah ingin mencampuri urusan pribadi masing-masing timnya.
Insiden penangkapan ES seharusnya menjadi bukti bahwa kasus tersebut tidak ada hubungannya dengan Bobby-Aulia, bahkan tim Bobby-Aulia sendiri tidak ada sedikitpun yang berupaya melindungi ES sebagai tersangka kasus tersebut, karena memang bukan ranahnya Bobby-Aulia dan tidak ada hubungannya juga sama Pilkada Kota Medan 2020, itu murni urusan pribadi ES yang tidak ada hubungannya dengan Bobby-Aulia, apresiasi juga yang setinggi-tingginya buat Polri yang mengamankan dan menangkap saudara ES, dan inilah terlihat Polri bekerja sesuai dengan Tupoksi sebagai penegak hukum,”jelasnya.
Dengan narasi dan judul berita yang provokatif seolah-olah mencoba menggiring opini bahwa “kesalahan” ES berkaitan dengan statusnya sebagai pendukung Bobby-Aulia, jadi Bobby-Aulia juga harus ikut disalahkan atas insiden tersebut.
Perlu diketahui, Bobby Nasution dan Aulia Rachman selalu mendukung upaya pemerintah memutus rantai penyebaran virus Corona. Bobby-Aulia juga selalu mengingatkan agar pendukungnya tetap mematuhi protokol kesehatan,”ujar Ketum PWRI.
Sebagai media besar, berskala nasional media tersebut harus bertanggung jawab atas kekeliruan ini karena berita ini ikut mencoreng nama baik Bobby-Aulia dengan narasi yang sangat provokatif seperti ini.
Kami akan melaporkan kejadian ini ke Dewan Pers, semoga Dewan Pers bisa memberikan sanksi beredarnya pemberitaan ini. Jangan sampai muncul kesan, media massa jurnalistik malah jadi alat untuk memprovokasi dan membodoh-bodohi masyarakat hanya demi rating dan jumlah trafik,”pungkasnya.( Red )